Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PERNAPASAN

A. PENGERTIAN PERNAPASAN

Pernapasan merupakan proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup yang
berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya. Sedangkan proses
perombakan bahan makanan menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi dan gas sisa
pembakaran karbon dioksida (CO2) disebut respirasi. Proses respirasi yang menggunakan
oksigen disebut juga respirasi aerob sedangkan respirasi yang tidak membutuhkan oksigen
disebut respirasi anaerob (Rahmat, 2007).

Respirasi merupakan proses penguraian senyawa organik kompleks menjadi senyawa-


senyawa yang sederhana. Sebagian besar proses respirasi berlangsung di dalam mitokondria.
Adapun sebagian proses yang lain berlangsung dalam sitosol (Dartius, 1999).

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dibedakan menjadi 2


jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler.
Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan
sel-sel tubuh (Yatim, 1990)
Peran sistem respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem kardiovaskular dan sistem
respirasi harus bekerja sama. Sitem kardiovaskular bertanggung jawab untuk perfusi darah
melalui paru-paru sedangkan sistem pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu
ventilasi dan respirasi (Handoko, 2001)
Sistem pernapasan manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Yang pertama adalah saluran pernapasan. Untuk saluran pernapasan
adalah sebagai berikut:

B. ORGAN PERNAPASAN

1. HIDUNG
ANATOMI

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung
(Syaifuddin, 2006).

Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di
belakang berhubungan dengan bagian atas farings (nasofaring). Masing-masing rongga
hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares
anterior, dan bagian respirasi (Graaff, 2010).

Menurut Pearce (2007) permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri
adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar
sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi
menapis benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi.

Menurut Graaff (2010) pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah
alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga
lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa, yaitu:

1. Konka nasalis superior

2. Konka nasalis medius

3. Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau jaringan erektil yaitu
pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan..

Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan
bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam
terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.

Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris
pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada
rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis (Syaifuddin, 2006).

Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka
nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di
bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor
dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius (Syaifuddin, 2006).

Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut
tuba lakminaris (Syaifuddin, 2006).

FISIOLOGI

Jalan napas Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada
ekspirasi terjadi hal sebaliknya.

Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara

Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari
debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan silia.

Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan
suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam
perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya.

Turut membantu proses berbicara

Refleksi nasa
2. FARING

ANATOMI

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah
terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus (Syaifuddin, 2006).

Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel
getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2
buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang
tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Syaifuddin, 2006).

Menurut Graaff (2010) Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum
molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang
menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada
nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani.
Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba
Auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

2) Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang
hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana orofaring
merupakan bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring,
bagian orofaring ini memiliki fungsi pada system pernapasan dan system pencernaan. Refleks
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke
saluran cerna (oesophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah
makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh fauces.
Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila
faringeal, dan tonsila lingual.

3) Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan posisi


terendah dari farings. Pada bagian bawah laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari
sitem digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat posterior
ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

FISIOLOGI

Faring mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Respirasi

b. Menelan (deglutisi)
Proses menelan terdiri dari 3 stadium. Stadium pertama saat makanan dari mulut
menuju faring dan diikuti penutupan palatum molle, terangkatnya laring dan menutupnya
glotis serta bergeraknya lidah ke belakang. Stadium kedua terjadi ketika makanan menuju
hipofaring masuk ke pintu esofagus. Stadium ketiga adalah lewatnya makanan dari esofagus
menujulambung.
c. Proteksi terhadap infeksi. Ring of Waldeyer merupakan pertahanan pertama terhadap
infeksi.
d. Persepsi rasa, hal ini karena tersebarnya reseptor rasa di faring dan lidah. Peran faring
dalam hal ini adalah sebagai penghubung antara rongga mulut dengan area olfaktoria rongga
hidung.

3. LARING

ANATOMI

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan bertindak sebagai


pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring (Syaifuddin, 2006).

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.

2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

4) Kartilago epiglotis (1 buah).

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
oleh sel epitelium berlapis (Syaifuddin, 2006).
Laring tersusun atas:
1. Jaringan epitel
Jenis epitel yang menyusun laring bervariasi. Namun sebagian besar tersusun atas
epitel silindris bersilia (pada lumen laring). Sementara jenis epitel lain yang menyusun laring
ialah epitel pipih yang terdapat pada bagian ujung epiglotis. sel sel epitel silindris pada
lumen laring menghasilkan mukus atau lendir.

2. Jaringan ikat

Jenis jaringan ikat yang menyusun laring ialah:

a. Lamina propia

Merupakan bagian membran basal pada lapisan epitel. Berfungsi menghubungkan


lapisan epidermis dengan jaringan lainnya. Di dalam lamina propia terdapat tulang rawan
laringeal yang pada orang tua mengalami perkapuran.

b. Ligamen

Ligamen merupakan kelompok jaringan ikat padat yang menghubungkan otot dengan
tulang. Berkas berkas ligamen menbentuk pita suara yang menghasilkan nada atau bunyi.
Suara atau bunyi ditimbukan oleh getaran yang ditimbulkan oleh ligamen.

3. Jaringan otot

Jenis otot yang menyusun laring ialah otot lurik yang menyusun pita suara bersama
ligamen (muskulus fokalis). Getaran yang dihasilkan oleh gerakan otot ini menyebabkan
munculnya suara.

FISIOLOGI

1. Melindungi tabung trakea dari masuknya makanan


Epiglotis yang terletak di bagian pangkal laring berfungsi untuk melindungi
masuknya makanan dan air ketika sedang makan. Epiglotis akan menutup trakea sehingga
tabung pernapasan tertutup.

2. Membuka jalan napas

Ketika sedang tidak menelan makanan, epiglotis pada laring akan senantiasa terbuka
untuk menyalurkan udara pernapasan dari hidung masuk ke tenggorokan.

3. Menghubungkan faring dengan trakea


Laring merupakan tabung pendek yang menghubungkan trakea dengan faring.

4. Mengarahkan makanan masuk ke esofagus

Ketika menelan makanan maka epiglotis pada laring akan menutup sehingga makanan
akan memasuki esofagus.
5. Menghasilkan nada suara

Tulang laring yang melebar membentuk pita suara yag tersusun atas jalinan ligamen
dan otot lurik. Suara yang ditimbulkan terjadi ketika laring terbuka. Getaran yang
ditimbulkan oleh jalinan ligamen ini akan menghasilkan suara karena gesekan dengan udara
yang masuk.

4. TRAKEA

ANATOMI

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang
trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia hanya bergerak
kearah luar (Syaifuddin, 2006).

Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan di bagian ujung


menuju ke paru-paru. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut
karina. Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.
Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat partikel-partikel
debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut akan menggerakan mukus ini
naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan
untuk membersihkan saluran pernapasaan (Graaff, 2010).
5. BRONKUS

ANATOMI

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Syaifuddin, 2006).

1) Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung


kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.

2) Bronkiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang mempunyai


kelenjar lendir dan silia).

3) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori


dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.

4) Duktus alveolar dan sakus alveolar


6. PARU-PARU

ANATOMI

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m. Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Syaifuddin, 2006).

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di
dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm
(Syaifuddin, 2006).

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas (Syaifuddin, 2006).
Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah yang miskin oksigen dari
ventrikel kanan masuk ke paru melalui arteri pulmonalis. Selain system arteri dan vena
pulmonalis, terdapat pula arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta, untuk
memperdarahi jaringan bronki dan jaringan ikat paru dengan darah kaya oksigen. Ventilasi
paru (bernapas) melibatkan otot-otot pernapasan, yaitu diafragma dan otot-otot interkostal.
Selain ini ada otot-otot pernapasan tambahan eperti otot-otot perut (Graaff, 2010).

7. ALVEOLUS

ANATOMI
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang jika. bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Alveolus terdiri dari gelembung gas yang
dikelilingi oleh jalinan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu
teganganpermukaan yang cenderung mencegah pengembangan pada waktu inspirasi dan
cenderung kolaps pada waktu ekspirasi. Alveolus dilapisi zat lipoprotein yang dinamakan
surfaktan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Terdiri
atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

8. DIAFRAGMA
Diafragma adalah lembaran otot intern yang meluas di bagian bawah tulang rusuk. Ini
merupakan otot yang penting yang memisahkan rongga dada, yang berisi jantung, paru-paru
dan tulang rusuk, dari rongga perut. Diafragma adalah septum musculo-berserat berbentuk
kubah yang memisahkan rongga dada dari sisa rongga perut. Oleh karena itu, permukaan atas
cembung yang membentuk lantai dari rongga dada dan cekung permukaan bawah
membentuk atap rongga perut. The perifer bagian dari diafragma terdiri dari serat otot yang
mengambil asal dari lingkar dada aperture rendah dan bertemu untuk memasukkan ke dalam
tendon sentral. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenikus yang menjamin bahwa hal itu
berfungsi dengan baik. Diafragma ini ditembus oleh berbagai lubang untuk memungkinkan
dari bagian struktur, seperti pembuluh darah penting, saraf dan struktur otot seperti
kerongkongan, antara dada dan perut.
Fungsi utama dari diafragma untuk membantu dalam pernapasan. Ketika seseorang
menghirup, kontrak diafragma dan dengan demikian, memperbesar ruang yang tersedia di
dalam rongga dada. Otot-otot interkostalis eksternal juga membantu membawa pembesaran
ini dari rongga dada. Pembesaran ini sehingga menciptakan tekanan negatif yang mengarah
ke kekuatan hisap dan menggambar udara ke paru-paru.

C. MEKANISME PERNAPASAN

Tahap Pengangkutan Oksigen ke Jaringan

1. Oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita menarik napas, tekanan
parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi udara berbeda dengan
atmosfer tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.

2. Darah mengalir dari jantung menuju paru-paru untuk mengambil oksigen yang berada
dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat oksigen dengan tekanan 40 mmHg. Karena adanya
perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba dalam pembuluh kapiler yang berhubungan dengan
membran alveoli maka oksiggen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam
pembuluh kapiler.

3. Oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan ke seluruh tubuh. Ada dua
mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma darah dan
oksigen yang terikat oleh hemoglobin. Tetapi darah paling banyak terikat oleh hemoglobin
dibandingkan plasma darah.
4. Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa melalui cairan interstisial
terlebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20 mmHg. Tekanan parsial
oksigen dalam pembuluh darah arteri 100 mmHg. Dengan perbedaan tekanan parsial, maka
terjadi difusi oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.

5. Tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg. Oksigen dan cairan
interstisial berdifusi ke dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolisme
yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak dan protein)
menghasilkan H2O, CO2 dan energi.

Mekanisme Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida

Berdasarkan proses terjadinya pernapasan, terdapat 2 mekanisme pertukaran gas,


yaitu:

1. Pernapasan Eksternal, yaitu proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara


udara dan darah dalam paru-paru

Proses Difusi Pelepasan CO2

Sel darah merah (eritrosit) masuk ke kapiler paru-paru dengan mengandung


karbondioksida dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-). Dengan bantua enzim karbonat
anhidrase, ion bikarbonat menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

Reaksi: H+ +HCO3 H2CO3 H2O + CO2

Proses Difusi Pengikatan O2

Di saat yang sama, hemoglobin tereduksi (HHb) melepaskan ion hidrogen (H +


menjadi hemoglobin (Hb) mengikat oksigen (O2) oksihemoglobin (HbO2)

Reaksi: HbO2 Hb + O2

Proses masuknya oksigen ke dalam jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan konsentrasi oksigen dan karbondioksida antara darah
dan jaringan. Karena konsentrasi oksigen dalam jaringan lebih rendah daripada di darah,
maka oksigen dalam darah akan mengalir ke jaringan. Sebaliknya, karena konsentrasi
karbondioksida pada jaringan lebih banyak daripada di darah, maka karbondioksida akan
mengalir dari jaringan ke darah.

Sebagian karbondioksida akan diikat oleh hemoglobin membentuk karboksi


hemoglobin (HbCO2).

Reaksi: CO2 + Hb HbCO2

Namun sebagian besar karbondioksida masuk ke plasma darah, bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat (H2CO3).

Reaksi: CO2 + H2O H2CO3


Asam karbonat tersebut akan dipecah kembali menjadi hidrogen (H+) dan HCO3- (ion
bikarbonat) yang akan diproses untuk pengeluaran CO 2 keluar tubuh dalam mekanisme
pernapasan eksternal. Akan tetapi, ternyata tidak semua ion bikarbonat diekskresikan,
melainkan 10% dari ion bikarbonat akan disimpan, tetap berada di dalam darah. Ion
bikarbonat tersebut berfungsi sebagai buffer dan mempertahankan pH di dalam tubuh.

Pada mekanisme pernapasan, organ-organ pernapasan terlibat dalam pemasukkan


udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi). Sehingga mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada
dan perut terjadi secara bersamaan (Agiel, 2010).

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.


Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase Inspirasi, berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2. Fase Ekspirasi, merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi
semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga
udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar (Agiel, 2010).

b. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas


otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan
perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.
1. Fase Inspirasi, yaitu ketika otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.

2. Fase Ekspirasi, merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semua,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya
udara keluar dari paru-paru (Agiel, 2010).

D. VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara
ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas
vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc
merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru
sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat
dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. Dalam keadaaan
normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam
bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal =
500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan
normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar
1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500
cc) (Agiel. 2010).

Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan adalah:


1. Usia, Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula. Semakin
bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun.

2. Jenis kelamin., Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan


perempuan.

3. Suhu tubuh, Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan
semakin cepat.

4. Posisi tubuh, Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan
posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk.
Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.

5. Aktivitas, Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat.

Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini
terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang
umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.

1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang
ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan
terasa gatal.
2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran
pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan
psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya
bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang
diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas
penderita terengah-engah.
4. Asfiksi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan
oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia
(akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN,
atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).
5. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam
bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
6. Difteri, adalah penyumbatan pada rongga faring atau laring oloeh lendir yang
dihasilkan kuman difteri.
7. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan
udara.
8. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada
alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
9. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran
napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau
amandel.
10. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru
dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan
aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-
paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah
penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium
(Fauzi. 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Graaff, V. D. (2010). Human Anatomy, Ten Edition. New York: McGraw-Hill Copanies.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Pearce, E. C. (2007). Anantomy dan Fisiology untuk Paramedis. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai