Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase keperawatan Dasar

Di Susun Oleh :

ANDI NUR RESTU FIRADIKA


14420211030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Istirahat dan Tidur
1. Definisi Istirahat dan Tidur
a. Istirahat
Istirahat merupakan kondisi tubuh tenang, relaks dan tidak ada
tekanan emosional ataupun rasa gelisah. Keadaan isitirahat juga dapat
diartikan berhenti sebentar melakukan sesuatu untuk melepas lelah,
bersantai dan menyegarkan diri, ataupun terlepas dengan keadaan yang
membosankan dan menyulitkan. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
b. Tidur
Tidur adalah keadaan dimana seseorang tidak sadar dan dapat
bangun dengan diberikan stimulus ataupun ransangan ataupun dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif. (Kasiati &
Rosmalawati, 2016)
2. Fisiologis Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak, yaitu: Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi
dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
(Hidayat, 2008).

Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan
dengan faktor lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan
stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah
ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi hormon,
metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme
sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-
bangun yang mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat
ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat
ritme tersebut paling rendah.
3. Tahapan Tidur
Tes EEG, EMG, dan EOG, dapat mengidentifikasi perbedaan sinyal
pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur dibagi menjadi
dua yaitu non rapid eye Movement dan rapid eye Movement. Masa nrm
seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90
menit selama siklus tidur. Sementara itu tahapan rem adalah tahapan
terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir. [ CITATION Tar14 \l
1033 ].
a. Tahapan tidur NREM.
1) NREM tahap I
1) Tingkat transisi
2) Merespon cahaya
3) Berlangsung beberapa menit
4) Mudah terbangun dengan rangsangan
5) Aktifitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
6) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) NREM tahap II
1) Periode suara tidur
2) Mulai relaksasi otot
3) Berlangsung 10- 20 menit
4) Fungsi tubuh berlangsung lambat
5) Dapat dibangunkan dengan mudah
3) NREM tahap III
1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
2) Sulit dibangunkan
3) Relaksasi otot menyeluruh
4) Tekanan darah menurun
5) Berlangsung 15-30 menit
4) NREM tahap IV
1) Tidur nyenyak
2) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
3) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
4) Sekresi lambung menurun
5) Gerak bola mata cepat.
b. Tahapan tidur REM.
1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur
malamnya.
3) Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi
mimpi.
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.
4. Pola Tidur Normal
a. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
1) Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
2) Mudah berespon pada stimulus
3) Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
b. Bayi
1) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
2) Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kita tidur 14 jam/hari.
3) Tahap REM 20-30%
c. Toddler
1) Tidur 10-12 jam/hari
2) Tahap REM 25%
d. Prasekolah
1) Tidur 11 jam pada malam hari.
2) Tahap REM 20%
e. Usia sekolah
1) Tidur 10 jam pada malam hari
2) Tahap REM 18,5 %
f. Remaja
1) Tidur 8,5 jam pada malam hari.
2) Tahap Rem 20%
g. Dewasa muda
1) Tidur 7-9 jam/hari.
2) Tahap REM 20-25%
h. Usia dewasa pertengahan
1) Tidur ± 7 jam/hari.
2) Tahap REM 20%
i. Usia tua
1) Tidur ± 6 jam/hari
2) Tahap REM 20-25%
3) Tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen
4) Sering terbangun pada malam hari. [ CITATION Tar14 \l 1033 ].
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
tidur, di antaranya adalah
a. Penyakit
b. Lingkungan
c. Latihan dan Kelelahan
d. Gaya Hidup
e. Stress Emosional
f. Stimulant dan Alkohol
g. Diet
h. Merokok. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

6. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia adalah kebutuhan tidur yang tidak cukup secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan ini disebabkan oleh
gannguan secara fisik ataupun faktor mental.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur.
Beberapa perilaku yang termasuk dalam parasomnia misalnya,
tidur berjalan, mengigau dan mimpi buruk.
c. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, dimana
seseorang mengalami kelebihan tidur terutamaan saat siang hari.
Gangguan ini biasanya disebabkan seperti kerusakan saraf yang
menyebabkan periode tidur REM terganggu.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan rasa kantuk yang tidak tertahankan
yang muncul secara tiba-tiba. Gangguan tidur ini juga sering
disebut dengan “sleep attack”. Gangguan ini juga disebabkan
kerusakan secara genetik system saraf pusat yang menyebabkan
gangguan pada periode tidur REM.
e. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur
Apnea saat tidur adalah terhentinya napas secara periodik saat
tidur, sedangkan mendengkur adalah gangguan tidur yang
disebabkan adanya hambatan dalam pengairan udara di hidung dan
mulut pada saat tidur.
f. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disadari pada
saat tertidur, gangguan ini sering disebut dengan isitilah
mengompol. Enuresa terbagi atas dua yaitu, enuresa nokturnal
(mengompol saat tidur) dan enures diurnal (mengompol saat
bangun tidur). (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan
1. Definisi
Etik merupakan sekumpulan nilai dan aksi moral. Nilai didasarkan
pada prinsip yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok. Aspek etik
berhubungan dengan prinsip dan konsep moral yang mengatur mana yang
baik dan mana yang buruk. Aspek legal didasarkan pada peraturan dan
regulasi yang ada pada masyarakat dan bersifat mengikat pada setiap
anggotanya.
Aspek legal etik keperawatan adalah aspek aturan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada setiap tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan. [ CITATION
Irm20 \l 1033 ]

2. Prinsip Etik Dalam Keperawatan


Menurut Irman, Nelista, & Keytimu [CITATION Irm20 \n \t \l 1033 ] ,
ada 8 prinsip etik keperawatan yang harus diketahui oleh perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada penerima layanan keperawatan,
baik individu, kelompok, keluarga atau masyarakat.
a. Autonomi (otonomi)
Mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat
yang menerapkan prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah
unik dan memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri serta memiliki
hak untuk memilih tujuan pribadinya masing-masing.
b. Beneficience (berbuat baik)
Dimana perawat wajib menerapkan tindakan yang
menguntungkan klien dan menghindari tindakan yang merugikan
klien.
c. Nonmaleficence (tidak membahayakan)
Membahayakan dapat berarti dengan sengaja menyebabkan
kerusakan, menempatkan seorang dalam bahaya, ataupun secara
tidak sengaja menyebabkan kerusakan terhadap orang lain.
d. Justice (keadilan)
Prinsip ini mengajarkan untuk memperlakukan klien dengan
sama dan adil, kecuali jika ada pembenaran atas perlakuan yang
tidak setara.
e. Fidelity (Setia pada janji)
Perawat sebagai advokat harus menjunjung tinggi kesetiaan dan
menepati janji terhadap klien untuk memberikan perawatan yang
terbaik.
f. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini penting untuk diterapkan karena klien membutuhkan
informasi yang lengkap dan relevan untuk membuat pilihan.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga dan
dihormati. Segala sesuatu yang terdapat dalam status kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien
h. Accountability (Akuntabilitas)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

3. Tindakan Kelalaian dan Malpraktik


Kelalaian diartikan sebagai kegagalan seseorang dalam melakukan
perawatan dan melindungi orang lain dari bahaya. Malpraktik diartikan
sebagai kelalaian yang dilakukan oleh seorang professional dalam
memberikan perawatan bagi orang lain.
Suatu Tindakan dikatakan sebagai malpraktik atau kelalaian apabila
memenuhi kondisi berikut :
a. Ada kewajiban terhadap klien
b. Ada kegagalan untuk memenuhi kewajiban terhadap klien
c. Terhadap suatu cedera atau hasil negative akibat tidak terpenuhinya
kewajiban terhadap klien
d. Ada bahaya atau kerusakan aktual yang dialami klien yang
menerima perawatan. [ CITATION Irm20 \l 1033 ].

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah adalah mengumpulkan data pasien
secara objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan
(fisik, psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi
peluang promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan
lainnya. (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi
mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian
mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca
buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang; apakah klien biasa tidur siang? Jam
berapa? Berapa lama?
5) Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur
apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain
lain;
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat
mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?;
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur.
Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental
klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau
ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
b. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang
timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya
apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang
konsentrasi, atau terlihat bingung;
3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
c. Gejala Klinis Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah,
gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata
bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus,
sakit kepala.
d. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia,
somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dan
lain- lain.
e. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik,


terlihat lesu.
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab,
mata merah, semangat.
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan,
menggosok-gosok mata, bicara lambat, sikap loyo.
4) Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah
potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR
dangkal dan dalam.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis pada respons
seseorang terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami
baik individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas. (Herdman &
Kamitsuru, 2015)
Diagnosis keperawatan terdiri atas dua jenis diagnosis yaitu,
Diagnosis negatif yang menunjukkan keadaan klien/pasien dalam keadaan
sakit ataupun berisiko. Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis aktual,
Diagnosis risiko. Sedangkan jenis diagnosis yang kedua yaitu Diagnosis
positif yang menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat, diagnosis ini
disebut Diagnosis promosi kesehatan. (PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan yang muncul untuk pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur yaitu;
a. Gangguan Pola Tidur
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu, lingkungan , pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurangnya kontrol tidur

3) Kurangnya privasi

4) Restraint fisik

5) Ketiadaan teman tidur

6) Tidak familiar dengan peralatan tidur.

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif

1) Mengeluh sulit tidur

2) Mengeluh sering terjaga

3) Mengeluh tidak puas tidur

4) Mengeluh pola tidur berubah


5) Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif (-)

b. Keletihan
Penyebab :
1) Gangguan tidur

2) Gaya hidup monoton

3) Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit terminal,


anemia, malnutrisi, perawatan/pengobatan jangka panjang)
4) Program hidup perawatan/pengobatan jangka panjang

5) Peristiwa hidup negatif

6) Stres berlebihan

7) Depresi

Gejala dan Tanda Mayor

- Subjektif

1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur

2) Merasa kurang tenaga

3) Mengeluh lelah

- Objektif

1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin

2) Tampak lesu

c. Kesiapan Peningkatan Tidur


Gejala dan Tanda Mayor :
- Subjektif

1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur

2) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur


- Objektif

1) Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan perkembangan


Gejala dan Tanda Minor
- Subjektif

1) Tidak menggunkan obat tidur

- Objektif
1) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tindakan keperawatan
selanjutnya yang dilakukan setelah merumuskan diagnosa keperawatan.
Dalam perumusan intervensi keperawatan harus sesuai dengan diagnosis
yang mendesak, tingkat pemenuhan batasan karakteristik yang tinggi,
faktor berhubungan barulah kemudian faktor yang berisiko. Hal ini agar
proses keperawatan yang dilakukan spesifik dan dilakukan secara
berurutan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Intervensi keperawatan ialah segala rencana dan perlakuan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan untuk mencapai tujuaan (outcome). Sedangkan tindakan
keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat sebagai bentuk
pengimplementasian dari intervensi keperawatan. (PPNI, 2018)
Dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur maka intervensi
yang kemungkinan muncul yaitu:
a. Kaji masalah yang menyebabkan gangguan tidur (Nyeri, takut,
stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing,
temperatur).

b. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur


(bising: tutup pintu kamar, turunkan volume TV).
c. Bantu upaya tidur dengan menggunakan alat bantu tidur (mis., air
hangat untuk mandi, minum susu sebelum tidur).
d. Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.

e. Lingkungan yang tenang dapat mengurangi gangguan tidur.

f. Mandi air hangat sebelum tidur dapat meningkatkan relaksasi.


Sedangkan minum susu hangat mengandung L-triptofan
(penginduksi tidur). (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
Adapun intervensi keperawatan kebutuhan istirahat dan tidur
menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu :
a. Gangguan Pola Tidur

1) Dukungan tidur

Rasional : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang


teratur

Observasi :
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur

- Identifikasi Faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau


psikologis)

- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur


(mis. kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)

- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untukt meningkatkan kenyamanan (mis.


pijat, pengaturan, posisi, terapi akupresur)

- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tindakan untuk


menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi :

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


- Anjurkan menepati kebiasaan tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya.
2) Edukasi aktivitas/istirahat
Rasional : Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai


kesepakatan

- Berikan kesempatan kepada pasien dan


keluarga untuk bertanya
Edukasi :

- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga


secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat

- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai


kemampuan.

b. Keletihan

1) Edukasi aktivitas/istirahat

Rasional : Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat


Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk


bertanya
Edukasi :

- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara


rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain
atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat

- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai


kemampuan.
2) Manajemen energi

Rasional : Membantu mengelola energi dan mengatasi serta


mencegah kelelahan dan membantu pengoptimalan proses
pemulihan
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur.
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan stratrgi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

c. Kesiapan Peningkatan Tidur

1) Dukungan tidur

Rasional : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang


teratur Observasi :
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur

- Identifikasi faktor pengganggu tidur

- Identifikasi makanan dan minuman yang menggunakan tidur

- Identifikasi waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur


- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan

- Batasi waktu tidur siang, jika perlu

- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk


menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi :

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu


tidur Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM

- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan


pola tidur

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi


lainnya.
2) Edukasi aktivitas/istirahat
Rasional : Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk


bertanya

Edukasi :

- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara


rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain
atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat

- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai


kemampuan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah Tindakan yang dilakukan kepada pasien
berdasarkan rencana asuhan yang telah disusun. Analisis berpikir kritis
pada tahap implementasi keperawatan adalah :
a. Melakukan pengkajian ulang secara kontinu untuk mengevaluasi
implementasi yang digunakan sudah mencapai tujuan asuhan
b. Melaksanakan Tindakan keperawatan secara berkesinambungan
melalui pengkajian respon pasien terhadap pelaksanaan tindakan
pasien.
c. Mendokumentasikan tindakan asuhan keperawatan dalam format
yang telah ada. [ CITATION Sir21 \l 1033 ]
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
dari tindakan yang dilakukan kepada pasien. Evaluasi diarahkan untuk
menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. [ CITATION Sir21 \l 1033 ]
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, R. A. (2020). Konsep Dasar Keperawatan. (S. Z. Nasution, R. Amelia, F.


A. Ariga, & S. Ariga, Ed.). Yogyakarta: Deepublish. Diambil dari
https://books.google.co.id/books?
id=sdEOEAAAQBAJ&pg=PA83&dq=buku+p
rinsip+legal+etik+keperawatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjg8qGusJHv
AhU DIbcAHbkLAWMQ6AEwBnoECAkQAg#v=onepage&q=buku
prinsip legal etik keperawatan&f=false
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Ed.)
(Edisi 10). Jakarta: EGC.

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan:


Pusdik SDM Kesehatan; Badan Penegmbangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Diambil dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-manusia-komprehensif.pdf

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L., Manurung, E., Sitanggang, Y., Umara,
A., et al. (2021). Pengantar Proses Keperawatan : Konsep, Teori dan
Aplikasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Tarwoto & Wartonah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai