BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka perumusan masalah
adalah bagaimana pengaruh variasi konsentrasi polivinil alkohol sebagai
emulgator dalam pembuatan mikropartikel dengan matriks etil selulosa terhadap
ukuran dan bentuk partikel, effisiensi enkapsulasi, serta profil pelepasan
deksametason dari mikropartikel.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
polivinil alkohol sebagai emulgator dalam formulasi mikropartikel dengan matriks
etil selulosa terhadap ukuran dan bentuk partikel, effisiensi enkapsulasi serta
profil pelepasan deksametason dari mikropartikel.
D. Tinjauan Pustaka
1. Tissue engineering scaffold
Tissue engineering bertujuan untuk mengembangkan, mengganti,
memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi jaringan atau
keseluruhan organ. Untuk membuat rekayasa kontruksi jaringan secara in vitro,
komponen yang digunakan adalah sel, biokompatibel scaffold dan sistem kultur in
vitro yang tepat untuk pertumbuhan tiga dimensi (3D) pada jaringan (Hwang,
2011). Keberhasilan tissue engineering tergantung pada generasi sel yang tepat
dan kemampuan sel-sel untuk melakukan fungsi biologis tertentu (Vats, et al,
2005). Identifikasi dan karakterisasi sumber sel yang tepat, merupakan
pertimbangan utama dalam teknik rekaya jaringan pada perbaikan tulang rawan
(Guilak, et al, 2004).
4
2. Formulasi Mikropartikel
Pada formulasi mikropartikel, seluruh obat dapat terdistribusi homogen
pada polimer, matrik atau dapat dienkapsulasi pada polimer dari reservoir obat.
Hal ini memungkinkan obat dapat terabsorbsi kepermukaan partikel (Li and Jasti,
2006). Mikropartikel atau mikrokapsul atau microspheres dibagi menjadi tiga
kategori dasar yaitu monocored, polycored dan matrik. Pada mikrokapsul
monocored hanya memiliki rongga tunggal dalam kapsul. Pada mikrokapsul
polycored terdapat beberapa ukuran rongga yang berbeda dalam kapsul.
Sedangkan untuk matrik, bahan aktif tercampur dalam matrik (Dubey, et al,
2009). Umumnya pelepasan obat pada formulasi mikropartikel ada tiga
mekanisme yang berbeda, yaitu dengan pelepasan material inti dari mikrokapsul/
mekanisme pemecahan dinding kapsul, pelarutan atau pelelehan dinding kapsul
dan proses difusi melalui dinding kapsul (Dubey, et al, 2009).
Metode pembuatan mikropartikel secara emulsifikasi yaitu dengan fase
cair mengandung obat terlarut sedangkan pada fase organik mengandung polimer
yang teremulsifikasi, pemisahan fase polimer dilakukan dengan mengubah
temperatur serta penambahan garam (Li and Jasti, 2006). Langkah terakhir pada
pembentukan mikropartikel adalah dengan mensuspensikan mikropartikel yang
terbentuk, dibekukan pada lemari pendingin dan di freeze drying hingga menjadi
serbuk. Pada freeze dryer terdiri atas tiga langkah, yaitu: pendinginan hingga
membeku untuk memaksimalkan kadar es, kemudian beberapa es disublimasi
pada temperatur subfreezing, biasanya ditunjukkan dengan pengurangan
temperatur. Langkah terakhir adalah penghilangan residu, dicairkan air dari
larutan yang telah dipadatkan sebelumnya (Franks, 2007).
5
3. Deskripsi Bahan
a. Deksametason
Deksametason sebagai inducer dari Bone Marrow Stromal Cell (BMSC)
diharapkan dapat memperlambat pembelahan sel, merangsang aktivitas alkali
fosfatase dan meningkatkan mineralisasi matrik (Morales, et al, 2009).
Deksametason mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 104,0%
C22H29FO5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur, putih
atau hampir putih, tidak berbau rasa agak pahit, kelarutan praktis tidak larut dalam
air, larut dalam 42 bagian etanol (95%) P dan dalam 165 bagian kloroform P
(DepKes RI, 1979).
b. Etil selulosa
Etil selulosa atau Ethocel merupakan polimer yang dapat digunakan
untuk mengontrol pelepasan zat aktif pada sediaan padat. Umumnya etil selulosa
dapat larut dalam pelarut alkohol alifatik, dan praktis tidak larut pada gliserin,
propilen glikol, dan air. Etil selulosa merupakan polimer organosoluble yang
dapat dimanfaatkan salah satunya pada pembuatan mikropartikel (Dow, 2005).
6
c. Polivinil Alkohol
Surfaktan pada intinya merupakan molekul yang diabsorbsi oleh
permukaan partikel untuk mencegah terjadinya gumpalan (Sugita, dkk, 2010).
Surfaktan diklasifikasikan berdasarkan nilai keseimbangan antara hidrofilik dan
lipofiliknya/ Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Nilai HLB antara 1-9 lebih bersifat
lipofilik sedangkan HLB lebih dari 10 bersifat hidrofilik. Penggunaan keduanya
secara bersamaan menyebabkan dispersi lebih cepat terbentuk (Liu, 2008).
Perbedaan nilai HLB pada surfaktan dapat mempengaruhi mekanisme kerja dalam
menurunkan tegangan permukaan (Sugita, dkk, 2010).
Polivinil alkohol merupakan polimer yang disintesis dari proses hidrolisis
gugus asetat pada polivinil asetat yang merupakan gabungan dari monomer vinil
asetat (Vrana, 2009). Polivinil alkohol berwarna putih hingga krem, larut dalam
air panas, semakin kecil berat molekul kelarutan PVA meningkat (Hasan, 2012).
Pada umumnya PVA digunakan sebagai penstabil emulsi pada range konsentrasi
antara 0,25-3,0%b/v. Campuran antara larutan PVA dengan larutan glutaraldehid
dapat digunakan untuk formulasi mikopartikel/ mikrosfer (Baker, 2009)
7
d. Diklorometan
Diklorometan merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
larut dalam 50 bagian air, bercampur dengan etanol 95% P dan eter P. Jarak titik
didih tidak kurang dari 95% tersuling pada suhu 39-40˚C. Bobot per mL 1,323 g
sampai 1,325 g. sisa penguapan tidak lebih dari 0,05%. Penguapan dilakukan di
atas tangas air dan dikeringkan pada suhu 105˚C (DepKes RI, 1979). Sifat
diklorometan yang demikian dapat mempengaruhi kecepatan pelarut untuk
berdifusi menuju air atau fase kontinyu dari sitem emulsi yang terbentuk (Elfrida,
2012).
E. Landasan Teori
Menurut penelitian Gunawan dkk pada tahun 2004, pembuatan mikrosfer
dengan metode ultrasonik dilakukan dengan mencampurkan larutan Polilaktat
(PLA) dengan kloroform pada konsentrasi 3% dan PVA sebagai pengemulsi
dengan konsentrasi 7,5%; 5,0%; dan 2,5% menggunakan ultrasoundbath selama
30 menit. Sistem emulsi yang diperoleh dievaporasi menggunakan motor
pengaduk pada kecepatan 1000 rpm selama 60 menit. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk mikrosfer dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan pengemulsi (Gunawan, dkk, 2004).
Deksametason merupakan sintesis dari glukokortikosteroid yang dapat
diaplikasikan sebagai molekul bioaktif dalam regenerasi jaringan atau tulang yang
rusak dan dihantarkan dalam bentuk mikropartikel. Pembuatan mikropartikel
dengan metode emulsifikasi digunakan polivinil alkohol sebagai larutan
pengemulsi, yang dibuat dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,5% dan 2,5%
8
F. Hipotesis
Polivinil alkohol merupakan surfaktan yang pada formulasi mikropartikel
sebagai emulgator pada berbagai konsentrasi akan mempengaruhi ukuran, bentuk,
efisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan deksametason dari mikropartikel
deksametason dengan matriks etilselulosa. Semakin tinggi konsentrasi Polivinil
alkohol secara signifikan menyebabkan ukuran partikel lebih kecil, effisiensi
enkapsulasi lebih besar dan mempercepat pelepasan obat.
9
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kategori Penelitian
Kategori penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental murni.
B. Variabel Penelitian
1. Variable bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi dari
polyvinyl alcohol sebagai emulgator pada pembuatan mikropartikel
deksametason dengan matriks etil selulosa.
2. Variable tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah bentuk dan ukuran
mikropartikel, effisiensi enkapsulasi serta profil pelepasan zat aktif dari
mikropartikel.
3. Variable terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah konsentrasi etil
selulosa, kecepatan dan lama pengadukan, kecepatan dan lama sentrifugasi,
suhu uji pelepasan zat aktif, medium uji pelepasan zat aktif, dan volume
medium uji pelepasan zat aktif.
9
10
2. Bahan
Pada penelitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah deksametason
(DXM (sigma)), polivinil alkohol (PVA (sigma)), etil selulosa (EC
(merchatit)), Dichlorometan (DCM), akuadest, tablet buffer fosfat pH 7,4,
etanol absolut Pa (merck) dan 0,1% tween 80.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Laboratorium scanning electron
microscopy (SEM) Balai Konservasi Borobudur (BKB) Borobudur Magelang
E. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan larutan stok obat
Larutan stok obat dibuat dengan menimbang 25 mg DXM kemudian
dilarutkan dalam etanol absolut pa ditambahkan etanol absolut pa hingga 5 mL.
Larutan stok yang masih sisa disimpan dalam lemari pendingin.
menit sampai terbentuk emulsi. Emulsi yang telah terbentuk diletakkan dalam
lemari asam untuk menguapkan DCM dengan tetap diaduk menggunakan
magnetik stirer pada skala 4 selama 24 jam. Untuk mendapatkan mikropartikel
selanjutnya disentrifugasi larutan selama 10 menit pada 3000 rpm, kemudian
dicuci 3 kali dengan akuades untuk menghilangkan sisa DXM yang tidak
terenkapsulasi dalam EC. Mikropartikel yang telah dicuci didispersikan dalam
air dan dibekukan didalam freezer. Selanjutnya dimasukan ke dalam freez
dryer selama 24 jam hingga terbentuk serbuk yang kering. Mikropartikel yang
terbentuk selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin.
Kode Batch
Bahan
SL005 SL006 SL007
EC (mg) 500 500 500
Dichloromethane (DCM) (mL) 10 10 10
Dexamethasone (DXM) (mg) 5 5 5
PVA (gram) 0,05 0,25 1,25
Aquadest (mL) 50 50 50
b. Efisiensi enkapsulasi
Dilakukan dengan melarutkan 10 mg mikropartikel ke dalam etanol
absolut pa, lalu disentrifugasi untuk mengendapkan etil selulosa yang tidak
larut. Diukur absorbansi menggunakan spektrofotometri UV dengan
menggunakan blangko etanol absolut pa, dihitung kadar obat dalam %b/b
dengan memplotkan absorbansi ke dalam persamaan kurva baku.
5. Analisis Data
a. Penentuan λ max
Dilakukan scaning panjang gelombang pada salah satu seri konsetrasi
deksametason yaitu pada konsentrasi 62,500 µg/mL menggunakan
spektrofotometri UV, dicari pada range 200-400 nm.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Mikropartikel
Pembuatan mikropartikel deksametason dengan matriks EC
menggunakan PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5% berturut-turut menghasilkan rendemen
partikel sebanyak 82,29%b/b, 83,02%b/b, dan 85,92%b/b. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi PVA yang digunakan dalam formulasi, menyebabkan
semakin banyak rendemen yang diperoleh. Menurut kemala, et al, (2012), PVA
pada umumnya digunakan sebagai bahan tambahan untuk menstabilkan emulsi
yang terbentuk antara fase organik dan air. Semakin stabil larutan yang terbentuk
akan mengakibatkan mikropartikel yang terbentuk semakin banyak, sehingga
semakin tinggi konsentrasi PVA rendemen yang dihasilkan pada pembuatan
mikropartikel akan semakin banyak.
14
15
2.500
y = 0,0352x + 0,0552
2.000 R² = 0,9999
Absorbansi
1.500
1.000
0.500
0.000
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Kadar Deksametason (µg/mL)
setiap formula ini dipengaruhi oleh konsentrasi PVA pada fase kontinyu. Semakin
tinggi konsentrasi PVA pada fase kontinyu menyebabkan ukuran partikel semakin
kecil. Gambar 6 menunjukkan kurva distribusi ukuran mikropartikel
deksametason yang dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
400
350
300
250
Frekuensi
50
0
0 5 10 15 20
-50
Range Ukuran Partikel (µm)
Gambar 6. Kurva distribusi ukuran mikropartikel menggunakan matrik etil selulosa yang
dibuat dengan metode emulsifikasi dengan konsentrasi PVA sebagai emulgator
0,1%, 0,5%, dan 2,5%. Mikropartikel mengandung zat aktif deksametason.
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
Tabel 2. Hasil uji drug loading dan efisiensi enkapsulasi mikropartikel deksametason yang
dibuat dengan metode emulsifikasi menggunakan matriks etil selulosa.
100
90
80
Efisiensi Enkapsulasi
70
60
50
40
30
20
10
0
0.1 0.5 2.5
Konsentrasi PVA (%b/v)
Gambar 8. Hasil uji effisiensi enkapsulasi mikropartikel deksametason yang dibuat dengan
cara emulsifikasi secara langsung menggunakan spektrofotometri UV dengan
blangko etanol absolut pa.
120
100
80
PVA 0,1%
60
PVA 0,5%
40 PVA 2,5%
20
0
Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-6
Waktu
Gambar 9. Kurva hasil uji pelepasan zat aktif deksametason dari mikropartikel dengan
matrik etil selulosa menggunakan medium buffer fosfat pH 7,4 dengan
penambahan 0,1% tween 80.
Tabel 3. Hasil perhitungan sisa zat aktif pada uji pelepasan zat aktif mikropartikel
deksametason dengan matriks etil selulosa.
Sisa mikropartikel dari uji pelepasan zat aktif dicuci dengan akuades
sebanyak 3 kali kemudian di freeze drying untuk mengetahui bobot mikropartikel
sisa setelah uji pelepasan zat aktif. Tabel 3 menunjukkan rata–rata sisa zat aktif
dan zat aktif sisa ditambah zat aktif kumulatif yang terlepas dari mikropartikel
deksametason. Pada uji pelepasan zat aktif, perlu dihitung mikropartikel yang
tersisa, hal ini digunakan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang tersisa dalam
mikropartikel tersebut setelah dilakukan uji pelepasan zat aktif. Sisa zat aktif
yang telah diketahui ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah zat aktif
yang terlepas pada pelepasan zat aktif sehingga dapat diketahui keseluruhan
jumlah zat aktif pada mikropartikel tersebut. Pada perhitungan mikropartikel sisa,
jumlah rata-rata zat aktif sisa dan zat aktif kumulatif yang terlepas tidak sama
22
dengan jumlah obat dalam mikropartikel secara teoritis hal ini dapat disebabkan
saat pencucian mikropartikel sisa masih mengandung buffer fosfat sisa uji
pelepasan zat aktif dan buffer pospat menjadi serbuk saat di freeze drying
sehingga berat bertambah. Pada uji pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah koefisien partisi molekul obat dari reservoir membran
dan medium berair, kemampuan difusi molekul obat, dan konsentrasi obat dalam
mikropartikel.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Preparasi mikropartikel dengan variasi konsentrasi PVA, menghasilkan ukuran
dan bentuk yang berbeda berdasarkan hasil SEM formula dengan konsentrasi
PVA tinggi menyebabkan ukuran mikropartikel semakin kecil.
2. Evaluasi efisiensi enkapsulasi berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa dengan peningkatan konsentrasi PVA memberikan perbedaan yang
bermakna sehingga peningkatan konsentrasi PVA mempengaruhi effisiensi
enkapsulasi kecuali pada formula dengan konsentrasi PVA 0,1% dan 2,5%.
3. Evaluasi pelepasan zat aktif dengan peningkatan konsentrasi PVA memberikan
perbedaan yang tidak bermakna sehingga peningkatan konsentrasi PVA tidak
mempengaruhi profil pelepasan zat aktif.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi konsentrasi PVA untuk mendapatkan mikropartikel
deksametason yang effisiensi enkapsulasinya tinggi sedangkan pelepasan zat
aktifnya rendah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan mikropartikel
deksametason untuk terapi jaringan atau organ yang rusak.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, N., Mishara, R., Goda, C., and Arora, M., 2012, Microencapsulation –
A Novel Approach in Drug Delivery: A Review, Journal Pharmaceutical
Sciences, 2(I), 1 – 20.
Baker, A., 2009, Polyvinyl Alcohol, In Rowe, R., Sheskey, P., and Quinn, M.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth ed., Pharmaceutical
Press, London, Chicago.
Cruz, D., Ivirico, J., Ribelles, J., Sanchez, M., Reis, R., and Mano, J., 2008,
Chitosan Microparticles as injectable Scaffolds for Tissue Engineering,
Journal, 2, 378-380.
Dahl, T, C., 2009, Ethylcellulose, In Rowe, R., Sheskey, P., and Quinn, M.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth ed., Pharmaceutical
Press, London, Chicago.
DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, DepKes RI, Jakarta.
Deshmukh, R., and Naik, J., 2014, Study Of Formulation Variables Influencing
Polymeric Microparticles By Experimental Design, ADMET & DMPK,
2(1), 63-70.
Dhandayuthapani, B., Yoshida, Y., Maekawa, T., and Kumar, D., 2011,
Polymeric Scaffolds in Tissue Engineering Application: A Review,
International Journal of Polymer Science, 2011, 1-20.
Dias, V., Ambudkar, V., Fegely, and Rajabi-Siahbomi, A., 2008, The Influence of
Solvent Type on Extend Release Coating with Ethylcellulose Barrier
Membrans, Poster Reprint Controlled Release Society Annual Meeting.
Duarte, A., Mano, J., and Reis, R., 2009, Preparation Of Chitosan Scaffolds
Loaded With Dexamethasone For Tissue Engineering Applications Using
Supercritical Fluid Technology, European Polymer Journal, 45(1), 141-
148.
Dubey, R., Shami, T., and Rao, K., 2009, Microencapsulation Technology And
Applications, Journal, 59, 82-95.
25
Elfrida, J., 2012, Uji Efisiensi, Disolusi, Dan Degradasi Secara In Vitro Dari
Mikroenkapsulasi Ibuprofen Dengan Polopaduan Poli(Asam Laktat) Dan
Polikaprolakton, Skripsi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.
Guilak, F., Awad, H., Fermor, B., Leddy H., and Gimble, J., 2004, Adipose-
Derived Adult Stem Cells For Cartilage Tissue Engineering, Journal
Biorheologhy, 41(3-4), 389-399.
Gunawan, I., Sudaryanto, dan Darwinto, T., 2004, Pengaruh Konsentrasi Polivinil
Alkohol Pada Sintesis Mikrosfer Berbasis Polilaktat Dengan Metode
Ultrasonik, Jurnal Sains Materi Indonesia, 5(3), 44-47.
Hasan, M., 2012, Modifikasi Nanopartikel Perak Dengan Polivinil Alkohol Untuk
Meningkatkan Selektivitas dan Stabilitas Indikator Logam Tembaga
(Cu): Uji Coba Pada Makrolaga Merah, Skripsi, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Hwang, Y., Chung, B., and Chung A., 2011, Microengineering The Embryonic
Stem Cell Environtment, In Prakash,S and Shum-Tim D (eds), Stem Cell
Bioengineering and Tissue Engineering Microenvirontment, World
Scientific Publishing, Kanada.
Kumar, B., Chandiran, I., Bhavva, B., and Sindhuri, M., 2011, Microparticulate
Drug Delivery System: A Review, Indian Journal of Pharmaceutical
Science & Research, volume 1, 19-37.
Lee, K., Silva, E., and Mooney, D., 2011, Growth Factor Delivery-Based Tissue
Engineering: General Approaches And A Review Of Recent
Developments, Journal Of The Royal Society Interface, 8, 153-170
Li, X., and Jasti, B., 2006, Design of Controlled Release Drug Delivery Systems,
McGraw Companies,USA.
26
Marvin was used for drawing displaying and characteristing chemical structurs,
substructures and reactions, marvin 5.12.3.0, April 9th 2013, Chem Axon
(http://www.chemaxon.com).
Parmar, H., Bakliwal, S., Gujarathi, N., Rane, B., and Pawar, S., 2011,
Formulation, Optimization And In Vitro Characterization Of
Mucoadhesive Microparticel, Journal, 0976, 880-886.
Sugita, P., Naphtaleni, Kurniati, M., dan Wukirsari, T., 2010, Enkapsulasi
Ketoprofen Dengan Kitosan-Alginat Berdasarkan Jenis dan Ragam
Konsentrasi Tween 80 Dan Span 80, Makara Sains, 14, 107-112.
Sukmawati, A., 2013, Biodegradable Microparticle For Stem Cell Delivery and
Differentiation, Thesis, The University of Nottingham.
Valente, A., Cruz, S., Moran, M., Murtinho, D., Muniz, E., and Miguel, M., 2010,
Release of DNA From Cryogel PVA-DNA Membranes, eXPRESS
Polymer Letters, 4(8), 480-487.
Vats, A., Tolley, N., Bishop, A., and Polak, J., 2005, Embryonic Stem Cells And
Tissue Engineering: Delivering Stem Cell To The Clinic, Journal Of The
Royal Society Of Medicine, 98, 346-350.
Vrana, N., 2009, Use of Poly Vinyl Alcohol (PVA) Cryogelation for Tissue
Engineering: Composites, Scaffold Formation and Cell Encapsulation,
Thesis, School of Mechanical and Manufacturing Engineering.
Yoe, Y., Baek, N., and Park, K., 2001, Microencapsulation Methods for Delivery
of Protein Drug, Biotechnol, 6, 213-230.
27
Yoe, Y., and Park, K., 2004, Control of Encapsulation Efficiency and Initial Burst
in Polymeric Microparticle Systems, Arch Pharm Res, 27(1), 1-12.
28
24,7𝑚𝑔⁄ 4,94𝑚𝑔⁄
: 5𝑚𝐿 = 𝑚𝐿
25𝑚𝑔⁄ 5𝑚𝑔⁄
5𝑚𝐿 = 𝑚𝐿
14333,6 mg − 13922,7mg
: × 100 %
499,3 𝑚𝑔
: 82,29 %b/b
: 83,02 %b/b
: 85,92 %b/b
Tabel 4.2. Perhitungan ukuran partikel formula dengan konsentrasi PVA 0,1%
Range Mid Jumlah
n.d n.d2 n.d3 n.d4
UP Size (d) Partikel (n)
0 -5 μm 2,5 270 675 1687,5 4218,75 10546,875
6-10 μm 8 180 1440 11520 92160 737280
11-15 μm 13 50 650 8450 109850 1428050
Jumlah 500 2765 21657,5 206228,75 2175876,875
UP = Ukuran Partikel
Antilog
UP Log Rerata Log Antilog
No SD Log UP rerata
(μm) UP
UP Log UP SD log UP
18 10 1,000
19 15 1,176
20 10 1,000
21 10 1,000
22 12 1,079
23 10 1,000
24 5 0,699
25 5 0,699
termasuk polidispers karena nilai antilog rata-rata UP ≥ 1,25μm
Antilog
UP Rerata SD Log Antilog SD
No Log UP Rerata log
(μm) Log UP UP log UP
UP
3 10 1,000
4 5 0,699
5 5 0,699
6 6 0,778
7 7 0,845
8 10 1,000
9 5 0,699
10 6 0,778
11 5 0,699
12 10 1,000
13 10 1,000
14 5 0,699
15 10 1,000
16 10 1,000
17 10 1,000
18 10 1,000
19 10 1,000
20 5 0,699
21 5 0,699
22 10 1,000
23 10 1,000
24 5 0,699
25 10 1,000
termasuk polidispers karena nilai antilog rata-rata UP ≥ 1,25μm
Contoh perhitungan:
Perhitungan ukuran partikel pada formula dengan konsentrasi PVA 2,5%.
𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑
Length-Number Mean (dln) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛
3382,5
= = 6,765 µm
500
𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑2
Surface-Number Mean (dsn) = √ 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛
26828,75
=√ = 7,325 µm
500
3 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
Volume-Number Mean (dvn) = √ 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛
3 231114,375
=√ = 7,732 µm
500
𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
Volume-Surface Mean (dvs) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑2
231114,375
= = 8,614 µm
26828,75
𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑4
Volume-Weight Mean (dwm) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
2111938,438
= = 9,138 µm
231114,375
konsentrasi PVA
SL005 0,1%
SL006 0,5%
SL007 2,5%
Penimbangan EC (mg)
SL005 SL006 SL007
KK 255,4 260,9 246,7
KI 754,7 760,9 746,9
KS 255,4 263,8 250,4
I 499,3 497,1 496,5
Kadar
Kadar jml obat jml obat
Jml DL Rata- Obat
Sampel Abs SD
MP (%) rata (µg/mg
(µg/ml) (µg/5mL) (mg/5mL)
MP)
SL005A 10,1 0,596 15,364 76,818 0,077 0,761 7,606
SL005B 10 0,553 14,128 70,639 0,071 0,706 0,723 0,033 7,064
SL005C 8,5 0,475 11,912 59,560 0,060 0,701 7,007
SL006A 9,9 0,502 12,693 63,466 0,063 0,641 6,411
SL006B 11,7 0,522 13,247 66,236 0,066 0,566 0,580 0,055 5,661
SL006C 10,5 0,449 11,188 55,938 0,056 0,533 5,327
SL007A 10,1 0,735 19,313 96,563 0,097 0,956 9,561
SL007B 10,7 0,676 17,636 88,182 0,088 0,824 0,844 0,104 8,241
SL007C 10,8 0,626 16,216 81,080 0,081 0,751 7,507
EE
Penimbangan Jumlah kadar obat
teoritis EE EE
Sampel SD
EC (%) Rerata
DXM (µg) (µg/mg) (µg/mg MP)
(mg)
SL005A 4940 499,3 9,894 7,606 76,876
SL005B 4940 499,3 9,894 7,064 71,398 73,032 3,342
SL005C 4940 499,3 9,894 7,007 70,822
SL006A 5000 497,1 10,058 6,411 63,738
SL006B 5000 497,1 10,058 5,661 56,282 57,660 5,519
SL006C 5000 497,1 10,058 5,327 52,961
SL007A 5000 496,5 10,070 9,561 94,941
SL007B 5000 496,5 10,070 8,241 81,833 83,773 10,336
SL007C 5000 496,5 10,070 7,507 74,545
38
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 3 219,096 73,032 11,1652
Column 2 3 172,981 57,66033 30,46078
Column 3 3 251,319 83,773 106,8219
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 1033,529 2 516,7643 10,44335 0,011113 5,143253
Within Groups 296,8958 6 49,48263
Total 1330,424 8
Fhitung >>> Ftabel = 10,443>>>5,143 sehingga ada perbedaan bermakna pada 3 formula
dilakukan uji statistik (t)
nilai P <<< 0,05 = 0,011 <<< 0,05 sehingga ada perbedaan bermakna pada 3 formula
dilakukan uji statistik (t)
= 82,295%.
40
0,596−0,0552
b. Kadar (μg/mL) = 0,0352
= 15,364
c. Jumlah obat (μg/5mL) = kadar 𝑥 5 mL
= 15,364 𝑥 5𝑚𝐿
= 76,818
76,818μg/5mL
d. Jumlah obat (mg/5mL) = 1000
= 0,077
Jumlah obat (μg/5mL)
e. Persen Drug Loading (%DL) = 𝑥100%
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑃
0,077
= 𝑥100%
10,1
= 0,761
= 7,606
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑋𝑀
g. Efisiensi Enkapsulasi Teoritis (µ𝑔/𝑚𝑔) = 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐸𝐶
4940 μ𝑔
= 499,3 𝑚𝑔
= 9,894
Kadar obat (μg/mg MP)
h. Persen Effisiensi Enkapsulasi (%EE) = 𝑥100%
EE Teoritis (μ𝑔/𝑚𝑔)
7,606
= 9,894 𝑥100%
= 76,876
41
ZA tersisa
d. Zat aktif tersisa (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥100%
18,075
= 109 𝑥100%
= 16,583
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 3 287,137 95,71233 348,6896
Column 2 3 299,88 99,96 47,68254
Column 3 3 365,918 121,9727 103,5952
46
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 1192,205 2 596,1026 3,57685 0,09491 5,143253
Within Groups 999,9346 6 166,6558
Total 2192,14 8