PENDAHULUAN
()-[3-(9H-carbazol-4-yloxy)-2-hydroxypropyl][2-(2-
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
suatu permasalahan yaitu : bagaimanakah pengaruh matriks sebagai basis bukal patch
terhadap sifat fisik dan pelepasan Carvedilol dari sediaan patch.
D. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Menemukan alternatif dalam pengobatan hipertensi yang lebih efektif digunakan di
masyarakat.
2.
Tujuan khusus
a.
b.
E. Tinjauan Pustaka
1.
penghantaran obat yang diaplikasikan dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan
membran mukosa pada pipi bagian dalam.
Sistem penghantaran bukal mukoadhesif memiliki keuntungan dibanding sistem
penghantaran lainnya, antara lain : 1) memilki ketersediaan darah yang lebih banyak
dibanding jaringan mukosal lainnya 2) menghindari metabolisme lintas pertama (firstpass metabolism) dan variabel lainnya dalam saluran pencernaan, seperti pH dan waktu
pengosongan lambung, 3) Mudah kontak dengan membran sehingga obat tersebut dapat
didistribusikan, mengenai target aksi dan mudah dilepaskan dari tempat pengaplikasian,
4) Meningkatkan kepatuhan dan kenyamanan pasien, 5) Meningkatkan kemampuan obat
untuk kontak dengan mukosa lebih lama, 6) Mengurangi efek samping yang ditimbulkan
dari kelebihan dosis, 7) Meningkatkan bioavaibilitas dari obat, 8) Sebagai alternatif
penghantaran obat berupa hormon, steroid, enzim, narkotika yang digunakan sebagai
analgesik dan obat-obat kardiovaskular (Khairnar et al., 2010).
Sistem Penghantaran secara bukal mukoadhesif juga masih memiliki keterbatasan
antara lain : 1) Adanya keterbatasan area absorpsi, luas permukaan membran dari rongga
mulut sebesar 170 cm2, tetapi sediaan bukal patch hanya bisa memenuhi 50 cm2. 2)
Adanya barrier mukosa. 3) Sekresi air liur terus menerus menyebabkan terjadinya
pengenceran obat. 4) Bahaya tersedak atau tertelannya sediaan akibat menelan makanan.
5) Menelan air liur dapat menyebabkan obat terlarut atau tersuspensi dan hilangnya obat
dari sediaan. (Miller, 2005).
Ada 3 tipe peghantaran bukal mukoadhesif, yaitu : 1) Tipe I merupakan sistem
single layer dimana pelepasan obat ke semua arah. Pelepasan obat akibat sediaan yang
memberikan pelepasan obat secara tidak langsung. Seluruh permukaan pada sediaan
dilapisi dengan impermeable backing layer kecuali sisi yang kontak dengan bukal
mukosa ( Kaul et al, 2011).
2.
manusia. Terdapat tiga lapisan pada mukosa di rongga mulut, yaitu : jaringan epitel,
jaringan ikat dan jaringan dasar. Rongga mulut dilapisi oleh jaringan epitel, dibawahnya
terdapat jaringan dasar yang didukung oleh jaringan ikat.
basal membentuk
lapisan khas
dan epitel. Dibutuhkan suatu kesatuan yang diperlukan antara epitel dan jaringan ikat
pokok, dan berfungsi sebagai mekanisme pendukung untuk epitelium. Jaringan
ikat pokok tersebut memberikan banyak properti mekanis dari mukosa mulut.
Bukal epitel diklasifikasikan sebagai jaringan non kreatin. Dapat ditembus
oleh jaringan ikatan yang berbentuk krucut. Jaringan ini, yang juga disebut
sebagai lamina propria, terdiri dari serat kolagen, lapisan pendukung jaringan ikat,
pembuluh
darah
dan
otot
halus. Arteri
yang
kaya
akan
darah
yang
mensuplai mukosa mulut berasal dari arteri karoti eksternal. Arteri bukal merupakan
terminal
dari
beberapa
arteri infra orbital adalah sumber utama pasokan darah ke lapisan pipi di rongga bukal.
Hasil dari sekresi seperti gel yang dikenal sebagai mukus, yang terdiri dari
sebagian besar glikoprotein yang tidak larut air,
mencakup
seluruh rongga
mulut. Mukus terikat ke permukaan sel dan bertindak sebagai lapisan pelindung pada selsel di bawah. Mukus juga bersifat viskoelatis hidrogel, dan yang utama terdiri dari 1-5%
dari air yang disebutkan di atas tidak larut didalam glikoprotein, 95-99% air, dan
beberapa komponen lainnya dalam jumlah kecil, seperti protein, enzim, elektrolit, dan
asam nukleat.
Komposisi
yang
3.
mulut : 1) Transeluler ((intraseluler, melewati sel) dan 2) Paraseluler (antar sel, melewati
sel). Permeasi melewati bukal mukosa dilaporkan paling banyak terjadi melalui rute
paraseluler melalui lipid interseluler (Wani, 2007).
4.
Mekanisme Mukoadhesi
Mekanisme adhesi suatu makromolekul terhadap permukaan jaringan mukosa
memungkinkan
molekul
mukoadhesif
untuk
pecah
keluar
dan
menghubungkan antara ikatan Van Der Waals dengan ikatan hidrogen. Kedua tahapan
dapat dilihat dari gambar 4.
5.
Teori Mukoadhesi
Meskipun mekanisme adhesi suatu makromolekul terhadap permukaan jaringan
mukosa belum sepenuhnya dimengerti tetapi terdapat enam teori klasik yang
menerangkan fenomena mukoadhesi dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Teori Mukoadhesi (Kaul et al.,2011)
Teori
Mekanisme bioadhesi
Keterangan
Teori elektronik
Teori
pembasahan
Teori adsorpsi
Teori difusi
Teori mekanik
Teori patahan
6.
digunakan sebagai basis pembentuk patch dan juga sebagai zat yang digunakan untuk
berikatan dengan membran mukus, sehingga zat aktif dari sedian bukal patch dapat
diserap oleh jaringan epitel. Ada beberapa macam variasi matriks yang digunakan. Dapat
dilihat pada tabel II.
Tabel II. Variasi Matriks (Kaul et al.,2011)
Kriteria
Kategori
Contohnya
Semi-natural
atau
natural
Turunan selulose
[CMC, thiolated CMC, sodium CMC, HEC,
HPC, HPMC, MC,
methylhydroxyethylcellulose]
Basis Poly(acrylic acid)
Berdasarkan sumber
[CP, PC, PAA, polyacrylates,
poly(methylvinylether-co-methacrylic acid),
poly(2-hydroxyethyl methacrylate
Sintetik
10
Berdasarkan Kelarutan
Berdasarkan muatan
Potensi Ikatan
7.
Larut dalam
air
Tidak larut
dalam air
kationik
Anionik
Non-ionik
kovalent
Ikatan
Hidrogen
Interaksi
antar
elektron
Kitosan
Patch Bukal
Patch bukal adalah bentuk sediaan obat yang berdasar pada mukoadhesif sistem.
Ukuran ketipisan patch bukal antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan menyulitkan
dalam pemakaiannya (Mathiowitz et al ., 1999). Pelepasan zat aktif pada suatu patch
dikenal dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et al. (1990), patch terdiri dari
3 lapisan yaitu (1) Permukaan dasar mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif
polikarbopil, (2) permukaan membran yang merupakan tempat terlepasnya obat, (3)
permukaan impermeable, yang langsung bersentuhan dengan mukosa. Desain bentuk
patch dengan metode tersebut dapat dilihat pada gambar 5.
11
12
Sustained release adalah desain sediaan obat yang didesain untuk melepaskan
sejumlah kecil dari dosis total yang telah ditentukan kedalam sistem pencernaan.
Pelepasan dosis tersebut harus sejumlah dosis yang dapat mengakibatkan respon
farmakologis sesegera mungkin, dimana obat tersebut harus konsisten dengan
ketersediaan intrinsik obat untuk diabsorpsi dari saluran pencernaan. Dosis sisa kemudian
dilepaskan secara cepat guna menjaga ketersediaan obat didalam tubuh untuk beberapa
periode waktu yang diinginkan melebihi waktu yang dicapai oleh obat dengan dosis
tunggal, sehingga dosis yang diserap oleh tubuh harus sama dengan dosis yang
dikeluarkan oleh tubuh dari waktu kewaktu seiring dengan respon farmakologis yang
diinginkan.
Sediaan repeat action biasanya terdiri atas 2 dosis tunggal dari suatu obat. Dimana
dosis pertama didesain menjadi immediate release dan dosis ke 2 didesain menjadi
delayed release. Hubungan konsetransi obat dengan waktu pada sistem controlled release
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi obat dengan waktu (Nelson et al., 1975)
8.
Pelepasan Obat
Proses pelarutan merupakan proses perpindahan molekul zat padat pada permukaan
13
Gambar 7. Disolusi obat dari suatu padatan matriks (Martin et al.., 1993).
Kecepatan difusi obat dalam melewati matriks ditentukan oleh koefisien difusi (D)
dan harga D ditentukan oleh beberapa faktor menurut persamaan Stokes-Einstein sebagai
berikut:
D = RT
............................................................................................... (1)
6r N
14
15
untuk melepaskan obat sebanyak 80%, 90% dan sebagainya dari jumlah obat yang
terdapat dalam sediaan.
b. Metode Khan
Metode Khan dikenal dengan konsep Dissolution Efficiency. Dissolution
Efficiency (DE) merupakan perbandingan luas daerah di bawah kurva percepatan
pelarutan dan daerah pada waktu yang sama, meggambarkan 100% obat terlarut di dalam
medium (Khan, 1975). DE merupakan parameter yang menggambarkan kemampuan
pelepasan obat dari suatu sediaan pada rentang waktu tertentu. Metode yang
dikembangkan oleh Khan (1975) ini diartikan sebagai perbandingan luas daerah di bwah
kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama yang menggambarkan
100% obat terlarut ke dalam medium.
... .(2)
Keterangan :
16
9.
kinetika proses pelepasan obat. Kinetika pelepasan obat dapat ditentukan dengan
menemukan fitting terbaik dari data pelepasan obat secara berturut-turut ke dalam plot
persamaan orde nol, orde satu, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas (Mouzan dkk., 2011).
17
Persamaan orde nol diperoleh dari plot persen obat terdisolusi sebgai fungsi waktu.
Bila digunakan fraksi pelepasan obat, persamaannya menjadi (Arora et al. 2005) :
Log F = K0 x t .................................................................................................. (4)
Keterangan :
F = fraksi obat terdisolusi (mg)
t
= waktu (menit)
............................................................................................ (5)
Keterangan:
Qt
Qo
K1
Persamaan orde satu diperoleh dari plot log persen obat terdisolusi sebagai fungsi
18
waktu. Bila digunakan fraksi pelepasan obat, persamaannya adalah (Arora dkk.,
2005):
.............................................................................................. (6)
Keterangan:
F
= waktu (menit)
= K H . t. 1/2 .........................................................................(7)
Keterangan:
Qt
KH
Jika plot akar waktu terhadap jumlah kumulatif obat terdisolusi menghasilkan
garis lurus dan slopenya 1 atau lebih dari 1, pelepasan obat dan' bentuk
sediaan khusus diasurnsikan mengikuti kinetika Higuchi. Beberapa kondisi percobaan
19
.....................................................................(8)
Keterangan:
= waktu (menit)
= eksponen difusi
K Kp
20
pelepasan dikontrol oleh difusi Fick, nilai n yang lebih besar yaitu 0,45 < n < 0,89
untuk transport non-Fick yaitu mekanisme difusi dan. relaksasi polimer. Nilai n=0,89
untuk case II transport atau relaksasi polimer dan nilai n>0,89 menunjukkan bahwa
pelepasan obat ter adi melalui super case II transport (Dash dkk, 2010). Hal ini
ditunjukkan melalui tabel III.
10.
mekanisme transport
kecepatan
0,45 < n
Fickian diffusion
Non-fickian (Anomalous)
n-I
tt-0,5
n = 0,89
Transport
Case II transport
orde nol
n> 0,89
t n-I
Natrium
adalah
garam
natrium
dari
21
OH
O
O
OH
O
O
CH2OCH2COONa+
CH
22
23
3) Methocel
Methocel atau Metilselulose adalah metileter dari selulose yang
terdapat dengan berbagai derajat viskositas. Zat ini banyak digunakan
sebagai zat pengental dalam industri pangan dan dalam sediaan farmasi.
24
memiliki
pemerian
25
berupa
serbuk
putih
atau
putih
2)
Carvedilol
Carvedilol adalah obat kardiovaskular yang telah banyak di sahkan
di beberapa Negara untuk pengobatan darah tinggi. Carvedilol mempunyai
metabolisme lintas pertama yang tinggi, kelaruan dalam air rendah, tetapi
26
27
3)
Propilenglikol
Propilenglikol
menurut
Rowe
et
methyl
mempunyai
ethylene
rumus
kimia
glycol,
propane1,2-diol.
C3H8O2,
rumus
struktur
28
4)
Etil Selulosa
Etil selulosa adalah senyawa non-toksik,stabil, inert, polimer
hidrofobik yang banyak digunakan sebagai bahan sediaan farmasetika.
Ethyl selulosa sering digunakan untuk membrane pengontrol keluarnya
obat dari sediaan farmasi (Shan-Yang Lin et al., 2001;Siepmann et al.,
2007; Neau et al., 1999).
Etil selulosa bersifat stabil pada suhu tinggi dan sering digunakan
untuk laminasi hot-dip, lapisan (lacquer) panas dan pembungkus yang
mudah dikelupas. Etil selulosa merupakan termoplastik dan mengandung
beberapa pemlastis. Sifat-sifat utama etil selulosa adalah : 1) Tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, 2) Tidak dapat menahan uap air
dan gas, 3) Larut pada sebagian besar pelarut kecuali pada hidrokarbon
29
alifatik, glikol dan air, 4) Tidak tahan terhadap pelarut organic, 5) Tahan
minyak, sehingga cocok untuk kemasan bahan pangan, 6) Berlemak seperti
margarine, mentega dan minyak, 7) Tahan terhadap asam dan basa lemah,
tapi terurai oleh asam kuat, 8) Mempunyai kekerasan dan kekuatan yang
baik, daya rentang menurun dan ekstensibilitas meningkat denga
meningkatnya suhu. Kelenturan meningkat dengan
menurunnya suhu,
5)
Aseton
Aseton,
juga
dikenal
keton, 2-
eter,dll.
Ia
sendiri
juga
obat-obatan,
dan
senyawa-senyawa
kimia
lainnya.
Selain
30
6)
Asam Asetat
asama
organik
yang
dikenal
sebagai
pemberi
rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH,
CH3COOH,
atau
CH3CO2H.
Asam
asetat
murni
dengan
nilai
pKa=4.8.
Basa
konjugasinya
31
asetat
menunjukkan
bahwa molekul-
F. Landasan Teori
Bukal patch merupakan suatu sediaan yang didesain untuk dapat melepaskan obat
secara terkontrol. Sehingga sediaan bukal patch digunakan untuk pengobatan penyakit
yang membutuhkan penanganan secara berkala dan lama. Salaha satu penyakit yang
membutuhkan pengobatan secara bertahap adalah hipertensi. Dilihat dari penyakitnya
yaitu hipertensi, maka diputuskan obat yang akan digunakan yaitu carvedilol.
Sudah banyak sediaan carvedilol yang beredar dipasaran. akan tetapi dilihat dari
sifatnya, carvedilol memiliki metabolisme lintas pertama yang tinggi, kelarutan dalam air
32
rendah, tetapi kelarutan dalam lemak tinggi (Martindale, 2003). Sehingga dibutuhkan
alternatif penghantaran lain untuk meningkatkan efektivitas dari carvedilol yaitu dengan
membuat carvedilol dengan bentuk sediaan bukal patch mukoadhesif. Carvedilol adalah
basa lemah dengan nilai pKa mendekati 7,8 dan bioavaibiltas per oral nya 25-35%,
sehingga memenuhi kriteria memuaskan untuk dibuat menjadi sediaan bukal patch
(Mollendorff et al, 1987). Nilai logaritma koefisien partisi dari Carvedilol adalah sekitar
3,967. (Noha et al, 2003) dan (Pavankumar et al, 2005) nilai koefisien partisi tersebut
mengindikasikan bahwa Carvedilol mempunyai liofilisitas yang cukup besar untuk
menembus bukal membran.
Digunakan 3 macam matriks yaitu karboksimetilselulosa natrium, kitosan, dan
methocel dalam formulasi sediaan bukal patch carvedilol, karena matriks adalah suatu
komponen penting pada suatu sediaan bukal patch. Dengan membandingkan 3 macam
matriks yang biasanya digunakan, kita akan mengetahui secara pasti matriks mana yang
dapat mendispersikan obat secara sempurna sehingga pelepasan obat tersebut akan dapat
dikontrol difusunya melalui polimer matriksnya.
Sediaan bukal patch diformulasikan dengan konsentrasi karboksimetilselulosa
Natrium, kitosan dan methocel masing-masing sebesar 2%. Pemilihan 2% didasari pada
studi preformulasi dimana dilakukan 3 macam variasi konsentrasi yaitu 1%, 2%, dan 3%.
Didapatkan konsentrasi 2% yang paling maksimal. Variasi penggunaan matriks
diperkirakan mampu melapisi zat aktif dan mengontrol difusi zat aktif ke lapisan mukosa.
Sehingga dapat diketahui matriks yang paling maksimal untuk sediaan bukal patch
mukoadhesif ini.
Uji disolusi merupakan salah satu cara evaluasi terhadap pelepasan obat dari
sediaan bukal patch. Kinetika dan mekanisme pelepasan obat serta kemampuan
33
mekanisme pelepasan carvedilol dari sediaan bukal patch tiap satuan waktu dapat
diketahui melalui uji disolusi.
Kinetika pelepasan diperoleh dengan menggunakan perhitungan orde nol, orde
satu, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas (Costa dan Sausa, 2000). Disolusi obat dari betuk
sediaan lepas lambat idealnya mengikuti kinetika orde nol. Pelepasan obat yang
mengikuti kinetika orde nol terjadi secara erosi (Chang dan Robinson, 1990). Jika
banyaknya obat yang dilepas dari matriks proposional dengan akar waktu maka
pelepasannya dikatakan mengikuti persamaan Higuchi yaitu melalui mekanisme difusi
(Arora dkk, 2005). Peppas (1985) menggunakan nilai n (eksponen difusi) dalam orde
untuk mengkarakterisasi mekanisme pelepasan yang berbeda.
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis dengan perbedaan
penggunaan matriks pada setiap formula mengakibatkan perbedaan sifat fisik setiap
sediaan bukal patch mukoadhesif yang dihasilkan serta perbedaan pelepasan obat.
34