Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

OLEH

GEDE HENDRA KUSUMA DARMAWAN

NIM. 20089142111

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh


baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan
dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra (Kusumawardhani, 2018).

Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di


penuhi oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi
14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat
pada urutan ke tiga. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi
dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan terpengaruh.
Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga
mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi
urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah
kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien – pasien rumah
sakit yang terpasang kateter tetap (Kusumawardhani, 2018).

2. Anatomi Fisiologi

a. Eliminasi urine

Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah


sistem perkemihan. Dimana sistem ini terdiri darri ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Proses pembentukan urine di ginjal
terdiri dari 3 proses yaitu: filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.

1. Filtrasi

Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini


terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan
eferen
2. Reabsorbsi

Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian


besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan ion karbonat

3. Sekresi

Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

a. Eliminasi urin

1. Diet dan asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine,


seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang
keluar.

2. Respon keinginan awal untuk berkemih

Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkmeih dan


hanya pada akhir keinginan berkemih mejadi lebih kuat
mengakibatkan urine banyak tertahan di kandung kemih,
sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari normal.

3. Gaya Hidup

Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat


mempengaruhi eliminasi urin.

4. Stress Psikologi

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan


frekuensi keinginan berkemih.

5. Tingkat Aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam


mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin membutuhkan
tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter
internal dan eksternal.

4. Gangguan/masalah

1. retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung


kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih

2. dysuria : adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih

3. polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh


ginjal, seperti 2500 ml/hari tanpa adanya intake cairan.

4. Inkontinensia urine : ketidaksanggupan sementara atau


permanen oto sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya
urine dari kantong kemih

5. Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. identitas klien

meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,


pekerjaan, dan identitas penanggung jawab.

b. keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan


mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)

c. riwayat kesehatan sekarang

kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya


pengkajian.
d. riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)

riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan


dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan
fekal. Ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan.

e. riwayat kesehatan keluarga

mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui


apakah ada penyakit keturunan di keluarga pasien

f. pola persepsi dan penanganan kesehatan

kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan


penggunaan tembakau, alkohol, alergi, dan obat-obatan yang
dikonsumsi secara bebas atau resep dokter

g. pola nutrisi/metabolisme

mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan


BB, dan gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui
adanya konsumsi makanan yang mengganggu eliminasi urin
atau fekal

h. pola eliminasi

kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah


yang dialami. Ada atau tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia,
retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.

i. pola aktivitas/ olahraga

pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien


yang disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu atau
penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan eliminasi
pasien.

j. pola istirahat tidur

kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami


k. pola kognitif – perseptif

kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas,


ketidaknyamanan, pendengaran dan penglihatan.

l. pola peran hubungan

kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya


masalah keluarga berkenaan dengan masalah di rumah sakit.

m. pola seksualitas/ reproduksi

kaji adanya masalah seksualitas pasien.

n. pola koping – toleransi stres

keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada


masalah, dan penggunaan obat untuk menghilangkan stres.

o. pola keyakinan-nilai

agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap


kehidupan.

p. pemeriksaan fisik

1. Abdomen

Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi


bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.

2. Genetalia wanita

Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus,


keadaan atropi jaringan vagina.

3. Genetalia laki-laki

Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran


skrotum.
a. Intake dan output cairan
- Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
- Kebiasaan minum di rumah.
- Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
- Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
- Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi
b. Diare
c. Inkontinensia defekasi
d. Gangguan eliminasi urine
e. Inkontinensia urine
f. Retensi urine
3. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Retensi urin NOC: NIC :

berhubungan dengan: - Urinary elimination Urinary Retention Care


- Urinary Contiunence
Tekanan uretra - Monitor intake dan
tinggi,blockage, output
hambatan reflek, spingter Setelah dilakukan - Monitor penggunaan
tindakan keperawatan obat antikolinergik
kuat
selama …. retensi urin - Monitor derajat
DS: distensi bladder
pasien teratasi dengan - Instruksikan pada
- Disuria kriteria hasil: pasien dan keluarga
- Bladder terasa penuh untuk mencatat
DO : - Kandung kemih output urine
kosong secara penuh - Sediakan privacy
- Distensi bladder - Tidak ada residu urine untuk eliminasi
- Terdapat urine residu >100-200 cc - Stimulasi reflek
- Inkontinensia tipe - Intake cairan bladder dengan
luapan dalam rentang kompres dingin pada
- Urin output normal abdomen.
sedikit/tidak ada - Bebas dari ISK - Kateterisaai jika
- Tidak ada spasme perlu
bladder - Monitor tanda dan
- Balance cairan gejala ISK (panas,
seimbang hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)

Diagnosa NOC NIC


Diare NOC: NIC :

berhubungan dengan - Bowl Elimination Diare Management


- Fluid Balance
- psikologis: stress - Hidration - Kelola pemeriksaan
dan cemas tinggi - Electrolit and kultur sensitivitas
- Situasional: efek Acid Base feses
dari medikasi, Balance - Evaluasi
kontaminasi, penyalah pengobatan yang
gunaan laksatif, berefek samping
penyalah gunaan Setelah dilakukan gastrointestinal
alkohol, radiasi, tindakan keperawatan - Evaluasi jenis
toksin, makanan per selama …. diare intake makanan
NGT pasien teratasi dengan - Monitor kulit
- Fisiologis: proses sekitar perianal
kriteria hasil:
infeksi, inflamasi, terhadap adanya
iritasi, malabsorbsi, - Tidak ada diare iritasi dan ulserasi
parasit - Feses tidak ada - Ajarkan pada
darah dan mukus keluarga
- Nyeri perut tidak penggunaan obat
DS: ada anti diare
- Pola BAB - Instruksikan pada
- Nyeri perut pasien dan keluarga
normal
- Urgensi untuk mencatat
- Elektrolit normal
- Kejang perut warna, volume,
- Asam basa
DO: frekuensi dan
normal
- Hidrasi baik konsistensi feses
- Lebih dari 3 x BAB - Ajarkan pada
perhari (membran
mukosa lembab, pasien tehnik
- Bising usus hiperaktif pengurangan stress
tidak panas, vital
sign normal, jika perlu
hematokrit dan - Kolaburasi jika
urin output dalam tanda dan gejala
batas normaL diare menetap
- Monitor hasil Lab
(elektrolit dan
leukosit)
- Monitor turgor
kulit, mukosa oral
sebagai indikator
dehidrasi
- Konsultasi dengan
ahli gizi untuk diet
yang tepat
Konstipasi NOC: NIC :

berhubungan dengan - Bowl Elimination Manajemen konstipasi


- Hidration
- Fungsi:kelemahan - Identifikasi faktor-
otot abdominal, faktor yang
Aktivitas fisik tidak Setelah dilakukan menyebabkan
mencukupi tindakan keperawatan konstipasi
- Perilaku defekasi selama …. konstipasi - Monitor tanda-
tidak teratu pasien teratasi dengan tanda ruptur
- Perubahan lingkungan kriteria hasil: bowel/peritonitis
- Toileting tidak - Jelaskan penyebab
adekuat: posisi - Pola BAB dalam dan rasionalisasi
defekasi, privasi batas normal tindakan pada
- Psikologis: depresi, - Feses lunak pasien
stress emosi, - Cairan dan serat - Konsultasikan
gangguan mental adekuat dengan dokter
- Farmakologi: antasid, - Aktivitas adekuat tentang peningkatan
antikolinergis, - Hidrasi adekuat dan penurunan
antikonvulsan, bising usus
antidepresan, kalsium - Kolaburasi jika ada
karbonat,diuretik, besi, tanda dan gejala
overdosis laksatif, konstipasi yang
NSAID, opiat, sedatif. menetap
- Mekanis: - Jelaskan pada
ketidakseimbangan pasien manfaat diet
elektrolit, hemoroid, (cairan dan serat)
gangguan neurologis, terhadap eliminasi
obesitas, obstruksi - Jelaskan pada klien
pasca bedah, abses konsekuensi
rektum, tumor menggunakan
- Fisiologis: perubahan laxative dalam
pola makan dan jenis waktu yang lama
makanan, penurunan - Kolaburasi dengan
motilitas ahli gizi diet tinggi
gastrointestnal, serat dan cairan
dehidrasi, intake serat - Dorong
dan cairan kurang, peningkatan
perilaku makan yang aktivitas yang
buruk optimal
DS: - Sediakan privacy
dan keamanan
- Nyeri perut selama BAB
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada
rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan
abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:

- Feses dengan darah segar


- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi
BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus
hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen
atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah

4. Implementasi

pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan


keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang
didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah
tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi: tindakan yang
dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan petugas
kesehatan lain.
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan


yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
melibatkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Kusumawardhani, I. (2018). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine. 4(2),


2–3. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2015.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2015. Nursing


Interventions Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai