Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI PADA TN.D DI RUANGAN BAJI NYAWA RSUD


LABUANG BAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

INDRI FEBRIANTI
23.04.022
CI LAHAN CI INSTITUSI

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Definisi Gangguan Istirahat Dan Tidur


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter
& Perry, 2005).
Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu yaitu
istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh dapat berfungsi
secara optimal. Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Istirahat
merupakan suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas dari ansietas.
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda
(Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.
Sedangkan insomia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi (Herdman, 2012). Pada individu yang mengalami gangguan pola
tidur dapat ditunjukkan dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, konjungtiva merah, mata
perih, konsentrasi terpecah, sakit kepala dan sering mengantuk (Hidayat, 2006).
B. Macam Macam Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketik terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari (Maslow, 2005). Menurut Remelda (2008) terdapat beberapa
gangguan tidur antaralain:
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan
tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik
atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis
insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal
insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan,
mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan
goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang
hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang
hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang
terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak,atau berbicara sesaat
sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya.
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung
dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea
yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah
apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur.
Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik.

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

C. Anatomi Fisiologi
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit
neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut dibawah ini

a. Ascending Reticular Activating System (ARAS)


ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor
dari proses tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang
otak yang terdiri atas beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar
interneuron serta traktus ascenden dan descenden yang saling berhubungan
satu sama lain. Sebagian besar dari formatio retikularis terletak di sentral atau
tegmentum dari pons dan mesencephalon serta memanjang sampai medula,
hipothalamus dan thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang
disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris
yang masuk melalui batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem
sensoris,motorik maupun saraf kranial.
b. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO)
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi
fungsi tidur-bangun (Shneerson, 2005).
c. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta
memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal
dan berperan dalam inhibisi VLPO, pengaturan suhu tubuh, perilaku makan
dan keterjagaan.
d. Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon,
serta memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem
limbik yang meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami.
Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan
sebagai akibat dari stimulus yang didapat.
e. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi
emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga
menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area — area yang
termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-
hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-frontal
di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif
pada saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea
dari periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja
dari saraf simpatis.
f. Zona Subparaventrikuler
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian
ini kemudian akan secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme
sirkadian, temperatur (melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin.
g. Area Preoptik Hipotalamus
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat
integrasi dari homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan
VMPO yang letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini
adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin vasopressin (AVP)
(Shneerson, 2005).
h. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III,
dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan
galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang
mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik meliputi locus
coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan nukleus tuberomamilary.
sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak kinerja nukleus,
maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari pusat pencetus
tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh sistem
Keterjagaan yang bersifat amine
D. Etiologi

Gangguan tidur bukanlah suatu penyakit melainkan gejala yang memiliki banyak
faktor yang dapat menyebabkan atau dapat dikatakan tidak mempunyai penyebab pasti
terjadinya gangguan tidur ini. Menurut Remelda (2008) terdapat beberapa perilaku yang
dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur yaitu :
1. Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka, dll)
2. Kekhawatiran tidak dapat tidur
3. Mengkonsumsi caffein secara berlebihan
4. Minum alkohol sebelum tidur
5. Merokok sebelum tidur
6. Tidur siang/sore yang berlebihan
7. Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur.
8. Faktor psikologi (Stress, Depresi, sakit fisik, sesak nafas)
9. Faktor lingkungan (lingkungan sekitar dan gaya hidup)

Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapar beberapa penyebab


gangguan pola tidur antara lain:
1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingungan,
pengcahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaan/
tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Reinstraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
E. Tanda dan Gejala Gangguan Tidur

Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang
mengalami gangguan tidur yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau
sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Gangguan
tidur juga bisa dialami dengan berbagai cara:
a. Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur (sering bangun)
b. Bangun terlalu awal
c. Gejala yang dialami waktu siang hari adalah :
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata terasa
pedih
3) Mengantuk sepanjang hari
4) Sakit kepala
5) Nausea
6) Perubahan mood, tingkah laku dan kepribadian
7) Tampak resah dan gelisah
8) Lesu dan apatis
9) Gangguan koordinasi, sulit berkonsentrasi dan perhatian terpecah-pecah
10) Sulit mengingat
11) Gampang tersinggung dan mudah emosi
12) Ketakutan dan depresi
Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapat beberapa gejala dan tanda
mayor/minor pada gangguan pola tidur anatara lain:
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup
f. Mengeluh kemampuan beristirahat tidak cukup

F. Patofisiologi Gangguan Tidur

Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu medulla,
tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla oblongata, pons dan
midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status bangun dan mempermudah
beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama proses
tidur. Dua system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya kegiatan/ pergerakan yang
intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak secara bergantian. RAS
berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima impuls sensori, seperti stimulus
auditory, visual, nyeri dan stimulus taktil. Stimulus sensori ini dapat mempertahankan
keadaan bangun dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikit sekali stimulus
dari korteks cerebri atau reseptor sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur
jika celah peningkatan dari stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya
insomnia ini dimungkinkan karena RAS dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di
batang otak (Haswita, 2017).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidur:
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan
seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka
akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebeum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
b) Terapi tidur yang bersih
c) Terapi pengaturan tidur
d) Terapi psikologi/psikiatri
e) Cognitiνe Therapy
f) Imagery Training
g) Mengubah gaya hidup
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1) Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit
4) Pemeriksaan fisik Meliputi :
a. Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b. TTV
c. Perilaku
5) Data Fokus
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a.Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b.Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c.Gelisah, sering menguap
d.Mudah tersinggung
e.Ada bayangan hitam di bawah mata
6) Pengkajian fokus (Potter Perry, 2002)
a. Riwayat Tidur meliputi:
1) Pola tidur biasa dan perubahan pola tidur
2) Waktu mulai tidur dan bangun dari tidur
3) Jumlah tidur siang, malam dan lamanya tidur
4) Rutinitas menjelang tidur
5) Kebiasaan dan lingkungan tidur
6) Apakah pasien tidur sendiri
7) Obat-obatan yang digunakan sebelum tidur
8) Gejala yang dialami saat terbangun
9) Penyakit psikis dan status emosional saat ini
b. Tanda dan gejala klinis:
1) Pasien memperlihatkan perasaan lelah
2) Intable dan gelisah
3) Lesu dan apatis
4) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata
terasa pedih
c. Tanda dan gejala penyimpangan tidur:
1) Perubahan tingkah laku dan kepribadian
2) Meningkatnya kegelisahan
3) Gangguan presepsi (halusinasi, visual, auditorik)
4) Bingung dan disorientasi tempat dan waktu
5) Gangguan koordinasi dan berbicara rancau
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan
istirahat dan tidur diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Gejala dan Tanda Mayor:

Subyektif
1. sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor:

Subyektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala dan Tanda Mayor:
Subyektif
1. Mengeluh lelah

Obyektif

1. Frekuensi dari jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat


Gejala dan Tanda Minor:
Subyektif
1. Dipsnea saat/ setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah Obyektif
4. Tekana darah berubah >20% dari kondisi istirahat
5. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
6. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
7. Sianosis
3. Keletihan
Definisi: Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat
Gejala dan Tanda Mayor:
Subyektif
1. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah Obyektif
4. Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
5. Tampak lesu
Gejala dan Tanda Minor:
Subyektif
1. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2. ibido menurun Obyektif
3. Kebutuhan istirahat meningkat
B. Perencanaan

No DX Keperawatan Tujuan dan hasil kriteria Intervensi


( SLKI ) ( SIKI )
Gangguan Dukungan Tidur
1. Setelah dilakukan (1.05174)
Pola Tidur
intervensi keperawatan
(D.0055) 1. Identifikasi pola
selama 3 x 24 jam maka
Faktor yang aktivitas dan tidur
Pola Tidur Membaik
berhubungan: 2. Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil:
a. Hambatan lingkungan pengganggu tidur
Pola Tidur (L.05045) (Fisik/psikologis)
(mis: kelembapan,
lingkungan sekitar, 1. Keluhan sulit tidur 3. Modifikasi
suhu lingkungan, meningkat (skala 5) lingkungan (mis.
pengcahayaan, 2. Keluhan sering terjaga Pencahayaan,
kebisingan, bau tidak meningkat (skala 5) kebisingan, suhu, dan
sedap/ pemeriksaan/ 3. Keluhan tidak puas tempat tidur)
tindakan) tidur meningkat (skala 4. Tetapkan jadwal rutin
b. Kurang kontrol tidur 5) tidur
c. Kurang privasi 4. Keluhan pola tidur 5. Anjurkan
d. Restraint fisik berubah meningkat menghindari makanan
e. Ketiadaan teman (skala 5) atau minuman yang
tidur 5. Keluhan istirahat tidak dapat mengganggu
f. Tidak familiar cukup meningkat tidur
dengan peralatan (skala 5) 6. Fasilitasi
tidur menghilangkan stress
g. Imobilisasi 7. Ajarkan teknik
relaksasi
Terapeutik :
1. Modifikasi
lingkungan
2. Batasi tidur siang, jika
perlu
3. Fasilitiasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal rutin
tidur.
5. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas/
2. Istirahat (1.12362)
(D.0056) intervensi keperawatan
Faktor yang selama 3 x 24 jam maka
Observasi :
berhubungan: Toleransi Aktivitas
1. 1. Ketidakseimbangan Meningkat dengan 1. Identifikasi
antara suplai dan kriteria hasil: kesiapan dan
kebutuhan oksigen kemampuan
Toleransi Aktivitas
2. 2. Tirah baring menerima informasi
(L.05047)
3. 3. Kelemahan
4. 4. Imobilisasi Terapeutik :
1.Frekuensi Nadi
5. Gaya hidup monoton 2.meningkat (skala 5) 1. Sediakan materi dan
3.Saturasi Oksigen media pengaturan
4.meningkat (skala 5) aktivitas dan
5.Kemudahan dalam istirahat
melakukan 2. Jadwalkan
6.Aktivitas sehari-hari pemberian
pendidikan
meningkat (skala 5)
kesehatan sesuai
7.Keluhan lelah
kesepakatan
menurun (skala 5)
3. Berikan kesempatan
8.Dispnea saat
kepada pasien dan
beraktivitas menurun keluarga untuk
(skala 5) bertanya
9.Dispnea setelah
beraktivitas menurun Eduksi :
(skala 5 )
10. TD membaik (skala 1. Mengajarkan
5) pengaturan aktivitas
11. Frekuensi nafas dan istirahat
membaik (skala 5) 2. Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
3. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik atau olahraga
secara rutin
4. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
5. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Haswita dan Reni. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 20l2-20l4. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Hindriyastuti, S. dan I. Zuliana. (2018). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas
Tidur Lansia Di Rw 1 Desa Sambung Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, STIKES Cendekia Utama Kudus. Vol.6, No.2 Agustus 2018
Marelli, S., Castelnuovo, A., Somma, A., Castronovo, V., Mombelli, S., & Bottoni,
D. et al. (2020). Impact of COVID-19 lockdown on sleep quality in
university students and administration staff. Journal Of Neurology.
https://doi.org/10.1007/s00415-020-10056-6
Potter, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4 .Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Posner.J, Plum And Posner. (2007). Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition,
2007. Oxford University Press, New York P;11-25
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Interνensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai