MAL
(Plester)
Teknologi Formulasi Sediaan Likuid Semisolid
Kelompok 9
01 02
Mudmainna Nurul Tria
A 191 071 A 191 077
Annisa Amanda
03
Puspa Dewi
04
Tri Hita Purnama
A 191 078 A 191 089
Santhi
Definisi Transdermal
Transdermal atau sediaan Plester adalah bahan yang
digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang
dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
Kekurangan Kelebihan
1. mudah dapat menghindari first pass
1.dapat menyebabkan iritasi jika dosis
metabolism2.obat dapat dihantarkan
dalam waktu yang lama obat yang dibutuhkan besar
3.obat tidak berinteraksi dengan
2.ketebalan barrier kulit Berbeda
cairan lambung dan usus
4.Pada penggunaan transdermal, 3.tidak dapat menghantarkan obat
pengobatan dapat langsung
dengan ukuran partikel yang besar
dihentikan ketika terjadi
ketoksikkan
Mekanisme Peningkat Penetrasi
Komponen dari sistem membran meliputi: reservoir, rate controlling membrane dan lapisan
adhesive yang melekat pada kulit (Saroha et al., 2011). Bahan aktif dalam reservoir bisa dibuat
dalam bentuk larutan, suspensi, atau gel atau didispersikan dalam matriks polimer padat. Laju
pelepasan obat dari tipe membrane controlled system diatur oleh membran (Yadav et al, 2012).
Tipe membran memberikan laju pelepasan obat yang konstan, tetapi rusaknya membran
menyebabkan pelepasan obat yang cepat dan tidak terkontrol (Kumar et al. 2013).
Sediaan Transdermal patch dibagi
menjadi dua jenis yaitu :
2. Tipe matrix controlled system
Komponen utama dari sistem matriks yaitu bahan adhesive dan backing. Tipe matrix controlled system dibuat
dengan mencampur bahan obat kedalam adhesive polimer Campuran tersebut kemudian dilarutkan menggunakan
pelarut atau melelehkan adhesive. Hasil larutan atau lelehan kemudian dituang pada lapisan backing. Patch
transdermal yang paling sering digunakan di pasaran saat ini adalah patch matriks. Keuntungan metode tersebut
adalah penetrasi obat yang diatur oleh formulasi obat dil dalam polimer sehingga resiko dose dumping dapat
diminimalisir ketika terjadi kerusakan membrane. Keuntungan lain dari sistem matriks adalah memiliki adhesi yang
lebih baik, membentuk suatu sediaan yang tipis dan elegan sehingga nyaman untuk digunakan serta proses
pembuatan yang mudah, cepat dan murah (Saroha et al., 2011).
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
1. Zat Aktif
Rute transdermal tidak dapat digunakan untuk semua jenis obat. Obat harus
memenuhi persyaratan fisikokimia untuk dapat diaplikasikan secara transdermal.
Bahan obat yang dibuat dalam bentuk sediaan patch adalah bahan obat yang dalam dosis kecil efek
farmakologis dapat dipertahankan selama sehari, tidak mengiritasi dan menyebabkan alergi (Gaikwad,
2013).
Persyaratan bahan aktif anatara lain : memiliki titik leleh <200oC , berat molekul <400, koefisien
partisi antara 1–4, memiliki bioavaibilitas peroral yang rendah dan index terapi sempit (Saroha et al.,
2011).
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
2. Polimer
Salah satu komponen penting dalam sediaan transdermal patch adalah polimer.
Polimer berfungsi mengontrol pelepasan bahan aktif dari sediaan. Polimer yang
digunakan seharusnya memiliki stabilitas yang baik dan kompatibel dengan obat
maupun komponen lain yang digunakan (Yadav et al., 2012). Polimer seharusnya
tidak reaktif, tidak rusak selama penyimpanan, tidak toksik dan harga terjangkau
(Dhiman et al., 2011). Beberapa contoh polimer antara lain HPMC, PVP, EC,
carbopol, gom dan gelatin.
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
3. Penetration Enhancer
Penetration Enhancer berfungsi meningkatkan permeabilitas dari stratum
korneum sehingga dapat meningkatkan kadar terapeutik obat (Dhiman et al., 2011).
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai penetration enhancer antara lain dimetil sulfoksida, etanol,
gliserin, PEG, urea, dimetil asetamid, sodium lauril sulfat, span, tween, terpen, dan banyak lainnya
(Allen et al., 2011). Gliserin merupakan penetrasi enhancer golongan kosolven yang lebih stabil secara
kimiawi (Mali et al., 2015).
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
4. Plasticizer
Plasticizer diketahui dapat menurunkan kekakuan yang disebabkan oleh
polimer sehingga meningkatkan kemampuan difusi obat. Plasticizer yang umumnya digunakan adalah
polietilen glikol, gliserin, gliserol dan dibutil phtalat (Yadav et al.,2012).
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
5. Pelekat
Pelekat merupakan komponen yang digunakan perekat sensitif terhadap tekanan yang dapat di
tempatkan pada bagian depan maupun belakang sediaan transdermal. Beberapa syarat perekat antara
lain dapat melekat pada kulit. mudah untuk dihilangkan, tidak meninggalkan sisa pada kulit yang sukar
dicuci, tidak mengiritasi kulit.
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
6. Pelarut
Berbagai pelarut seperti kloroform, metanol, aseton, isopropanol dan diklorometana
digunakan untuk melarutkan atau menyiapkan obat
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
7. Backing
Backing umumnya dibuat dari aluminium foil, polyester dan polivinil alcohol.
Backing berfungsi melindungi reservoir obat serta polimer dari pengaruh
lingkungan
(Mali et al., 2015).
Formula
Umum
Komponen- komponen yang terdapat dalam formula umum
sediaan transdermal yaitu :
8. Release Liner
Liner merupakan bagian dari pengemasan primer dan bukan bagian dari sistem
penghantaran obat. Liner berfungsi sebagai lapisan pelindung yang mencegah
hilangnya obat serta kontaminasi selama proses penyimpanan.
Liner seharusnya inert dan permeable terhadap obat, penetrasi enhancer dan air (Yadav et al., 2012)
Contoh Formula Sediaan
Transdermal patch Kalium
Formula
Diklofenak Berat (g)
Kalium Diklofenak 1,2
PVP 2,5
Metilparaben 0,05
Etanol 15 ml
Kalium Diklofenak
Kalium diklofenak menyebabkan iritasi saluran cerna melalui dua mekanisme patofisiologi. Mekanisme pertama adalah dengan
menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh melalui penghambatan siklooksigenase 1 dan 2 (Evoy, 1999). Mekanisme kedua
dikarenakan kalium diklofenak merupakan asam lemah, pada waktu pH lambung netral akan terdifusi ke epitel membran sel mukosa. Pada
suasana netral, diklofenak akan mengalami reionisasi serta memiliki bentuk lipofobik yang terjebak dan terakumulasi dalam sel, sehingga
menyebabkan sel terluka terhadap saluran pencernaan dikarenakan pemberian kalium diklofenak secara oral, maka dibuat rute pemberian
yang lain yaitu rute pemberian melalui kulit. Kulit diperkiraan mencapai 16% dari total berat badan tubuh (Martini, 2006). Salah satu bentuk
sediaan melalui kulit adalah transdermal patch berdifusi perlahan ke dalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik. Patch dibuat dengan
membran khusus agar obat berdifusi perlahan ke dalam kulit (Ramawati, 2009).
Alasan Penggunaan Formula
Zat Tambahan
1. PVP
sebagai orientasi polimer karena merupakan polimer terbaik yang memberikan warna transparan
(Purnamasari Nira, dkk, 2019)
2. Dibutil ftalat
digunakan sebagai plasticizer untuk memberikan elastisitas pada Patch agar tidak mudah rapuh. Dibutil
ftalat memiliki bobot molekul yang rendah,sehingga dapat masuk kecelah rantai polimer membentuk
film Patch dan beriteraksi dengan gugus spesifik pada polimer (gungor dkk, 2012).
Alasan Penggunaan Formula
Zat Tambahan
3. Mentol
ditambahkan sebagai peningkat penetrasi yang dapat menganggu struktur lemak pada startum korneoum,
sehingga meningkatkan koefisien difusi obat pada kulit dan memfluidasi rantai alkil ceramid serta
meningkatkan jarak struktur membran bilayer pada kulit (rajan dkk, 2010).
4. Metil paraben
sebagai pengawet membentuk sediaan yang tahan terhadap mikroorganisme (Rowe, 2006).
5. Etanol
dipilih sebagai pelarut dikarenakan dapat melarutan kalium diklofenak dan dibutil ftalat (Sweetman dkk,
2007).
Metode Pembuatan
1. Alat uji pelepasan modifikasi dari sel difusi (modifikasi sel difusi
Franz),
2. Timbangan analitik,
3. Jangka sorong,
4. Desikator,
5. Magnetic stirrer dan alat gelas yang umum digunakan di
laboratorium.
Metode Pembuatan
Patch dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan variasi polimer.
1. Polimer yang digunakan yaitu PVP, etil selulosa dan kombinasi PVP : etil selulosa (3:1). Polimer
dilarutkan dalam etanol 5 ml dengan menggunakan magnetik stirrer kecepatan lambat selama 15
menit.
2. Kemudian dibutil ftalat dimasukkan ke dalam basis dan dibiarkan beberapa saat
3. Lalu kalium diklofenak dimasukkan agar tercampur secara sempurna.
4. Terakhir metil paraben dimasukkan dan diikuti mentol serta sisa etanol hingga homogen yang diaduk
selama 15-20 menit.
5. Hasil dari campuran tersebut di tuang ke dalam cetakan dan dibiarkan mengering pada temperatur
kamar selama 17 jam, sehingga terbentuk Patch.
6. Patch yang kering digunting dengan diameter 3 cm di masukkan ke dalam kantung plastik dan
disimpan di desikator.
Uji Evaluasi
1. Pengamatan
Organoleptis
Patch yang diamati secara organoleptis terdiri dari pengamatan terhadap tekstur, warna dan
homogenitas selama 28 hari.
Syarat : Tekstrur, Warna dan homogenitas konsisten tidak berubah selama 28 hari
2. Uji Keseragaman
Tiga PatchBobot
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik,
hasil pengukuran dirata-ratakan serta dihitung standar deviasinya.
Uji Evaluasi
Tiga Patch diukur ketebalanya dengan menggunakan jangka sorong, hasil pengukuran dirata-
ratakan dan dihitung standar deviasi.
Syarat : Semakin tebal patch yang dihasilkan maka pelepasan zat aktif akan semakin lama
sehingga efek terapi yang timbul akan lebih lama
Uji Evaluasi
Syarat : Semakin tinggi jumlah pelipatan dari patch maka menunjukan ketahan dan elistisitas
matriks yang baik
Uji Evaluasi
Syarat : Kriteria rentang pH yang dapat diterima agar tidak mengiritasi kulit yaitu 4,5 – 6,5
(Revus et al., 2009).
Uji Evaluasi
Syarat : Kadar air yang tinggi dapat menjadi penyebab kadar natrium diklofenak lebih kecil
daripada kadar natrium diklofenak yang memiliki kadar air rendah
(Ginting, 2014)
Cara Pemakain Sediaan
Transdermal
1. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan obat atau
konsultasikan dengan apoteker.
2. Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka.
3. Jangan ditempelkan dalam lipatan kulit atau di bawah pakaian ketat. Pindahkan tempat patch
setiap periode tertentu.
4. Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering.
5. Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch.
6. Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya.
7. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
8. Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk.
Daftar Pustaka
Martini, F.H., 2006, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 6thed, Prentice Hall Inc, New Jersey,
Hlm 154-163
Mc. Evoy G.K., 1999. America Hospital Formulary Servise (AHFS): Drug Information, ASHP, USA, Hlm
1700
Pandey, A., Mittal, A., Chauhan, N., & Alam, S. 2014. Role of Surfactants as Penetration Enhancer in
Transdermal Drug Delivery System. J Mol Pharm Org Process Res, 2(113), 2.
Purnamasari Nira, dkk. 2019. Jurnal Ilmiah Farmasi. 7(1), 43-48
Rajan, R., dkk. 2010. Design and in vitro evaluation of chlorpheniramine maleate from different eudragit
based matrix patches: Effect of platicizer and chemical.
Daftar Pustaka
Ramteke, K. H., Dhole, S. N., & Patil, S. V. 2012. Transdermal drug delivery system: a review. Journal of
Advanced Scientific Research, 3(1), 22-35.
Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The Pharmaceutical Press,
London.
Saroha, K., Yadav, B., and Sharma, B. 2011. Review Article: Transdermal Patch, A Discrete Dosage Form.
International Journal of Current Pharmaceutical Research. Vol. 3: 98–108.
Sweetman, Sean C., 2007, Martindale: The Complete Drug Reference, 35th edision, Pharmaceutical Press
London, Chicago.
Yadav, V., Bhai, S. A., Mamatha, M. and Prasanth, Y. 2012. Transdermal Drug Delivery: A Technical
Writeup. Journal of Pharmaceutical and Scientific Innovation. Vol. 1: 5- 12.
JOBDESC