Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SEDIAAN BUCCAL PATCH MUCHOADHESIVE

Firda Tri Monisia, Indah Mauliddah, Indah Permata Sari, Livina Tasia Giwani, Vabiola Besti
Delmonda

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya
Email: farmasiunsri2016@gmail.com

ABSTRAK
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan buccalpatch mu
I. PENDAHULUAN masih ada 18 beberapa polimer yang
Buccal mucoadhesive patch adalah dimungkinkan dapat digunakan sebagai
bentuk sediaan obat yang berdasar pada polimer mukoadhesif, antara lain polisakarida,
mukoadhesif sistem dan digunakan di daerah guar, karboksimetilselulosa dan DEAEdextran
antara bagian dalam pipi dengan gusi bagian (Harding, 2003). Polimer mukoadhesif terdiri
atas. Menurut Mathiowitz et al. (1999) ukuran dari polimer anionik (PAA, karbopol, PCP,
ketipisan patch bukal antara 0,5-1,0 mm, Na-CMC, Na-Hialuronik, Na-Alginat),
apabila lebih kecil akan menyulitkan dalam polimer kationik (Chitosan), polimer non-ionik
pemakaiannya. Pelepasan zat aktif pada suatu (hidroksietilsellulosa, hidroksipropilsellulosa,
patch dikenal dengan metode tidak langsung. PVP4400, PEG6000) dan polimer thiomer
Menurut Lenaerts et al. (1990), patch terdiri (konjugat cysteine dan PAA, polikarbopil dan
dari 3 lapisan yaitu (1) Permukaan dasar Na-CMC) (Grabovac et al., 2005).
mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif
Salah satu penelitian terdahulu, adalah
polikarbopil, (2) permukaan membran yang
penggunaan polimer mukoadhesif chitosan
merupakan tempat terlepasnya obat, (3)
pada sediaan patch bukal propranolol
permukaan impermeable, yang langsung
hidroklorida. Dari hasil penelitian
bersentuhan dengan mukosa.
menunjukkan hasil sebagai berikut,
Guna mendukung sistem tersebut, keseragaman ukuran dan keseragaman bobot
dibutuhkan eksipien yang berfungsi sebagai didapatkan 0,43 ± 0,01 mm sampai dengan
polimer mukoadhesif. Menurut Grabovac et al. 0,58 ± 0,01 mm dan 68 ± 1 sampai dengan 84
(2005), polimer mukoadhesif adalah ± 1. Untuk uji permukaan pH didapatkan 5,82
makromolekul natural sintesis yang mampu ± 0,13 sampai dengan 6,11 ± 0,12. Sedangkan
bekerja pada permukaan mukosa. Polimer uji kemampuan melekat didapatkan 9,6 ± 2,0 g
mukoadhesif dianggap dapat sebagai terobosan dan dari uji waktu mukoadhesi didapatkan 272
baru sebagai sediaan lepas lambat dan menit. Namun, masih ada catatan mengenai
meningkatkan sistem penghantaran obat secara penggunaan chitosan sebagai matriks.
lokal. Chitosan memiliki kelarutan yang rendah,
sehingga akan menghalangi pengembangan
Beberapa jenis polimer dapat
sediaan patch. Hal ini berarti akan
digunakan untuk pembuatan buccal patch dan
menghalangi pula pelepasan obat dari
basis hydrogel. Beberapa turunan polimer
matriksnya. Untuk itu ditambahkan polivinil
alam yang dapat digunakan meliputi agarose,
pirolidone pada percobaan tersebut, agar dapat
gelatin dan turunan selulosa dari asam
membantu pelepasan obat dari matriksnya
hialuronik serta chitosan. Sedangkan polimer
(Pathel et al., 2007)
sintesis mukoadhesif yang dapat digunakan
seperti poliakrilat dan co-polimer dari asam Bentuk sediaan bukal patch didesain
poliakrilik. Selain polimer tersebut di atas, menjadi bentuk sediaan controlled release, di
mana controlled release dibagi menjadi menuju rongga mulut. Tipe III merupakan
extended release, sustained release dan sistem yang memberikan pelepasan obat
prolonged release. Sediaan prolonged release secara tidak langsung. Seluruh permukaan
mulanya membuat ketersediaan obat di dalam pada sediaan dilapisi dengan impermeable
tubuh dalam jumlah yang cukup untuk dapat backing layer kecuali sisi yang kontak dengan
menghasilkan respon farmakologis yang bukal mukosa (Kaul et al., 2011).
diinginkan. Bentuk sediaan tersebut juga
Dalam pembuatan buccal
memungkinkan untuk dapat mengisi kembali
mucoadhesive patch, bahan polimer
pasokan obat di dalam tubuh dan
diperlukan untuk membentuk sistem
memperpanjang waktu respon farmakologis
mucoadhesive. Polimer mucoadhesive terdiri
sehingga dapat dipertahankan dibandingkan
dari polimer kationik (Aminodekstran,
dengan obat dosis tunggal. Pada prolonged
chitosan, TMC), polimer anionik
release, ketersediaan obat pada indeks terapi
(ChitosanADTA, CP, CMC, pektin, PAA, PC,
tidak dijaga konstan.
natrium alginat, xanthan), polimer non-ionik
Sustain release adalah desain obat (Amilum hidroksietil, HPC, polietilen oksida,
yang didesain untuk melepaskan sejumlah PVP), dan polimer thiomer (konjugat cysteine
kecil dari dosis total yang telah ditentukan ke dan PAA, polikarbopil, dan Na-CMC) (Kaul et
dalam sistem pencernaan. Pelepasan dosis al., 2011; Grabocav et al., 2005). Chitosan
tersebut harus sejumlah dosis yang dapat banyak dipilih sebagai bahan polimer karena
mengakibatkan respon farmakologis sesegera 30 bersifat biodegradable, biokompatibel, non-
mungkin, dimana obat tersebut harus konsisten toksik, dapat melekat pada mukosa mulut, dan
dengan ketersediaan intrinsik obat untuk dapat meningkatkan absorpsi obat (Rasool dan
diabsorbsi dari saluran pencernaan. Dosis sisa Khan, 2010), serta kekuatan adhesifnya lebih
kemudian dilepaskan secara cepat guna besar dibanding polimer natural/seminatural
menjaga ketersediaan obat di dalam tubuh lainnya (Gandhi et al., 2011). Pemberian
untuk beberapa periode waktu yang ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang
diinginkan. semakin besar dapat meningkatkan jumlah zat
aktif dalam sediaan, sehingga mampu
Penghantaran bukal mukoadhesif
meningkatkan aktivitas antibakteri patch
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe I yang
(Hamida, 2013). Penambahan suatu bahan
merupakan sistem single layer dimana
pengembang (release enhancer substances) dan
pelepasan obat ke semua arah. Pelepasan obat
suatu plasticizer dapat meningkatkan
akibat sediaan yang mengembang. Tipe II
persentasi swelling index dari patch karena
merupakan sistem double layer dengan
sifatnya yang mudah menyerap air dan dapat
ditambahkan backing membran dibagian atas
berpengaruh terhadap sifat elastisitas patch
dari patch tersebut untuk menghindari
(Patel et al., 2007), sehingga penambahan
kehilangan obat dari bagian atas sediaan
ekstrak daun sirih ke dalam formula patch Pengujian terhadap keragaman bobot
tanpa adanya release enhancer substances patch dilakukan dengan menimbang 10 buah
tidak akan berpengaruh optimal terhadap sifat patch dengan ukuran 8 x 20 mm2 secara acak
fisik sediaan buccal mucoadhesive patch. dari setiap batch kemudian dihitung massa
rata-ratanya dan dibandingkan dengan massa
II. METODE PENELITIAN
patch satu per satu kemudian dihitung
2.1 Tempat Dan Waktu Penelitian simpangan bakunya.

Penelitian dilakukan di Laboratorium 2.3.3 Keseragaman kandungan (Doshi, 2011


Teknologi Farmasi FMIPA UNSRI. Waktu dan Yogananda & Rakesh, 2012)
penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018
Diambil patch dari masing-masing
sampai dengan bulan April 2018.
formula dengan ukuran 8 x 20 mm2 kemudian
2.2 Alat dan Bahan dilarutkan dalam 42,5 ml buffer fosfat pH 6,8
dan diaduk dengan menggunakan magnetik
2.2.1 Alat
stirer selama 2 jam. Larutan tersebut kemudian
Peralatan yang digunakan antara lain ditambahkan 7,5 ml etanol 96% dan dilakukan
cawan petri, kertas Ph, jangka sorong, pengadukan kembali hingga 4 jam. Larutan
penggaris, beaker glass, gelas ukur, perkamen, kemudian disaring dan dianalisis dengan
batang pengaduk, oven, gunting atau cutter menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
timbangan analitik dan magnetic stirer. dengan panjang gelombang 275,5 nm. Dengan
blangko yang mengandung patch tanpa zat
2.2.2 Bahan
aktif yang telah dilarutkan dalam campuran
Ekstrak daun afrika, HPMC, etanol,
buffer fosfat pH 6,8 dan etanol 96% dengan
propilen glikol, dan aquadest.
perbandingan 85:15.

2.3 Prosedur Kerja


2.3.4 Keragaman ketebalan (Yogananda &
2.3.1 Organoleptis (Balasubramanian et al., Rakesh, 2012)
2012)
Ketebalan patch diukur dengan

Meliputi pengamatan secara mikrometer di tiga titik pada masing-masing

mikroskopis dan makroskopis terhadap dari patch, dan kemudian dihitung rata-rata

fisik patch yang dibuat. Meliputi pengamatan ketebalannya. Ketebalan patch dinyatakan
warna patch dan tekstur permukaan patch. dalam satuan mikrometer (µm).

2.3.2 Keragaman bobot (Yogananda & 2.3.5 Uji Pelipatan (Bindu et al., 2010)
Rakesh, 2012)
Uji pelipatan ditentukan dengan
berulang kali melipat patch di tempat yang
sama sampai patch tersebut patah. Pelipatan
patch dilakukan maksimal sebanyak 300 kali.
Jumlah dari berapa kali patch bisa dilipat di
tempat yang sama tanpa berhenti merupakan
nilai dari ketahanan lipat patch.

2.3.6 Pengukuran pH Permukaan


(Yogananda & Rakesh, 2012)

Diambil patch secara acak, patch


dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi
0,5 ml aquades (pH 6) selama 120 menit
dalam temperatur ruang dan pH permukaan
patch diukur dengan menggunakan pH
indikator.

2.3.7 Uji Pengembangan (Swelling studies)


(Yogananda & Rakesh, 2012)

Pengembangan patch diukur dengan


menempatkan patch dari masing-masing
formula dengan ukuran 1 x 2 cm2 ke dalam
beaker glass yang mengandung 20 ml larutan
buffer fosfat pH 6,8. Bobot patch ditimbang
setiap 5 menit, sebelum ditimbang patch
dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Penimbangan dilakukan hingga menit ke 30.

Anda mungkin juga menyukai