SEDIAAN TRANSDERMAL
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Formulasi Sediaan Likuid
Semi Solid pada Program Studi Ilmu Farmasi
Dosen Pembina
Apt. Yola Desnera Putri, M.Farm
Oleh
Anggie Melinda H ( A 181 004 )
Annisa Haniefah ( A 181 006 )
Bagus Fitra S ( A 181 008 )
Ima Susilawati ( A 181 017 )
Indri Febryanti ( A 181 019 )
B. Peningkat Penetrasi
Salah satu cara meningkatkan penetrasi obat melalui kulit yang umum 103
digunakan adalah dengan menambahkan zat peningkat penetrasi pada sediaan
transdermal (Williams and Barry, 2012). Peningkat penetrasi bekerja
meningkatkan permeasi zat aktif pada sediaan transdermal dengan beberapa
mekanisme diantaranya (Pandey et al., 2014; Gupta et al., 2005) :
1. Meningkatkan kelarutan atau fluidisitas dari stratum korneum sehingga
dapat menurunkan fungsi kulit sebagai barrier penghalang.
2. Meningkatkan aktivitas termodinamik dari obat dan kulit.
3. Mempengaruhi koefisien partisi dari obat sehingga meningkatkan
pelepasan obat pada kulit.
4. Mengganggu korneosit pada kulit dengan berinteraksi dengan filamen
keratin
Peningkat penetrasi yang ideal dalam sediaan transdermal harus memiliki
beberapa sifat, diantaranya (Ramteke et al., 2012; Ahmed and Sushma, 2015) :
1. Tidak beracun dan tidak menyebabkan iritasi.
2. Tidak memberikan efek farmakologis bagi tubuh.
3. Bekerja pada kulit secara reversibel.
4. Kompatibel dan stabil dengan banyak zat aktif. 5. Dapat diterima baik oleh
kulit.
Beberapa zat dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi diantaranya air,
hidrokarbon, alkohol, asam lemak dan ester, amida, urea, sulfoksida, dan terpen
dan terpenoid (Williams and Barry, 2012).
Alat 6 (Silinder)
Gunakan labu dari Alat 1 seperti tertera pada Uji Disolusi <1231>,
kecuali keranjang dan tangkai pemutar diganti dengan elemen pemutar silinder
yang terbuat dari baja tahan karat, dengan spesifikasi seperti tertera pada
Gambar 2.Sediaan uji ditempatkan pada silinder pada permulaan tiap
penetapan. Jarak antara bagian dalam labu dan silinder dipertahankan pada 25
mm ± 2 mm selama penetapan.
Media Disolusi
Gunakan media seperti tertera pada Uji Disolusi <1231>.
Prosedur
Masukkan sejumlah volume media disolusi ke dalam labu dari alat
yang ditentukan dalam tiap monografi, pasang alat dan panaskan Media
disolusi hingga mencapai suhu 32 ± 0,50. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, siapkan sistem uji sebagai berikut. Ambil garis pelindung dari
sistem dantempatkan sisi perekat pada sepotong Curophan yang lebih besar,
tidak kurang 1 cm pada semua sisi sistem.[Catatan Gunakan Curophan tipe
150 pm, tebal 11 ± 0,5 µm, inert, bahan selulosa berpori yang tersedia dari
Medicell International Ltd 230 Liverpool Road, London]. Tempatkan sistem
dan Curophan (menutup sisi bawah) pada permukaan yang bersih dan gunakan
bahan perekat yang sesuai pada batas Curophan yang terpapar. Keringkan
selama 1 menit. Gunakan sisi sistem yang terlapisi perekat secara hati-hati
pada bagian luar silinder sehingga sumbu axis yang panjang tetap di sekeliling
silinder. Tekan lapisan/Curophan untuk menghilangkan gelembung udara
yang terperangkap. Tempatkan silinder dalam alat dan dengan segera putar
pada kecepatan seperti tertera pada masing-masing monografi.
Dalam interval waktu yang dinyatakan, ambil sejumlah Media disolusi untuk
analisis dari daerah tengah antara permukaan media disolusi dan ujung silinder
yang berputar, tidak kurang 1 cm dari dinding labu. Lakukan analisis seperti
tertera pada masing-masing monografi, jika perlu lakukan koreksi kehilangan
volume. Jika perlu ulangi pengujian menggunakan sediaan tambahan.
Waktu
Lakukan seperti tertera pada Alat 5.
Interpretasi
Kecuali dinyatakan lain dalam masing- masing monografi, persyaratan
dipenuhi jika jumlah bahan aktif yang dilepas dari sediaan dan larut dalam
media disolusi memenuhi kriteria Tabel keberterimaan 1 untuk rute
transdermal. Lakukan penetapan hingga tahap 3 kecuali hasil pada tahap
sebelumnya telah memenuhi syarat L1 atau L2.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, B.M.G. and Sushma, S., 2015. Chemical Permeation Enhancement
Through Skin. International Journal, 3(8), pp.644-651.
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Ansel, Howard C. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Dhiman, S., Singh, T., dan Rehni, A,. 2011. Transdermal Patch: A Recent
Approach to New Drug Delivery System. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Science, 3, 26-34.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI. 2020. Farmakope
Indonesia. Edisi 6. Jakarta
Goodman, M.P., 2012. Are all estrogens created equal? A review of oral vs.
transdermal therapy. Journal of Women's Health, 21(2), pp.161-169.
Gungor, S., Erdal, M.S, and Ozsoy, Y. 2012. Plasticizer in Transdermal Drug
Delivery System, in Luqman, M., Recent Advances in Plasticizers, In
Tech, Shanghai, pp 91-112.
Gupta, P.N., Mishra, V., Rawat, A., Dubey, P., Mahor, S., Jain, S., Chatterji, D.P.
and Vyas, S.P., 2005. Non-invasive vaccine delivery in transfersomes,
niosomes and liposomes: a comparative study. International journal of
pharmaceutics, 293(1), pp.73-82.
Hafeez, A., Jain U., Singh J., Mauray A., Rana L,. 2013. Recent Advences in
Transdermal Drug Delivery System (TDDS): An Overview, Journal of
Scientific and Innovative Research. Vol 2 (3): 695-709.
Langford, R., McKenna, F., Ratcliffe, S., Vojtassák, J. and Richarz, U., 2006.
Transdermal fentanyl for improvement of pain and functioning in
osteoarthritis: A randomized, placebo‐controlled trial. Arthritis &
Rheumatism, 54(6), pp.1829-1837.
Loyd V. Allen, J. P. (2011). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems, Ninth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins, Wolters Kluwer Health.
Pandey, A., Mittal, A., Chauhan, N., & Alam, S. 2014. Role of Surfactants as
Penetration Enhancer in Transdermal Drug Delivery System. J Mol Pharm
Org Process Res, 2(113), 2.
Patel, D., Chaudhary, S.A., Parmar, B, and Bhura, N. 2012. Transdermal Drug
Delivery System: A Review, The Pharma Journal, (14): 16-75.
Pathan, I.B. and Setty, C.M., 2009. Chemical penetration enhancers for
transdermal drug delivery systems. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research, 8(2).
Prausnitz, M.R., Mitragotri, S. and Langer, R., 2004. Current status and future
potential of transdermal drug delivery. Nature Reviews Drug Discovery,
3(2), pp.115-124.
Ramteke, K. H., Dhole, S. N., & Patil, S. V. 2012. Transdermal drug delivery
system: a review. Journal of Advanced Scientific Research, 3(1), 22-35.
Syamsuni. 2006. FARMASETIKA DASAR DAN HITUNGAN FARMASI. Jakarta :
EGC.
Walters, K.A. 2004. Dermatological and Transdermal Formulation. Marcel
Dekker. New York. 18, 25-26, 33, 103-105, 210, 337-338.
Williams, A. C., & Barry, B. W. 2012. Penetration enhancers. Advanced drug
delivery reviews, 64, 128-137.