Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem penghantaran obat telah mengalami perkembangan pesat dengan
bentuk sediaan yang bermacam-macam pula. Bentuk sediaan tersebut salah satu
diantaranya adalah sediaan mikropartikel. Pada sediaan ini, zat aktif dilapisi oleh
polimer dan memiliki ukuran antara 1-1000 µm (Parmar et al, 2011).
Mikropartikel atau mikrokapsul umumnya dilapisi oleh polimer organik, lemak
ataupun lilin (Thies, 1996). Alasan enkapsulasi mikropartikel tidak hanya untuk
mengisolasi inti dari lingkungan akan tetapi juga dapat digunakan untuk
mengontrol pelepasan obat (Agnihotri, et al., 2012). Akhir–akhir ini mikrosfer
digunakan sebagai teknik jaringan untuk terapi jaringan dan organ yang rusak
dengan pembenihan sel ke bentuk tiga dimensi sehingga dapat memandu
regenerasi jaringan (Cruz, et al, 2008).
Tissue engineering/ rekayasa jaringan merupakan strategi pengobatan
regeneratif yang sangat menjanjikan, terutama untuk pasien dengan kerusakan
otot rangka (Koning, 2012). Teknik jaringan dan pengobatan regeneratif
menggabungkan bidang ilmu pengetahuan dengan teknik rekayasa yang bertujuan
untuk mengatur regenerasi tubuh dengan cara mengendalikan lingkungan biologis
(Lee, et al, 2011). Pada pembuatan mikropartikel, efisiensi enkapsulasi perlu
dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan effisiensi yang maksimal berguna dalam
mengendalikan profil pelepasan obat (Yoe and Park, 2004). Efisiensi enkapsulasi
yang tinggi secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kelarutan
polimer yang rendah pada pelarut organik, kelarutan yang tinggi pelarut organik
pada air, konsentrasi polimer yang tinggi, rasio DP/CP (dispersed phase/
continuous phase) yang rendah dan kecepatan penghilangan pelarut. Kelima hal
tersebut dapat mempengaruhi kecepatan pemadatan mikropartikel (Yoe and Park,
2004).
Pada pembuatan mikropartikel, diperlukan polimer yang digunakan
untuk menjebak zat aktif sehingga terbentuk partikel yang terenkapsulasi. Polimer

1
2

sebagai biomaterial digunakan untuk fabrikasi peralatan medis dan tissue


engineering scaffold (Dhandayuthapani, et al, 2011). Pada penelitian ini
digunakan polimer etil selulosa (EC) dan zat aktif deksametason. Deksametason
merupakan sintesis dari glukokortikosteroid (Allen, 2007). Secara in vitro
deksametason dapat diarahkan untuk deferensiasi osteogenik sel batang
mesenchymal manusia/ hMSCs. Sehingga deksametason dapat digunakan untuk
menstimulasi ekspresi gen pada pertumbuhan tulang (Nuttelman, et al, 2006).
Aplikasi dilakukan dengan menanam mikropartikel deksametason ke dalam media
osteogenik sehingga deferensiasi sel induk dapat terarah (Duarte, et al, 2009)
Pada umumnya terdapat beberapa metode pembuatan mikropartikel,
metode tersebut antara lain koaservasi, emulsifikasi, penguapan pelarut, serta
semprot kering (Li and Jasti 2006). Pada penelitian ini, metode yang digunakan
adalah emulsifikasi. Menurut penelitian Kumar dan kawan–kawan tahun 2011,
pembuatan mikropartikel menggunakan metode emulsifikasi adalah dengan
menambahkan monomer menggunakan emulsifier yang sesuai. Sehingga secara
bertahap dan simultan, inti hasil polimerisasi akan membentuk mikrokapsul
(Kumar, et al, 2011).
Pada pembuatan mikropartikel secara emulsifikasi perlu adanya
penambahan surfaktan sebagai emulgator. Pada penelitian ini surfaktan yang
digunakan adalah polivinil alkohol (PVA). Pada umumnya polivinil alkohol
digunakan sebagai bahan tambahan untuk membentuk hidrogel. Campuran
polivinil alkohol dan kopolimer sering digunakan dalam sistem pelepasan obat
terkontrol (Valente, et al, 2010). Polivinil alkohol pada konsentrasi yang tinggi
akan menyebabkan mikrosfer yang terbentuk terkumpul dan tidak terpisah
menjadi mikrosfer yang berdiri sendiri. Hal ini disebabkan karena viskositas
larutan yang tinggi. Viskositas larutan yang tinggi dapat menyebabkan hambatan
terhadap gaya geser yang tinggi sehingga mikrosfer yang terbentuk akan
menggumpal dan mengumpul (Gunawan, dkk, 2004).
Polivinil alkohol merupakan surfaktan yang dalam formulasi
mikropartikel digunakan sebagai pengemulsi atau emulgator, akan mempengaruhi
karakteristik mikropartikel yang dibuat. Karakteristik tersebut meliputi bentuk dan
3

ukuran partikel serta effisiensi enkapsulasi. Umumnya konsentrasi PVA yang


tinggi secara signifikan dapat menyebabkan ukuran partikel lebih kecil
(Sukmawati, 2013). Menurut penelitian Yoon Yoe, et al pada tahun 2001,
polivinil alkohol sebagai agen penstabil dalam fase cair eksternal memberikan
effisiensi enkapsulasi sebesar 89% (Yoe, et al, 2001).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka perumusan masalah
adalah bagaimana pengaruh variasi konsentrasi polivinil alkohol sebagai
emulgator dalam pembuatan mikropartikel dengan matriks etil selulosa terhadap
ukuran dan bentuk partikel, effisiensi enkapsulasi, serta profil pelepasan
deksametason dari mikropartikel.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
polivinil alkohol sebagai emulgator dalam formulasi mikropartikel dengan matriks
etil selulosa terhadap ukuran dan bentuk partikel, effisiensi enkapsulasi serta
profil pelepasan deksametason dari mikropartikel.

D. Tinjauan Pustaka
1. Tissue engineering scaffold
Tissue engineering bertujuan untuk mengembangkan, mengganti,
memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi jaringan atau
keseluruhan organ. Untuk membuat rekayasa kontruksi jaringan secara in vitro,
komponen yang digunakan adalah sel, biokompatibel scaffold dan sistem kultur in
vitro yang tepat untuk pertumbuhan tiga dimensi (3D) pada jaringan (Hwang,
2011). Keberhasilan tissue engineering tergantung pada generasi sel yang tepat
dan kemampuan sel-sel untuk melakukan fungsi biologis tertentu (Vats, et al,
2005). Identifikasi dan karakterisasi sumber sel yang tepat, merupakan
pertimbangan utama dalam teknik rekaya jaringan pada perbaikan tulang rawan
(Guilak, et al, 2004).
4

Tissue engineering scaffold mempunyai dua tujuan yaitu untuk


morfogenesis langsung secara in vitro serta mempertahankan struktur dan fungsi
membangun seperti yang terintegrasi dengan host jaringan setelah implantasi.
Scaffold 3D berfungsi sebagai matriks ekstraseluler buatan dalam perbaikan
jaringan (Vats, et al, 2005).

2. Formulasi Mikropartikel
Pada formulasi mikropartikel, seluruh obat dapat terdistribusi homogen
pada polimer, matrik atau dapat dienkapsulasi pada polimer dari reservoir obat.
Hal ini memungkinkan obat dapat terabsorbsi kepermukaan partikel (Li and Jasti,
2006). Mikropartikel atau mikrokapsul atau microspheres dibagi menjadi tiga
kategori dasar yaitu monocored, polycored dan matrik. Pada mikrokapsul
monocored hanya memiliki rongga tunggal dalam kapsul. Pada mikrokapsul
polycored terdapat beberapa ukuran rongga yang berbeda dalam kapsul.
Sedangkan untuk matrik, bahan aktif tercampur dalam matrik (Dubey, et al,
2009). Umumnya pelepasan obat pada formulasi mikropartikel ada tiga
mekanisme yang berbeda, yaitu dengan pelepasan material inti dari mikrokapsul/
mekanisme pemecahan dinding kapsul, pelarutan atau pelelehan dinding kapsul
dan proses difusi melalui dinding kapsul (Dubey, et al, 2009).
Metode pembuatan mikropartikel secara emulsifikasi yaitu dengan fase
cair mengandung obat terlarut sedangkan pada fase organik mengandung polimer
yang teremulsifikasi, pemisahan fase polimer dilakukan dengan mengubah
temperatur serta penambahan garam (Li and Jasti, 2006). Langkah terakhir pada
pembentukan mikropartikel adalah dengan mensuspensikan mikropartikel yang
terbentuk, dibekukan pada lemari pendingin dan di freeze drying hingga menjadi
serbuk. Pada freeze dryer terdiri atas tiga langkah, yaitu: pendinginan hingga
membeku untuk memaksimalkan kadar es, kemudian beberapa es disublimasi
pada temperatur subfreezing, biasanya ditunjukkan dengan pengurangan
temperatur. Langkah terakhir adalah penghilangan residu, dicairkan air dari
larutan yang telah dipadatkan sebelumnya (Franks, 2007).
5

Syarat ukuran mikropartikel harus diperhatikan dalam penggunaanya.


Kondisi pembuatan mikropartikel ini mempengaruhi bentuk dan ukuran
mikropartikel. Bentuk dan ukuran mikropartikel yang dihasilkan dengan metode
emulsifikasi sangat tergantung pada jumlah emulsi yang terbentuk dan jumlah ini
dipengaruhi oleh kondisi pengadukan, konsentrasi polimer dan konsentrasi
pengemulsi (Gunawan, et al., 2004).

3. Deskripsi Bahan
a. Deksametason
Deksametason sebagai inducer dari Bone Marrow Stromal Cell (BMSC)
diharapkan dapat memperlambat pembelahan sel, merangsang aktivitas alkali
fosfatase dan meningkatkan mineralisasi matrik (Morales, et al, 2009).
Deksametason mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 104,0%
C22H29FO5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur, putih
atau hampir putih, tidak berbau rasa agak pahit, kelarutan praktis tidak larut dalam
air, larut dalam 42 bagian etanol (95%) P dan dalam 165 bagian kloroform P
(DepKes RI, 1979).

Gambar 1. Struktur kimia deksametason (Wasch, et al., 2001)

b. Etil selulosa
Etil selulosa atau Ethocel merupakan polimer yang dapat digunakan
untuk mengontrol pelepasan zat aktif pada sediaan padat. Umumnya etil selulosa
dapat larut dalam pelarut alkohol alifatik, dan praktis tidak larut pada gliserin,
propilen glikol, dan air. Etil selulosa merupakan polimer organosoluble yang
dapat dimanfaatkan salah satunya pada pembuatan mikropartikel (Dow, 2005).
6

Etil selulosa dapat digunakan untuk pembuatan mikropartikel pada range


konsentrasi 10% - 20% (Dahl, 2009). Polimer etil selulosa larut pada berbagai
pelarut organik, akan tetapi tidak semuanya dapat dimanfaatkan dalam industri
farmasi karena dapat memberi efek yang tidak baik untuk lingkungan dan
kesehatan (Dias, et al, 2008).

Gambar 2. Struktur kimia etil selulosa (Marvin, 2013)

c. Polivinil Alkohol
Surfaktan pada intinya merupakan molekul yang diabsorbsi oleh
permukaan partikel untuk mencegah terjadinya gumpalan (Sugita, dkk, 2010).
Surfaktan diklasifikasikan berdasarkan nilai keseimbangan antara hidrofilik dan
lipofiliknya/ Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Nilai HLB antara 1-9 lebih bersifat
lipofilik sedangkan HLB lebih dari 10 bersifat hidrofilik. Penggunaan keduanya
secara bersamaan menyebabkan dispersi lebih cepat terbentuk (Liu, 2008).
Perbedaan nilai HLB pada surfaktan dapat mempengaruhi mekanisme kerja dalam
menurunkan tegangan permukaan (Sugita, dkk, 2010).
Polivinil alkohol merupakan polimer yang disintesis dari proses hidrolisis
gugus asetat pada polivinil asetat yang merupakan gabungan dari monomer vinil
asetat (Vrana, 2009). Polivinil alkohol berwarna putih hingga krem, larut dalam
air panas, semakin kecil berat molekul kelarutan PVA meningkat (Hasan, 2012).
Pada umumnya PVA digunakan sebagai penstabil emulsi pada range konsentrasi
antara 0,25-3,0%b/v. Campuran antara larutan PVA dengan larutan glutaraldehid
dapat digunakan untuk formulasi mikopartikel/ mikrosfer (Baker, 2009)
7

Gambar 3. Struktur kimia polivinil alkohol (Baker, 2009)

d. Diklorometan
Diklorometan merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
larut dalam 50 bagian air, bercampur dengan etanol 95% P dan eter P. Jarak titik
didih tidak kurang dari 95% tersuling pada suhu 39-40˚C. Bobot per mL 1,323 g
sampai 1,325 g. sisa penguapan tidak lebih dari 0,05%. Penguapan dilakukan di
atas tangas air dan dikeringkan pada suhu 105˚C (DepKes RI, 1979). Sifat
diklorometan yang demikian dapat mempengaruhi kecepatan pelarut untuk
berdifusi menuju air atau fase kontinyu dari sitem emulsi yang terbentuk (Elfrida,
2012).

Gambar 4. Struktur diklorometan (Marvin, 2013)

E. Landasan Teori
Menurut penelitian Gunawan dkk pada tahun 2004, pembuatan mikrosfer
dengan metode ultrasonik dilakukan dengan mencampurkan larutan Polilaktat
(PLA) dengan kloroform pada konsentrasi 3% dan PVA sebagai pengemulsi
dengan konsentrasi 7,5%; 5,0%; dan 2,5% menggunakan ultrasoundbath selama
30 menit. Sistem emulsi yang diperoleh dievaporasi menggunakan motor
pengaduk pada kecepatan 1000 rpm selama 60 menit. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk mikrosfer dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan pengemulsi (Gunawan, dkk, 2004).
Deksametason merupakan sintesis dari glukokortikosteroid yang dapat
diaplikasikan sebagai molekul bioaktif dalam regenerasi jaringan atau tulang yang
rusak dan dihantarkan dalam bentuk mikropartikel. Pembuatan mikropartikel
dengan metode emulsifikasi digunakan polivinil alkohol sebagai larutan
pengemulsi, yang dibuat dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,5% dan 2,5%
8

menggunakan matrik etil selulosa pada konsentrasi 0,5% akan mempengaruhi


hasil ukuran dan bentuk mikropartikel effisiensi enkapsulasi serta pelepasan zat
aktif. Mikropartikel deksametason ini digunakan ultraturak sebagai alat pengaduk
dan diputar pada kecepatan 16000 rpm selama 3 menit.

F. Hipotesis
Polivinil alkohol merupakan surfaktan yang pada formulasi mikropartikel
sebagai emulgator pada berbagai konsentrasi akan mempengaruhi ukuran, bentuk,
efisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan deksametason dari mikropartikel
deksametason dengan matriks etilselulosa. Semakin tinggi konsentrasi Polivinil
alkohol secara signifikan menyebabkan ukuran partikel lebih kecil, effisiensi
enkapsulasi lebih besar dan mempercepat pelepasan obat.
9

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kategori Penelitian
Kategori penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental murni.

B. Variabel Penelitian
1. Variable bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi dari
polyvinyl alcohol sebagai emulgator pada pembuatan mikropartikel
deksametason dengan matriks etil selulosa.

2. Variable tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah bentuk dan ukuran
mikropartikel, effisiensi enkapsulasi serta profil pelepasan zat aktif dari
mikropartikel.

3. Variable terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah konsentrasi etil
selulosa, kecepatan dan lama pengadukan, kecepatan dan lama sentrifugasi,
suhu uji pelepasan zat aktif, medium uji pelepasan zat aktif, dan volume
medium uji pelepasan zat aktif.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Pada penelitian ini beberapa alat yang digunakan antara lain adalah
neraca analitik, magnetik stirer, sentrifus, ultraturak, mikroskop,
spektrofotometri UV, waterbath shaker, alat-alat gelas, mikropipet, sonikator,
conical tube, freeze dryer, dan scanning electron microscopy (SEM).

9
10

2. Bahan
Pada penelitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah deksametason
(DXM (sigma)), polivinil alkohol (PVA (sigma)), etil selulosa (EC
(merchatit)), Dichlorometan (DCM), akuadest, tablet buffer fosfat pH 7,4,
etanol absolut Pa (merck) dan 0,1% tween 80.

D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Laboratorium scanning electron
microscopy (SEM) Balai Konservasi Borobudur (BKB) Borobudur Magelang

E. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan larutan stok obat
Larutan stok obat dibuat dengan menimbang 25 mg DXM kemudian
dilarutkan dalam etanol absolut pa ditambahkan etanol absolut pa hingga 5 mL.
Larutan stok yang masih sisa disimpan dalam lemari pendingin.

2. Pembuatan larutan PVA


Larutan PVA dibuat dengan 3 macam konsentrasi yang berbeda, yaitu
pada konsentrasi 0,1%, 0,5%, dan 2,5% sehingga pembuatan dilakukan dengan
menimbang sebanyak 0,05 gram, 0,25 gram dan 1,25 gram PVA dan masing–
masing dilarutkan dalam 50 mL akuadest.

3. Formulasi mikropartikel deksametason


Pada masing-masing formula mikropartikel dexametason yang
terdapat pada tabel 1 dibuat dengan melarutkan 500 mg EC dalam 10 mL
DCM, diaduk menggunakan ultraturak dengan kecepatan 16000 rpm selama 3
menit. Setelah larut ditambah dengan larutan stok obat DXM 1 mL dan diaduk
kembali menggunakan ultraturak pada kecepatan 16000 rpm selama 3 menit.
Larutan PVA pada berbagai konsentrasi yang telah dibuat ditambahkan
kedalam larutan EC. Diaduk kembali dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3
11

menit sampai terbentuk emulsi. Emulsi yang telah terbentuk diletakkan dalam
lemari asam untuk menguapkan DCM dengan tetap diaduk menggunakan
magnetik stirer pada skala 4 selama 24 jam. Untuk mendapatkan mikropartikel
selanjutnya disentrifugasi larutan selama 10 menit pada 3000 rpm, kemudian
dicuci 3 kali dengan akuades untuk menghilangkan sisa DXM yang tidak
terenkapsulasi dalam EC. Mikropartikel yang telah dicuci didispersikan dalam
air dan dibekukan didalam freezer. Selanjutnya dimasukan ke dalam freez
dryer selama 24 jam hingga terbentuk serbuk yang kering. Mikropartikel yang
terbentuk selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin.

Tabel 1. Formula mikropartikel deksametason yang dibuat dengan metode emulsifikasi


menggunakan matriks etil selulosa.

Kode Batch
Bahan
SL005 SL006 SL007
EC (mg) 500 500 500
Dichloromethane (DCM) (mL) 10 10 10
Dexamethasone (DXM) (mg) 5 5 5
PVA (gram) 0,05 0,25 1,25
Aquadest (mL) 50 50 50

4. Evaluasi sediaan mikropartikel


a. Ukuran dan bentuk mikropartikel
Distribusi ukuran partikel dievaluasi menggunakan mikroskop
mikromeritik okuler. Pengukuran dilakukan dengan mengambil beberapa mg
mikropartikel ditetesi dengan sedikit akuades dan dilihat di bawah mikroskop.
Ditentukan ukuran partikel polidispers atau monodispers, dan dihitung ukuran
partikel. Partikel polidispers dihitung sebanyak 500 partikel sedangkan untuk
monodispers sebanyak 300 partikel.
Bentuk partikel dikarakterisasi menggunakan scanning electron
microscopy (SEM). Dilakukan dengan mengambil beberapa mg mikropartikel
kemudian dimasukkan ke tempat bahan, ditempelkan dengan menggunakan
conducting glue pada tempat bahan setelah itu dilapisi tempat bahan dengan
emas agar sampel tidak rusak saat discaning, sampel disimpan dalam ruang
vakum dan siap dianalisis dengan SEM.
12

b. Efisiensi enkapsulasi
Dilakukan dengan melarutkan 10 mg mikropartikel ke dalam etanol
absolut pa, lalu disentrifugasi untuk mengendapkan etil selulosa yang tidak
larut. Diukur absorbansi menggunakan spektrofotometri UV dengan
menggunakan blangko etanol absolut pa, dihitung kadar obat dalam %b/b
dengan memplotkan absorbansi ke dalam persamaan kurva baku.

c. Pengujian Pelepasan Zat Aktif


Pembuatan medium buffer fosfat pH 7,4 dengan cara melarutkan 1
tablet buffer phospat dalam 200 mL aquadest. Setelah larut dibuang 200 µL
larutan buffer fosfat dan ditambahkan tween 200 µL. dan dilakukan
pengadukan menggunakan magnetik stirer sampai larut.
Mikropartikel ditimbang 10 mg dimasukan ke dalam tabung berbentuk
conical dan ditambahkan 5 ml medium buffer phospat pH 7,4 yang
mengandung 0,1% tween 80, kemudian diletakan pada shaking thermostatik
waterbath pada suhu 37˚C dengan kecepatan 80–100 rpm dan dilakukan
sampling obat terlepas pada interval waktu jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-6, hari ke-
1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-6, ke-7, ke-10, ke-14, ke-21, dan ke-28. Sampling zat
aktif terlepas diukur kadarnya dengan spektrofotometri UV menggunakan
blangko larutan buffer phospat salin pH 7,4. Buffer yang digunakan harus sama
dengan buffer yang dipakai sebagai medium pada saat uji pelepasan.
Mikropartikel sisa uji pelepasan zat aktif dicuci dengan akuades dan
disentrifus masing-masing 3 kali. Supernatan dibuang sedangkan endapan
diambil dan didispersikan kembali pada akuades, dibekukan larutan pada
freezer kemudian di freezdrying hingga kering, sehingga dapat diketahui
jumlah mikropartikel sisa.
13

5. Analisis Data
a. Penentuan λ max
Dilakukan scaning panjang gelombang pada salah satu seri konsetrasi
deksametason yaitu pada konsentrasi 62,500 µg/mL menggunakan
spektrofotometri UV, dicari pada range 200-400 nm.

b. Pembuatan kurva baku


Dibuat tujuh seri konsentrasi deksametason dari larutan stok obat
dengan range konsentrasi dari kadar 0,976 µg/mL hingga 62,500 µg/mL.
Pembuatan dilakukan dengan menimbang 10 mg deksametason dilarutkan
dengan etanol absolut pa hingga 10 mL (1000 µg/mL) kemudian dilakukan
pengenceran hingga didapat konsentrasi 0,976 µg/mL. Setiap seri konsentrasi
dibaca serapan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditemukan dan
dibuat persamaan regresi liniernya y = bx+ a.

c. Uji Statistik Anova: Single Factor


Dilakukan pada evaluasi effisiensi enkapsulasi dan uji pelepasan zat
aktif untuk mengetahui perbedaan pengaruh PVA terhadap efisiensi
enkapsulasi dan profil pelepasan zat aktif pada ketiga formula sekaligus. Hasil
uji statistik dapat memberikan perbedaan yang tidak bermakna dan perbedaan
yang bermakna. Pada uji ini jika memberikan hasil berbeda bermakna maka
dilanjutkan pada uji statistik t-test: Paired Two Sample for Means.

d. Uji Statistik t-test: Paired Two Sample for Means.


Dilakukan pada evaluasi effisiensi enkapsulasi dan uji pelepasan zat
aktif untuk mengetahui perbedaan pengaruh PVA terhadap effisiensi
enkapsulasi dan profil pelepasan zat aktif pada perbandingan formula 1 dan 2,
1 dan 3, serta 2 dan 3, sehingga dapat diketahui kebermaknaan dari perbedaan
pada setiap formula 1 dengan formula lainnya.
14

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Mikropartikel
Pembuatan mikropartikel deksametason dengan matriks EC
menggunakan PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5% berturut-turut menghasilkan rendemen
partikel sebanyak 82,29%b/b, 83,02%b/b, dan 85,92%b/b. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi PVA yang digunakan dalam formulasi, menyebabkan
semakin banyak rendemen yang diperoleh. Menurut kemala, et al, (2012), PVA
pada umumnya digunakan sebagai bahan tambahan untuk menstabilkan emulsi
yang terbentuk antara fase organik dan air. Semakin stabil larutan yang terbentuk
akan mengakibatkan mikropartikel yang terbentuk semakin banyak, sehingga
semakin tinggi konsentrasi PVA rendemen yang dihasilkan pada pembuatan
mikropartikel akan semakin banyak.

B. Pembutan Kurva Baku


Kurva baku digunakan untuk menentukan jumlah deksametason yang
terenkapsulasi dan terlepas dari mikropartikel pada saat uji pelepasan zat aktif.
Sebelum dibuat kurva baku terlebih dahulu ditentukan λ maksimal dari salah satu
seri konsentrasi deksametason. Panjang gelombang maksimal digunakan untuk
mengetahui serapan terbesar dari deksametason karena pada panjang gelombang
maksimal mempunyai kepekaan yang maksimal. Panjang gelombang maksimal
pada penetapan λ maksimal deksametason adalah 238 nm. Kurva baku dibuat dari
seri konsentrasi 0,976 µg/mL–62,500 µg/mL, dari konsentrasi tersebut dihasilkan
absorbansi antara 0,081–2,254. Dari absorbansi ini diperoleh persamaan kurva
baku y = 0,0352x + 0,0552 dengan nilai R2 = 0,9999.

14
15

2.500

y = 0,0352x + 0,0552
2.000 R² = 0,9999
Absorbansi

1.500

1.000

0.500

0.000
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Kadar Deksametason (µg/mL)

Gambar 5. Kurva baku deksametason ditentukan dengan spektrofotometri UV pada


panjang gelombang 238 nm dengan range konsentrasi 0,976–62,500 µg/mL dan
blangko etanol absolut pa.

C. Hasil Evaluasi Ukuran dan Bentuk Mikropartikel


Hasil pengukuran mikropartikel menggunakan mikroskop diperoleh hasil
bahwa semua mikropartikel deksametason termasuk dalam ukuran polidispers
dengan harga antilog SD ≥ 1,25 µm untuk seluruh formula, sehingga distribusi
ukuran partikel ditentukan dengan mencari 500 partikel pada setiap formulanya.
Pada dasarnya bentuk dan ukuran mikropartikel pada pembuatan
mikropartikel dengan metode emulsifikasi tergantung pada konsentrasi larutan
pengemulsi. Menurut hasil penelitian Sukmawati pada tahun 2013, semakin tinggi
konsentrasi PVA menyebabkan ukuran partikel yang terbentuk semakin kecil.
Pada penelitian yang dilakukan, hasil SEM menunjukkan bahwa mikropartikel
dengan konsentrasi PVA 0,1% dan konsentrasi PVA 0,5% mikropartikel
berbentuk bulat dengan permukaan yang tidak rata, ukuran mikropartikel dengan
konsentrasi PVA 0,1% lebih besar dibandingkan mikropartikel dengan
konsentrasi PVA 0,5%. Pada mikropartikel dengan konsentrasi PVA 2,5%,
ukuran partikel lebih kecil dibanding ukuran mikropartikel dengan konsentrasi
PVA 0,1% dan konsentrasi PVA 0,5%. Ukuran mikropartikel yang berbeda pada
16

setiap formula ini dipengaruhi oleh konsentrasi PVA pada fase kontinyu. Semakin
tinggi konsentrasi PVA pada fase kontinyu menyebabkan ukuran partikel semakin
kecil. Gambar 6 menunjukkan kurva distribusi ukuran mikropartikel
deksametason yang dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
400

350

300

250
Frekuensi

200 PVA 0,1%

150 PVA 0,5%

100 PVA 2,5%

50

0
0 5 10 15 20
-50
Range Ukuran Partikel (µm)

Gambar 6. Kurva distribusi ukuran mikropartikel menggunakan matrik etil selulosa yang
dibuat dengan metode emulsifikasi dengan konsentrasi PVA sebagai emulgator
0,1%, 0,5%, dan 2,5%. Mikropartikel mengandung zat aktif deksametason.

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan SEM, kebanyakan dari


mikropartikel dengan konsentrasi PVA 2,5% mikropartikel menggumpal, bulat
dan permukaannya tidak rata. Menurut penelitian Gunawan dan kawan-kawan
pada tahun 2004, pembuatan mikropartikel dengan konsentrasi PVA yang tinggi
kebanyakan menggumpal karena semakin tinggi viskositas larutan pengemulsi.
Viskositas larutan pengemulsi yang tinggi ini menyebabakan hambatan terhadap
gaya geser juga tinggi sehingga mikropartikel yang terbentuk belum terpisah
menjadi mikropartikel utuh yang berdiri sendiri.
17

(A) (B)

(C) (D)

(E) (F)

Gambar 7. Hasil SEM mikropartikel deksametason menggunakan matriks EC dengan


variasi konsentrasi PVA 0,1% perbesaran 1000 kali (A) dan 2000 kali (B),
PVA 0,5% perbesaran 1000 kali (C) dan, 2000 kali (D), PVA 2,5% perbesaran
1000 kali (E) dan 2000 kali (F).
18

D. Hasil Evaluasi Efisiensi Enkapsulasi


Hasil evaluasi drug loading (DL) menunjukkan bahwa mikropartikel
deksametason yang dibuat dengan variasi konsentrasi PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5%
berturut-turut adalah 0,723%, 0,580%, dan 0,844%. Hasil evaluasi drug loading
ini dipengaruhi oleh kestabilan emulsi yang terbentuk saat formulasi. Pada
formula dengan konsentrasi PVA 2,5% menunjukkan nilai drug loading paling
tinggi dibandingkan konsentrasi 0,1% dan 0,5%, sehingga pada konsentrasi 2,5%
emulsi yang terbentuk paling stabil. Kestabilan ini dipengaruhi oleh penambahan
surfaktan sebagai emulgator pada saat formulasi. Pada mikropartikel
deksametason yang dibuat dengan konsentrasi PVA 0,5% hasil DL lebih rendah
daripada konsentrasi PVA 0,1 dan 2,5%. Hal ini dapat dikarenakan pada saat
pencampuran larutan etil selulosa dalam diklorometan dengan larutan PVA
kurang homogen sehingga emulsi yang terbentuk pada formula dengan
konsentrasi PVA 0,5% kurang stabil dan enkapsulasi deksametason kurang
sempurna sehingga mempengaruhi drug loading dan effisiensi enkapsulasi yang
dihasilkan.
Penelitian Deshmukh dan Naik tahun 2014 menunjukkan bahwa
konsentrasi PVA yang rendah dan konsentrasi polimer yang tinggi pada
pembuatan mikropartikel natrium diklofenak akan meningkatkan efisiensi
enkapsulasi natrium diklofenak. Hasil uji efisiensi enkapsulasi mikropartikel
deksametason dengan konsentrasi PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5% dan konsentrasi
polimer 0,5% pada setiap formulanya dihasilkan efisiensi enkapsulasi berturut–
turut sebesar 73,032%, 57,660%, dan 83,773%.

Tabel 2. Hasil uji drug loading dan efisiensi enkapsulasi mikropartikel deksametason yang
dibuat dengan metode emulsifikasi menggunakan matriks etil selulosa.

Formula Drug Loading (%) Efisiensi Langsung (%)


PVA 0,1% 0,723 ± 0,033 73,032 ± 3,342
PVA 0,5% 0,580 ± 0,055 57,660 ± 5,519
PVA 2,5% 0,844 ±0,104 83,773 ± 10,336
19

100
90
80
Efisiensi Enkapsulasi

70
60
50
40
30
20
10
0
0.1 0.5 2.5
Konsentrasi PVA (%b/v)

Gambar 8. Hasil uji effisiensi enkapsulasi mikropartikel deksametason yang dibuat dengan
cara emulsifikasi secara langsung menggunakan spektrofotometri UV dengan
blangko etanol absolut pa.

Pada uji efisiensi enkapsulasi setelah dilakukan uji statistik Anova:


Single Factor nilai F Hitung (10,443) > F tabel (5,143) sehingga terdapat
perbedaan yang bermakna pada ketiga formula, sehingga perlu dilakukan uji
statistik t-test: Paired Two Sample for Means untuk mengetahui kebermaknaan
pada formula satu dengan formula lainnya. Uji statistik t-test: Paired Two Sample
for Means, dilakukan pada mikropartikel dengan konsentrasi PVA 0,1%, 0,5%
serta 2,5%. Terdapat perbedaan yang bermakna dimana nilai t hitung (11,225) > t
tabel (4,302) pada konsentrasi PVA 0,1% banding konsentrasi PVA 0,5%. Pada
konsentrasi PVA 0,5% dibandingkan dengan konsentrasi PVA 2,5% nilai t hitung
(9,356) > t tabel (4,302). Pada konsentrasi PVA 0,1% dibandingkan dengan
konsentrasi 2,5% nilai t hitung (2,592) < t tabel (4,302). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa perbedaan variasi konsentrasi PVA yang digunakan dalam pembuatan
mikropartikel mempengaruhi besarnya efisiensi enkapsulasi mikropartikel
deksametason dari matriks etilselulosa kecuali pada formula dengan konsentrasi
PVA 0,5% dan 2,5% perbedaan konsentrasi tidak berpengaruh besar pada
effisiensi enkapsulasi mikropartikel deksametason dari matriks etil selulosa.
20

E. Hasil Evaluasi Pelepasan Zat Aktif


Evaluasi pelepasan zat aktif untuk mengetahui banyaknya deksametason
yang terlepas dari mikropartikel. Pada uji ini mikropartikel dimasukkan dalam
medium disolusi buffer fosfat pH 7,4 selama 28 hari dan dilakukan sampling
sebanyak 14 kali yaitu pada jam ke-1, 2, 3, 6, hari ke-1, 2, 3, 4, 6, 7, 10,14, 21, 28.
Pada hasil uji pelepasan zat aktif digunakan data pada jam ke-1 sampai jam ke-6
saja karena hasil uji pelepasan zat aktif pada hari ke-1 sampai hari ke-28
memberikan hasil absorbansi yang setelah diukur persen obat terlepas hasilnya
lebih dari 100%, sehingga hasil ini tidak rasional karena pelepasan lebih dari
100%. Hasil yang lebih dari 100% ini disebabkan pada saat pengujian blangko
yang digunakan berbeda dengan medium yang digunakan saat uji pelepasan zat
aktif. Pada hari ke-1 uji pelepasan zat aktif saat digunakan blangko yang masih
sama dengan medium pada pelepasan zat aktif hasil absorbansi menunjukkan
negatif sehingga ini dimungkinkan zat aktif memang sudah tidak ada. Hasil uji
pelepasan zat aktif pada mikropartikel menunjukkan bahwa zat aktif pada formula
dengan konsentrasi PVA 2,5% jumlah kumulatif zat aktif terlepas paling tinggi
jika dibandingkan formula dengan konsentrasi PVA 0,1% dan 0,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi zat pengemulsi semakin tinggi
jumlah kumulatif obat terlepas. Setelah dilakukan uji statistik Anova: single
Factor, nilai F hitung (3,5768) < F tabel (5,1432) sedangkan nilai p > 0,05 yaitu
0,0949 (n=3). Ini berarti perbedaan peningkatan konsentrasi PVA secara
signifikan pada pembuatan mikropartikel deksametason dengan matriks etil
selulosa tidak mempengaruhi jumlah kumulatif persen deksametason yang
terlepas dari matrik etil selulosa.
21

Rerata kumulatif persen obat terlepas 140

120

100

80
PVA 0,1%
60
PVA 0,5%
40 PVA 2,5%

20

0
Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-6
Waktu

Gambar 9. Kurva hasil uji pelepasan zat aktif deksametason dari mikropartikel dengan
matrik etil selulosa menggunakan medium buffer fosfat pH 7,4 dengan
penambahan 0,1% tween 80.

Tabel 3. Hasil perhitungan sisa zat aktif pada uji pelepasan zat aktif mikropartikel
deksametason dengan matriks etil selulosa.

Konsentrasi Rata–rata sisa zat aktif (µg) Rata–rata ZA sisa + ZA


PVA terlepas kumulatif (µg)
0,1% 14,219 ± 4,921 114,437 ± 16,194
0,5% 11,020 ± 5,155 111,285 ±7,081
2,5% 19,975 ± 16,373 141,736 ± 20,022

Sisa mikropartikel dari uji pelepasan zat aktif dicuci dengan akuades
sebanyak 3 kali kemudian di freeze drying untuk mengetahui bobot mikropartikel
sisa setelah uji pelepasan zat aktif. Tabel 3 menunjukkan rata–rata sisa zat aktif
dan zat aktif sisa ditambah zat aktif kumulatif yang terlepas dari mikropartikel
deksametason. Pada uji pelepasan zat aktif, perlu dihitung mikropartikel yang
tersisa, hal ini digunakan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang tersisa dalam
mikropartikel tersebut setelah dilakukan uji pelepasan zat aktif. Sisa zat aktif
yang telah diketahui ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah zat aktif
yang terlepas pada pelepasan zat aktif sehingga dapat diketahui keseluruhan
jumlah zat aktif pada mikropartikel tersebut. Pada perhitungan mikropartikel sisa,
jumlah rata-rata zat aktif sisa dan zat aktif kumulatif yang terlepas tidak sama
22

dengan jumlah obat dalam mikropartikel secara teoritis hal ini dapat disebabkan
saat pencucian mikropartikel sisa masih mengandung buffer fosfat sisa uji
pelepasan zat aktif dan buffer pospat menjadi serbuk saat di freeze drying
sehingga berat bertambah. Pada uji pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah koefisien partisi molekul obat dari reservoir membran
dan medium berair, kemampuan difusi molekul obat, dan konsentrasi obat dalam
mikropartikel.
23

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Preparasi mikropartikel dengan variasi konsentrasi PVA, menghasilkan ukuran
dan bentuk yang berbeda berdasarkan hasil SEM formula dengan konsentrasi
PVA tinggi menyebabkan ukuran mikropartikel semakin kecil.
2. Evaluasi efisiensi enkapsulasi berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa dengan peningkatan konsentrasi PVA memberikan perbedaan yang
bermakna sehingga peningkatan konsentrasi PVA mempengaruhi effisiensi
enkapsulasi kecuali pada formula dengan konsentrasi PVA 0,1% dan 2,5%.
3. Evaluasi pelepasan zat aktif dengan peningkatan konsentrasi PVA memberikan
perbedaan yang tidak bermakna sehingga peningkatan konsentrasi PVA tidak
mempengaruhi profil pelepasan zat aktif.

B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi konsentrasi PVA untuk mendapatkan mikropartikel
deksametason yang effisiensi enkapsulasinya tinggi sedangkan pelepasan zat
aktifnya rendah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan mikropartikel
deksametason untuk terapi jaringan atau organ yang rusak.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Agnihotri, N., Mishara, R., Goda, C., and Arora, M., 2012, Microencapsulation –
A Novel Approach in Drug Delivery: A Review, Journal Pharmaceutical
Sciences, 2(I), 1 – 20.

Allen, K., 2007, Dexamethasone: An All Purpose Agent, (online),


(www.anzca.edu.au/resources ,diakses tanggal 16 November 2013).

Baker, A., 2009, Polyvinyl Alcohol, In Rowe, R., Sheskey, P., and Quinn, M.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth ed., Pharmaceutical
Press, London, Chicago.

Cruz, D., Ivirico, J., Ribelles, J., Sanchez, M., Reis, R., and Mano, J., 2008,
Chitosan Microparticles as injectable Scaffolds for Tissue Engineering,
Journal, 2, 378-380.

Dahl, T, C., 2009, Ethylcellulose, In Rowe, R., Sheskey, P., and Quinn, M.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth ed., Pharmaceutical
Press, London, Chicago.

DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, DepKes RI, Jakarta.

Deshmukh, R., and Naik, J., 2014, Study Of Formulation Variables Influencing
Polymeric Microparticles By Experimental Design, ADMET & DMPK,
2(1), 63-70.

Dhandayuthapani, B., Yoshida, Y., Maekawa, T., and Kumar, D., 2011,
Polymeric Scaffolds in Tissue Engineering Application: A Review,
International Journal of Polymer Science, 2011, 1-20.

Dias, V., Ambudkar, V., Fegely, and Rajabi-Siahbomi, A., 2008, The Influence of
Solvent Type on Extend Release Coating with Ethylcellulose Barrier
Membrans, Poster Reprint Controlled Release Society Annual Meeting.

Dow, 2005, Ethocel Ethylcellulose Polymers Technical Handbook, Dow


Cellulosics, USA.

Duarte, A., Mano, J., and Reis, R., 2009, Preparation Of Chitosan Scaffolds
Loaded With Dexamethasone For Tissue Engineering Applications Using
Supercritical Fluid Technology, European Polymer Journal, 45(1), 141-
148.

Dubey, R., Shami, T., and Rao, K., 2009, Microencapsulation Technology And
Applications, Journal, 59, 82-95.
25

Elfrida, J., 2012, Uji Efisiensi, Disolusi, Dan Degradasi Secara In Vitro Dari
Mikroenkapsulasi Ibuprofen Dengan Polopaduan Poli(Asam Laktat) Dan
Polikaprolakton, Skripsi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.

Franks, F., 2007, Freeze-drying of pharmaceuticals and biopharmaceuticals


Principles and practice, Royal Society of Chemistry, Cambridge.

Guilak, F., Awad, H., Fermor, B., Leddy H., and Gimble, J., 2004, Adipose-
Derived Adult Stem Cells For Cartilage Tissue Engineering, Journal
Biorheologhy, 41(3-4), 389-399.

Gunawan, I., Sudaryanto, dan Darwinto, T., 2004, Pengaruh Konsentrasi Polivinil
Alkohol Pada Sintesis Mikrosfer Berbasis Polilaktat Dengan Metode
Ultrasonik, Jurnal Sains Materi Indonesia, 5(3), 44-47.

Hasan, M., 2012, Modifikasi Nanopartikel Perak Dengan Polivinil Alkohol Untuk
Meningkatkan Selektivitas dan Stabilitas Indikator Logam Tembaga
(Cu): Uji Coba Pada Makrolaga Merah, Skripsi, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Hwang, Y., Chung, B., and Chung A., 2011, Microengineering The Embryonic
Stem Cell Environtment, In Prakash,S and Shum-Tim D (eds), Stem Cell
Bioengineering and Tissue Engineering Microenvirontment, World
Scientific Publishing, Kanada.

Kemala, T., Budianto, E., and, Soegiyono,B., 2012, Preparation and


characterization of microspheres based on blend of poly (lactic acid) and
poly (e-aprolactone) with poly (vinyl alcohol) as emulsifier, Arabian
Journal of Chemistry, 5, 103–108.

Koning, 2012, MicroRNA-1 and MicroRNA-206 Improve Differentiation


Potential of Human Satellite Cells: A Novel Approach for Tissue
Engineering of Skeletal Muscle, Tissue Engineering Part A, 18(9-10),
889-898.

Kumar, B., Chandiran, I., Bhavva, B., and Sindhuri, M., 2011, Microparticulate
Drug Delivery System: A Review, Indian Journal of Pharmaceutical
Science & Research, volume 1, 19-37.

Lee, K., Silva, E., and Mooney, D., 2011, Growth Factor Delivery-Based Tissue
Engineering: General Approaches And A Review Of Recent
Developments, Journal Of The Royal Society Interface, 8, 153-170

Li, X., and Jasti, B., 2006, Design of Controlled Release Drug Delivery Systems,
McGraw Companies,USA.
26

Liu, R., 2008, Water-Insolubledrug Formulation Second Edition, CRC Press,


USA.

Marvin was used for drawing displaying and characteristing chemical structurs,
substructures and reactions, marvin 5.12.3.0, April 9th 2013, Chem Axon
(http://www.chemaxon.com).

Morales, J., et al, 2009, Effect Of Chitosan Particles And Dexamethason On


Human Bone Marrow Stromal Cell Osteogenesis And Angiogenic Factor
Secretion, Journal, 45, 617-626.

Nuttelman, C., Tripodi, M., and Anseth, K., 2006, Dexamethasone-Functionalized


Gels Induce Osteogenic Differentiation Of Encapsulated hMSCs, Journal
Of Biomedical Materials Research Part A, 76(1),183-195.

Parmar, H., Bakliwal, S., Gujarathi, N., Rane, B., and Pawar, S., 2011,
Formulation, Optimization And In Vitro Characterization Of
Mucoadhesive Microparticel, Journal, 0976, 880-886.

Sugita, P., Naphtaleni, Kurniati, M., dan Wukirsari, T., 2010, Enkapsulasi
Ketoprofen Dengan Kitosan-Alginat Berdasarkan Jenis dan Ragam
Konsentrasi Tween 80 Dan Span 80, Makara Sains, 14, 107-112.

Sukmawati, A., 2013, Biodegradable Microparticle For Stem Cell Delivery and
Differentiation, Thesis, The University of Nottingham.

Thies, C., 1996, A Survey of Microencapsulation Processes, in Benita, S., (ed),


Microencapsulation Methods and Industrial Applications, Marcel
Dekker, New York.

Valente, A., Cruz, S., Moran, M., Murtinho, D., Muniz, E., and Miguel, M., 2010,
Release of DNA From Cryogel PVA-DNA Membranes, eXPRESS
Polymer Letters, 4(8), 480-487.

Vats, A., Tolley, N., Bishop, A., and Polak, J., 2005, Embryonic Stem Cells And
Tissue Engineering: Delivering Stem Cell To The Clinic, Journal Of The
Royal Society Of Medicine, 98, 346-350.

Vrana, N., 2009, Use of Poly Vinyl Alcohol (PVA) Cryogelation for Tissue
Engineering: Composites, Scaffold Formation and Cell Encapsulation,
Thesis, School of Mechanical and Manufacturing Engineering.

Yoe, Y., Baek, N., and Park, K., 2001, Microencapsulation Methods for Delivery
of Protein Drug, Biotechnol, 6, 213-230.
27

Yoe, Y., and Park, K., 2004, Control of Encapsulation Efficiency and Initial Burst
in Polymeric Microparticle Systems, Arch Pharm Res, 27(1), 1-12.
28

Lampiran 1. Pembuatan larutan stok obat

1. Penimbangan Deksametason untuk kode batch SL005


Berat kertas kosong : 258,6 mg
Berat kertas + isi : 284,0 mg
Berat kertas sisa : 259,3 mg
Berat deksametason : 24,7 mg dilarutkan dalam 5 mL etanol absolut pa

24,7𝑚𝑔⁄ 4,94𝑚𝑔⁄
: 5𝑚𝐿 = 𝑚𝐿

2. Penimbangan Deksametason untuk kode batch SL006 dan SL007


Berat kertas kosong : 256,6 mg
Berat kertas + isi : 282,1 mg
Berat kertas sisa : 257, 1 mg
Berat deksametason : 25 mg dilarutkan dalam 5 mL etanol absolut pa

25𝑚𝑔⁄ 5𝑚𝑔⁄
5𝑚𝐿 = 𝑚𝐿

Lampiran 2. Perolehan rendemen pada setiap kode batch


29

1. Kode Batch SL005


Berat wadah kosong : 13922,7 mg
Berat wadah + isi : 28570,1 mg
Berat wadah + isi kering : 14333,6 mg
Penimbangan etil selulosa : 499,3 mg

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ + 𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)− 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ


Rendemen : × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎

14333,6 mg − 13922,7mg
: × 100 %
499,3 𝑚𝑔

: 82,29 %b/b

2. Kode Batch SL006


Berat wadah kosong : 14261,8 mg
Berat wadah + isi : 28256,4 mg
Berat wadah + isi kering : 14674,5 mg
Penimbangan etil selulosa : 497,1 mg

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ + 𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)− 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ


Rendemen : × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎
14674,5 mg − 14261,8 mg
: × 100 %
497,1 𝑚𝑔

: 83,02 %b/b

3. Kode Batch SL007


Berat wadah kosong : 14203,3 mg
Berat wadah + isi : 25437,8 mg
Berat wadah + isi kering : 14629,9 mg
Penimbangan etil selulosa : 496,5 mg

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ + 𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)− 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ


Rendemen : × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎
14629,9 mg − 14203,3mg
: × 100 %
496,5 𝑚𝑔

: 85,92 %b/b

Lampiran 3. Penetapan kurva baku


30

a. Penentuan panjang gelombang maksimum dan kurva baku deksametason


Didapatkan panjang gelombang maksimal pada 238 nm
b. Kurva baku
Pembuatan larutan stok obat deksametason konsentrasi 1mg/ml atau 1000
µg/mL kemudian dibuat 10 seri konsentrasi
1. Diambil 5 mL dari larutan stok ad etanol pa 10 mL (stok 2, (500 µg/mL))
2. Diambil 5 mL dari larutan stok 2 ad etanol pa 10 mL (stok 3 (250 µg/mL))
3. Diambil 5 mL dari larutan stok 3 ad etanol pa 10 mL (stok 4 (125 µg/mL))
4. Diambil 5 mL dari larutan stok 4 ad etanol pa 10 mL (stok 5 (62,5 µg/mL))
5. Diambil 5 mL dari larutan stok 5 ad etanol pa 10 mL (stok 6 (31,25
µg/mL))
6. Diambil 5 mL dari larutan stok 6 ad etanol pa 10 mL (stok 7 (5,625
µg/mL))
7. Diambil 5 mL dari larutan stok 7 ad etanol pa 10 mL (stok 8 (7,812
µg/mL))
8. Diambil 5 mL dari larutan stok 8 ad etanol pa 10 mL (stok 9 (3,9062
µg/mL))
9. Diambil 5 mL dari larutan stok 9 ad etanol pa 10 mL (stok 10 (1,953
µg/mL))
10. Diambil 5 mL dari larutan stok 10 ad etanol pa 10 mL (stok 11 (0,976
µg/mL))

Tabel 3.1. Penentuan kurva baku deksametason


Konsentrasi Abs 1 Abs 2 Abs 3 Abs rata – rata SD
500µg/ml 4,000 4,000 4,000 4,000 0
250µg/ml 4,000 4,000 4,000 4,000 0
125µg/ml 4,000 4,000 4,000 4,000 0
62,5µg/ml 2,239 2,263 2,262 2,254 0,0136
31,25µg/ml 1,173 1,170 1,156 1,166 0,0091
15,625µg/ml 0,605 0,601 0,587 0,597 0,0095
7,812µg/ml 0,320 0,337 0,342 0,333 0,0115
3,906µg/ml 0,196 0,194 0,203 0,197 0,0047
1,953µg/ml 0,123 0,135 0,120 0,126 0,0079
0,976µg/ml 0,080 0,085 0,080 0,082 0,0029

Pada konsentrasi 125µg/mL - 500µg/mL absorbansi 4,000 maka yang dipakai


adalah dari konsentrasi 62,5µg/ml - 0,976µg/ml.
Regresi linier konsentrasi Vs Absorbansi
A = 0,0552 B = 0,0352 r = 0,9999
Persamaan regresi linier y = 0,0352 Χ + 0,0552

Lampiran 4. Perhitungan ukuran partikel


31

A. Konsentrasi PVA 0,1%


1. Penentuan ukuran partikel (polidispers/monodispers)
10
Kalibrasi Mikroskop = × 0,01 𝑚𝑚 = 100µm
1

Tabel 4.1. Penentuan ukuran partikel dilihat pada perbesaran 40 X


Antilog Antilog
Rerata
No UP (μm) Log UP SD Log UP rerata log SD Log
Log UP
UP UP
1 10 1,000
2 5 0,699
3 10 1,000
4 10 1,000
5 5 0,699
6 10 1,000
7 5 0,699
8 10 1,000
9 5 0,699
10 10 1,000
11 10 1,000
12 10 1,000
13 10 1,000 0,905 0,145 8,035 1,396
14 5 0,699
15 10 1,000
16 5 0,699
17 5 0,699
18 10 1,000
19 10 1,000
20 11 1,041
21 10 1,000
22 10 1,000
23 10 1,000
24 10 1,000
25 5 0,699
termasuk polidispers karena nilai antilog rata-rata UP ≥ 1,25μm

2. Perhitungan ukuran partikel


32

Tabel 4.2. Perhitungan ukuran partikel formula dengan konsentrasi PVA 0,1%
Range Mid Jumlah
n.d n.d2 n.d3 n.d4
UP Size (d) Partikel (n)
0 -5 μm 2,5 270 675 1687,5 4218,75 10546,875
6-10 μm 8 180 1440 11520 92160 737280
11-15 μm 13 50 650 8450 109850 1428050
Jumlah 500 2765 21657,5 206228,75 2175876,875
UP = Ukuran Partikel

Length-Number Mean (dln) 5,530 µm


Surface-Number Mean (dsn) 6,581 µm
Volume-Number Mean (dvn) 7,444 µm
Volume-Surface Mean (dvs) 9,522 µm
Volume-Weight Mean (dwm) 10,551 µm

B. Konsentrasi PVA 0,5%


1. Penentuan ukuran partikel (polidispers/monodispers)
10
Kalibrasi Mikroskop = × 0,01 𝑚𝑚 = 100µm
1

Tabel 4.3. Penentuan ukuran partikel dilihat pada perbesaran 40 X


No UP Log Rerata Log SD Log Antilog rerata Antilog
(μm) UP UP UP Log UP SD log UP
1 15 1,176
2 10 1,000
3 10 1,000
4 15 1,176
5 15 1,176
6 5 0,699
7 10 1,000
8 10 1,000
9 5 0,699 0,955 0,162 9,885 1,452
10 5 0,699
11 10 1,000
12 5 0,699
13 10 1,000
14 10 1,000
15 8 0,903
16 10 1,000
17 10 1,000

Tabel 4.3. (Lanjutan)


33

Antilog
UP Log Rerata Log Antilog
No SD Log UP rerata
(μm) UP
UP Log UP SD log UP
18 10 1,000
19 15 1,176
20 10 1,000
21 10 1,000
22 12 1,079
23 10 1,000
24 5 0,699
25 5 0,699
termasuk polidispers karena nilai antilog rata-rata UP ≥ 1,25μm

2. Perhitungan ukuran partikel


Tabel 4.4. Perhitungan ukuran partikel formula dengan konsentrasi PVA 0,5%
Mid Jumlah
Range UP n.d n.d2 n.d3 n.d4
Size (d) Partikel(n)
0-5 μm 2,5 48 120 300 750 1875
6-10 μm 8 327 2616 20928 167424 1339392
11-15 μm 13 98 1274 16562 215306 2798978
16-20 μm 18 27 486 8748 157464 2834352
Jumlah 500 4496 46538 540944 6974597
UP = Ukuran Partikel

Length-Number Mean (dln) 8,992 µm


Surface-Number Mean (dsn) 9,647 µm
Volume-Number Mean (dvn) 10,266 µm
Volume-Surface Mean (dvs) 11,624 µm
Volume-Weight Mean (dwm) 12,893 µm

C. Konsentrasi PVA 2,5%


1. Penentuan ukuran partikel (polidipers/monodispers)
10
Kalibrasi Mikroskop = × 0,01 𝑚𝑚 = 100µm
1

Tabel 4.5. Penentuan ukuran partikel dilihat pada perbesaran 40 X


Antilog
UP Rerata SD Log Antilog SD
No Log UP Rerata log
(μm) Log UP UP log UP
UP
1 10 1,000 0,880 0,142 7,586 1,387
2 10 1,000

Tabel 4.5. (Lanjutan)


34

Antilog
UP Rerata SD Log Antilog SD
No Log UP Rerata log
(μm) Log UP UP log UP
UP
3 10 1,000
4 5 0,699
5 5 0,699
6 6 0,778
7 7 0,845
8 10 1,000
9 5 0,699
10 6 0,778
11 5 0,699
12 10 1,000
13 10 1,000
14 5 0,699
15 10 1,000
16 10 1,000
17 10 1,000
18 10 1,000
19 10 1,000
20 5 0,699
21 5 0,699
22 10 1,000
23 10 1,000
24 5 0,699
25 10 1,000
termasuk polidispers karena nilai antilog rata-rata UP ≥ 1,25μm

2. Perhitungan ukuran partikel


Tabel 4.6. Perhitungan ukuran partikel formula dengan konsentrasi PVA 0,1%
Range Mid Jml
n.d n.d2 n.d3 n.d4
UP Size (d) partikel (n)
0-5 μm 2,5 135 337,5 843,75 2109,375 5273,4375
6-10 μm 8 340 2720 21760 174080 1392640
11-15 μm 13 25 325 4225 54925 714025
Jumlah 500 3382,5 26828,75 231114,375 2111938,438
UP = Ukuran Partikel

Length-Number Mean (dln) 6,765 µm


Surface-Number Mean (dsn) 7,325 µm
Volume-Number Mean (dvn) 7,732 µm
Volume-Surface Mean (dvs) 8,614 µm
35

Volume-Weight Mean (dwm) 9,138 µm

Contoh perhitungan:
Perhitungan ukuran partikel pada formula dengan konsentrasi PVA 2,5%.

𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑
Length-Number Mean (dln) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛
3382,5
= = 6,765 µm
500

𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑2
Surface-Number Mean (dsn) = √ 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛

26828,75
=√ = 7,325 µm
500

3 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
Volume-Number Mean (dvn) = √ 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛

3 231114,375
=√ = 7,732 µm
500

𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
Volume-Surface Mean (dvs) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑2
231114,375
= = 8,614 µm
26828,75

𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑4
Volume-Weight Mean (dwm) = 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑛.𝑑3
2111938,438
= = 9,138 µm
231114,375

Lampiran 5. Perhitungan uji effisiensi enkapsulasi


36

konsentrasi PVA
SL005 0,1%
SL006 0,5%
SL007 2,5%

Penimbangan EC (mg)
SL005 SL006 SL007
KK 255,4 260,9 246,7
KI 754,7 760,9 746,9
KS 255,4 263,8 250,4
I 499,3 497,1 496,5

Penimbangan DXM (mg)


SL005 SL006 SL007
KK 258,6 256,6 256,6
KI 284,0 282,1 282,1
KS 259,3 257,1 257,1
I 24,7 25,0 25,0

Penimbangan PVA (mg)


SL005 SL006 SL007
KK 260,0 255,3 258,1
KI 311,7 506,3 1509,2
KS 260,9 269,2 258,6
I 50,8 237,1 1250,6

Penimbangan Rendemen (mg)


SL005 SL006 SL007
BWK 13922,7 14261,8 14203,3
BWI 28570,1 28256,4 25437,8
BWIK 14333,6 14674,5 14629,9
IK 410,9 412,7 426,6
% Rendemen 82,295 83,022 85,921
37

1. Penimbangan Mikropartikel (mg)


SL005 SL006 SL007
A B C A B C A B C
KK 266,5 263,6 257 259,7 257,3 235,5 252,3 243,4 267,6
KI 276,8 273,6 267 269,6 269,6 245,9 262,5 253,8 277,8
KS 266,7 263,6 258,5 259,7 257,9 235,4 252,4 243,1 267
I 10,1 10 8,5 9,9 11,7 10,5 10,1 10,7 10,8

2. Perhitungan Drug Loading (DL)

Kadar
Kadar jml obat jml obat
Jml DL Rata- Obat
Sampel Abs SD
MP (%) rata (µg/mg
(µg/ml) (µg/5mL) (mg/5mL)
MP)
SL005A 10,1 0,596 15,364 76,818 0,077 0,761 7,606
SL005B 10 0,553 14,128 70,639 0,071 0,706 0,723 0,033 7,064
SL005C 8,5 0,475 11,912 59,560 0,060 0,701 7,007
SL006A 9,9 0,502 12,693 63,466 0,063 0,641 6,411
SL006B 11,7 0,522 13,247 66,236 0,066 0,566 0,580 0,055 5,661
SL006C 10,5 0,449 11,188 55,938 0,056 0,533 5,327
SL007A 10,1 0,735 19,313 96,563 0,097 0,956 9,561
SL007B 10,7 0,676 17,636 88,182 0,088 0,824 0,844 0,104 8,241
SL007C 10,8 0,626 16,216 81,080 0,081 0,751 7,507

3. Perhitungan Efisiensi Enkapsulasi (EE)

EE
Penimbangan Jumlah kadar obat
teoritis EE EE
Sampel SD
EC (%) Rerata
DXM (µg) (µg/mg) (µg/mg MP)
(mg)
SL005A 4940 499,3 9,894 7,606 76,876
SL005B 4940 499,3 9,894 7,064 71,398 73,032 3,342
SL005C 4940 499,3 9,894 7,007 70,822
SL006A 5000 497,1 10,058 6,411 63,738
SL006B 5000 497,1 10,058 5,661 56,282 57,660 5,519
SL006C 5000 497,1 10,058 5,327 52,961
SL007A 5000 496,5 10,070 9,561 94,941
SL007B 5000 496,5 10,070 8,241 81,833 83,773 10,336
SL007C 5000 496,5 10,070 7,507 74,545
38

4. Perhitungan Uji Statistik


Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 3 219,096 73,032 11,1652
Column 2 3 172,981 57,66033 30,46078
Column 3 3 251,319 83,773 106,8219

ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 1033,529 2 516,7643 10,44335 0,011113 5,143253
Within Groups 296,8958 6 49,48263
Total 1330,424 8
Fhitung >>> Ftabel = 10,443>>>5,143 sehingga ada perbedaan bermakna pada 3 formula
 dilakukan uji statistik (t)
nilai P <<< 0,05 = 0,011 <<< 0,05 sehingga ada perbedaan bermakna pada 3 formula
 dilakukan uji statistik (t)

t-Test: Paired Two Sample for Means


SL005 Vs SL006
Variable 1 Variable 2
Mean 73,032 57,66033
Variance 11,165196 30,46078
Observations 3 3
Pearson Correlation 0,976050063
Hypothesized Mean Difference 0
Df 2
t Stat 11,22517335
P(T<=t) one-tail 0,00392149
t Critical one-tail 2,91998558
P(T<=t) two-tail 0,00784298
t Critical two-tail 4,30265273
t hitung > t tabel = 11,225>4,30 perbedaan bermakna
p<<<0,05 0,0078<<< 0,05  perbedaan bermakna
39

t-Test: Paired Two Sample for Means


SL006 Vs SL007
Variable 1 Variable 2
Mean 57,66033333 83,773
Variance 30,46078433 106,8219
Observations 3 3
Pearson Correlation 0,998503158
Hypothesized Mean Difference 0
Df 2
t Stat -9,356255668
P(T<=t) one-tail 0,005615662
t Critical one-tail 2,91998558
P(T<=t) two-tail 0,011231324
t Critical two-tail 4,30265273
t hitung > t tabel = 9,356>4,30  perbedaan bermakna
p<<<0,05 = 0,011<<< 0,05  perbedaan bermakna

t-Test: Paired Two Sample for Means


SL005 Vs SL007
Variable 1 Variable 2
Mean 73,032 83,773
Variance 11,165196 106,8219
Observations 3 3
Pearson Correlation 0,96269059
Hypothesized Mean Difference 0
Df 2
t Stat -2,592562728
P(T<=t) one-tail 0,061058508
t Critical one-tail 2,91998558
P(T<=t) two-tail 0,122117016
t Critical two-tail 4,30265273
t hitung < t tabel = 2,592 < 4,302  perbedaan tidak bermakna
p>>>0,05 = 0,122 >>> 0,05  perbedaan tidak bermakna

5. Contoh Perhitungan pada kode batch SL005


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑀𝑃
a. Persen rendemen = 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐸𝐶 𝑥 100%
410,9 𝑚𝑔
= 𝑥 100%
499,3 𝑚𝑔

= 82,295%.
40

0,596−0,0552
b. Kadar (μg/mL) = 0,0352

= 15,364
c. Jumlah obat (μg/5mL) = kadar 𝑥 5 mL
= 15,364 𝑥 5𝑚𝐿
= 76,818
76,818μg/5mL
d. Jumlah obat (mg/5mL) = 1000

= 0,077
Jumlah obat (μg/5mL)
e. Persen Drug Loading (%DL) = 𝑥100%
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑃
0,077
= 𝑥100%
10,1

= 0,761

Jumlah obat (μg/5mL)


f. Kadar obat (μg/mg MP) = 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑃
76,818
= 10,1

= 7,606
𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑋𝑀
g. Efisiensi Enkapsulasi Teoritis (µ𝑔/𝑚𝑔) = 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐸𝐶
4940 μ𝑔
= 499,3 𝑚𝑔

= 9,894
Kadar obat (μg/mg MP)
h. Persen Effisiensi Enkapsulasi (%EE) = 𝑥100%
EE Teoritis (μ𝑔/𝑚𝑔)
7,606
= 9,894 𝑥100%

= 76,876
41

Lampiran 6. Perhitungan uji pelepasan zat aktif

1. Data Penimbangan Mikropartikel (mg)

SL005 SL006 SL007


A B C A B C A B C
KK 249,5 253,2 247,2 250,4 249,0 248,1 243,4 256,1 236,9
KI 259,7 263,9 257,4 260,5 259,1 258,5 253,7 266,4 246,9
KS 248,8 253,2 247,6 250,2 249,3 248,5 242,8 256,2 237,9
I 10,9 10,7 9,8 10,3 9,8 10,0 10,9 10,2 9,0

2. Konsentrasi PVA 0,1% (Kode Batch SL005)


Sampel A B C
Penimbangan MP (mg) 10,9 10,7 9,8
Drug loading teoritis (%) 1 1 1
Drug loading rata2 (%) 0,723 0,723 0,723
Jml obat dlm MP teori (μg) 109 107 98
Jumlah obat dalam MP (mg) 0,079 0,077 0,071
Jumlah obat dalam MP (μg) 78,81 77,36 70,85

3. Konsentrasi PVA 0,5% (Kode Batch SL006)


Sampel A B C
Penimbangan MP (mg) 10,3 9,8 10
Drug loading teoritis (%) 1 1 1
Drug loading rata2 (%) 0,58 0,58 0,58
Jml obat dlm MP teori (μg) 103 98 100
Jumlah obat dalam MP (mg) 0,060 0,057 0,058
Jumlah obat dalam MP (μg) 59,74 56,84 58,00

4. Konsentrasi PVA 2,5% (Kode Batch SL007)


Sampel A B C
Penimbangan MP (mg) 10,9 10,2 9
Drug loading teoritis (%) 1 1 1
Drug loading rata2 (%) 0,84 0,84 0,844
Jml obat dlm MP teori (μg) 109 102 90
Jumlah obat dalam MP (mg) 0,092 0,086 0,076
Jumlah obat dalam MP (μg) 92,00 86,09 75,96
42

5. Hasil uji pelepasan zat aktif


Persamaan Kurva Baku y = 0,0352x + 0,0552
VM Absorbansi Kadar (µg/mL) Jumlah Obat (µg) Jml Obat Kumulatif (µg)
Waktu fp
(ml) A B C A B C A B C A B C
SL005
Jam ke-1 5 0,266 0,327 0,227 1 5,989 7,722 4,881 29,943 38,608 24,403 29,943 38,608 24,403
Jam ke-2 5 0,238 0,326 0,222 1 5,193 7,693 4,739 25,966 38,466 23,693 55,909 77,074 48,097
Jam ke-3 5 0,204 0,306 0,273 1 4,227 7,125 6,188 21,136 35,625 30,938 77,045 112,699 79,034
Jam ke-6 5 0,126 0,138 0,126 1 2,011 2,352 2,011 10,057 11,761 10,057 87,102 124,460 89,091
SL006
Jam ke-1 5 0,330 0,225 0,266 1 7,807 4,824 5,989 39,034 24,119 29,943 39,034 24,119 29,943
Jam ke-2 5 0,260 0,334 0,260 1 5,818 7,920 5,818 29,091 39,602 29,091 68,125 63,722 59,034
Jam ke-3 5 0,206 0,256 0,222 1 4,284 5,705 4,739 21,420 28,523 23,693 89,545 92,244 82,727
Jam ke-6 5 0,159 0,138 0,124 1 2,949 2,352 1,955 14,744 11,761 9,773 104,290 104,006 92,500
SL007
Jam ke-1 5 0,260 0,366 0,331 1 5,818 8,830 7,835 29,091 44,148 39,176 29,091 44,148 39,176
Jam ke-2 5 0,350 0,352 0,360 1 8,375 8,432 8,659 41,875 42,159 43,295 70,966 86,307 82,472
Jam ke-3 5 0,320 0,227 0,260 1 7,523 4,881 5,818 37,614 24,403 29,091 108,580 110,710 111,563
Jam ke-6 5 0,178 0,113 0,117 1 3,489 1,642 1,756 17,443 8,210 8,778 126,023 118,920 120,341
43

Persen Obat Terlepas (%)


Waktu Rata-rata* SD*
A B C
SL005
Jam ke-1 27,471 36,082 24,901 26,186 1,817
Jam ke-2 51,293 72,032 49,078 50,186 1,566
Jam ke-3 70,684 105,326 80,647 75,666 7,045
Jam ke-6 79,910 116,318 90,909 85,410 7,777
SL006
Jam ke-1 37,897 24,612 29,943 27,278 3,770
Jam ke-2 66,141 65,022 59,034 65,582 0,791
Jam ke-3 86,937 94,127 82,727 84,832 2,977
Jam ke-6 101,252 106,128 92,500 103,690 3,448
SL007
Jam ke-1 26,689 43,282 43,529 43,406 0,175
Jam ke-2 65,106 84,615 91,635 88,125 4,964
Jam ke-3 99,614 108,539 123,958 104,077 6,311
Jam ke-6 115,617 116,589 133,712 116,103 0,687
*rata-rata dan SD diambil dari 2 replikasi persen obat terlepas yang nilainya saling mendekati

6. Perhitungan mikropartikel sisa uji pelepasan zat aktif


Berat Kertas (mg) ZA yang Rata-rata Rata-rata Rata-rata SD SD
Sisa MP ZA tersisa
sampel tersisa Sisa MP ZA sisa ZA sisa Zat Sisa Zat Sisa
Kosong (+ )Isi (mg) (µg)
(%) (mg) (µg) (%) (µg) (%)
SL005A 246,0 248,5 2,5 18,075 16,583
SL005B 243,7 244,9 1,2 8,676 8,108 1,967 14,219 13,641 4,921 4,794
SL005C 251,8 254,0 2,2 15,906 16,231
44

SL006A 244,4 245,3 0,9 5,22 5,068


SL006B 251,7 254,3 2,6 15,08 15,388 1,900 11,020 11,072 5,155 5,363
SL006C 257,1 259,3 2,2 12,76 12,760
SL007A 255,7 260,3 4,6 38,824 35,618
SL007B 251,6 253,0 1,4 11,816 11,584 2,367 19,975 19,173 16,373 14,256
SL007C 252,6 253,7 1,1 9,284 10,316

ZA dalam MP ZA tersisa ZA kumulatif ZA sisa + ZA


Sampel rata-rata SD
teoritis (µg) (µg) terlepas (µg) kumultif (µg)
SL005A 78,81 18,075 87,102 105,177
SL005B 77,36 8,676 124,46 133,136 114,437 16,19435
SL005C 70,85 15,906 89,091 104,997
SL006A 59,74 5,22 104,29 109,510
SL006B 56,84 15,08 104,006 119,086 111,285 7,081908
SL006C 58 12,76 92,5 105,260
SL007A 92 38,824 126,023 164,847
SL007B 86,09 11,816 118,92 130,736 141,736 20,02242
SL007C 75,96 9,284 120,341 129,625

7. Contoh Perhitungan SL005 jam ke-1


(0,266 – 0,0552)
a. Kadar (µg/mL) = 0,0352
= 5,989
45

b. Jumlah obat (µg) = Kadar (µg/mL) x VM


= 5,989 x 5 mL = 29,943

Jumlah Obat Kumulatif


c. Persen obat terlepas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑀𝑃 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑥100%
29,943
= 109 𝑥100%
= 27,47

ZA tersisa
d. Zat aktif tersisa (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥100%
18,075
= 109 𝑥100%
= 16,583

e. Persen obat terlepas = jumlah obat teoritis – ZA tersisa


= 104,667 – 16,583
= 88,084

8. Perhitungan statistik uji pelepasan obat

Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 3 287,137 95,71233 348,6896
Column 2 3 299,88 99,96 47,68254
Column 3 3 365,918 121,9727 103,5952
46

ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 1192,205 2 596,1026 3,57685 0,09491 5,143253
Within Groups 999,9346 6 166,6558
Total 2192,14 8

Fhitung <<< Ftabel ==> 3,5678<<<5,14325


 sehingga perbedaan tidak bermakna pada 3 formula  tidak dilakukan uji statistik (t-test: Paired Two Sample for Mean)
nilai P>>> 0,05 ==> 0,0949>>> 0,05
sehingga ada perbedaan tidak bermakna pada 3 formula  tidak dilakukan uji statistik (t-test: Paired Two Sample for Mean)
47

Lampiran 7. Foto alat dan hasil penelitian

Foto lemari asam Foto alat sentriugasi

Foto mikropartikel terbentuk sebelum dan sesudah sentrifus

Foto alat freeze dryer Foto magnetik stirer


48

Foto alat scaning electro microscopy Foto alat spektrofotometri UV

PVA 0,1% PVA 0,5% PVA 2,5%

Foto mikropartikel terbentuk


49

Lampiran 8. Surat keterangan penelitian menggunakan SEM

Anda mungkin juga menyukai