Anda di halaman 1dari 31

SUPOSITORIA

KELOMPOK B 5
Anggota :
Puspa Dewi A191078
Rahyang Fikriyah K A191079
Reka Maeni A191080
Resa Amelia Putri A191081
Rizki Maulana Ihwan A191082
Shalsa Nabilah A191083
Sifa Haniffiati A191085
Definisi
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh.
(FI VI: 59)
Keuntungan dan Kerugian Supositoria

01 Keuntugan 02 Kerugian
• Mudah digunakan untuk pengetahuan local pada rectum,
• Pemakaiannya tidak menyenangkan dan
vagina atau uretra. Misalnya wasir, infeksi, dsb
kurang praktis
• Sebagai alternative bila penggunaan melalui oral tidak dapat
• Tidak dapat disimpan pada suhu ruang
dilakukan. Misalnya pada bayi, pasien debil (lemas dan tidak
untuk supositoria dengan basis oleum
bertenaga), muntah-muntah, gangguan system pencernaan
cacao
(mual, muntah) dan kerusakan saluran cerna
• Daerah absorpsinya lebih kecil dan
• Obat lebih cepat bekerja karena absorpsi obat oleh selaput
absorpsi melaluli difusi pasif
lender rectal langsung ke sirkulasi pembuluh darah
• Tidak dapat digunakan untuk zat yang
• Untuk mendapatkan “prolonged action” (obat tinggal
rusak pada PH rektum
ditempat tersebut untuk jangka waktu yang dikehendaki)
• Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran cerna
• Dapat menghidari first fast effect di hati
Fungsi Suppositoria

Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
01 cepat karena obat disera oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke
dalam sirkulasi pembuluh darah.

Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppsitoria juga dapat digunakan untuk tujuan
sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini
02 dilakukan terutama apabila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan
seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.

Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim didalam saluran


03 gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hati.
Ibuprofen

Monografi Ibuprofen
Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0% C13H18O2, dihitung terhadap
zat anhidrat. Dengan titik leleh 75oC.
(FI VI: 727)

Pemerian Khasiat
Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
Analgetik dan Antipiretik
berbau khas lemah

Kelarutan
Sangat mudah larut dalam etanol, Penyimpanan
metanol, aseton dan kloroform; sukar larut dalam etil Dalam wadah tertutup rapat.
asetat; praktis tidak larut dalam air.
PEG 1000

Monografi PEG 1000


PEG 1000 memiliki titik leleh 37-40ºC dan titik beku 53-40ºC, dengan rumus molekul (C 2H4O) nH2O

Pemerian Khasiat
Larut dalam air dan larut dalam semua
Massa putih seperti malam, kekentalan pada 100 o lebih
proporsi dengan polietilen glikol lainnya.
kurang 17,3 mm2s-1
Larut dalam aseton, diklorometana
etanol (95%) dan metanol, sedikit larut
dalam hidrokarbon alifatik dan eter,
tetapi larut dalam lemak, minyak tetap
Penyimpanan dan minyak mineral
Dalam wadah tertutup rapat.
PEG 4000

Monografi PEG 4000


PEG 1000 memiliki titik leleh 37-40ºC dan titik beku 53-40ºC, dengan rumus molekul (C 2H4O) nH2O

Pemerian Khasiat
Larut dalam air dan larut dalam semua
Massa putih seperti malam, kekentalan pada 100 o lebih
proporsi dengan polietilen glikol lainnya.
kurang 17,3 mm2s-1
Larut dalam aseton, diklorometana
etanol (95%) dan metanol, sedikit larut
dalam hidrokarbon alifatik dan eter,
tetapi larut dalam lemak, minyak tetap
Penyimpanan dan minyak mineral
Dalam wadah tertutup rapat.
Formula Dasar

Formula Dasar dan Kesesuaian Konsentrasi


Yang Digunakan
ZAT KONSENTRASI FORMULA KONSENTRASI
LITERATUR

PEG 1000 96%


PEG 4000 4%
P
E
N 1. Ibuprofen : Kegunaan sebagai zat aktif (analgesic, anti inflamasi)
(ISO Vol 50 tahun 2016, hal 19)

I - Jumlah per unit : 0,125 gram


- Jumlah 1 batch : 0,75 gram

M 2. PEG 1000 : Kegunaan sebagai basis suppositoria, konsentrasi 96%


(Lachman, 1994 hal 578)

B - Jumlah per unit : 1,8 gram


- Jumlah 1 batch : 10,8 gram

A 3. PEG 4000 : Kegunaan sebagai basis suppositoria konsentrasi 4%


(Lachman, 1994 hal 578)

N - Jumlah per unit : 0,075 gram


- Jumlah 1 batch : 0,45 gram

G
A
N
- Berat Suppositoria : 2 gram

Perhitungan Untuk 1 -
-
-
Ibuprofen : 125 mg/0,125 gram
Basis : 2 gram – 0,125 gram = 1,875 gram
PEG 1000 : x 1,875 g = 1,8 g

Produk - PEG 4000 : X 1,875 g = 0,0075 g

Perhitungan Untuk 1
-

Batch
Ibuprofen : 0,125 x 6 = 0,75 g
- PEG 1000 : 1,8 g x 6 = 10,8 g
- PEG 4000 : 0,075 g x 6 = 0,45 g

(isi 6 suppo)
EKSIPIEN
PEG 1000 dan PEG 4000
PEG 1000 mempunyai titik lebur 37-40ºC sehingga pada suhu
kamar berbentuk cair.
PEG 4000 mempunyai titik lebur 50-58ºC dan pada suhu
kamar berbentuk padat.

Maka dari itu penambahan PEG 1000 ke dalam basis


supositoria PEG 4000 dapat menurunkan titik lebur
supositoria dan menurunkan waktu melarutnya (Ansel, 1989).
Keuntungan & Kerugian Basis PEG :

2.Kerugian
1.
Keuntungan
- Secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak
- Stabil dan inert - Dibutuhkan perhatian lebih, untuk mencegah
- Polimer PEG tidak mudah terurai kontraksi volume yang membuat bentuk
- Mempunyai rentang titik lelah dan suppositoria rusak
kelarutan yang luas sehingga - Kecepatan pelepasan obat larut air menurun
memungkinkan formula suppositoria dengan meningkatnya jumlah PEG dengan BM
dengan berbagai derajat kestabilan panas tinggi
dan laju disolusi yang berbeda - Cenderung lebih mengiritasi mukosa daripada
- Tidak membantu pertumbuhan jamur basis lemak
1, Siapkan alat dan bahan
2. Timbang : - Ibu Profen
- PEG 1000
- PEG 4000
Dengan kesesuaian dan hasil penimbangan
3. Kalibrasi mixer phillips
4. Siapkan cetakan supo, pastikan harus bersih dan kering
5. Cetakan supo dilumasi dengan praffin liquid, kemudian cetakan ditelungkupan
untuk menghindari penumpukan paraffin dalam cetakan.
6. Lelehkan PEG 1000 dan PEG 4000 diatas penangas air, kemudian setelah meleleh
dimasukkan ke dalam mixer phillips
Prosedur
7. Masukkan ibu profen ke dalam mixer phillips, lalu aduk hingga homogen dengan
rpm 100
Pembuatan
8. Masukkan ke dalam cetakan campuran basis dan ibuprofen
9. Lelehan dibiarkan memadat pada suhu kamar, +- 15 menit
10. Setelah memadat dimasukkan ke dalam lemari pendingin 10 menit, kemudian
dimasukkan ke dalam freezer selama 5 menit
11. Setelah memadat sempurna lelehan dipotong menggunakan pisau dan suppo
dikeluarkan dari cetakan.
12. Kemudian dilakukan evaluasi
13. Suppositoria yang memenuhi persyaratan uji evaluasi selanjutnya dilakukan
pengemasan
Teknik Pembuatan.

Alat : Mixer Philips 2


RPM : 100
UJI SEDIAAN EVALUASI
EVALUASI SEDIAAN

Uji Organoleptis

Tujuan : Bertujuan untuk mengetahui Prosedur : Dilakukan pengamatan bau,


penampilan fisik suppositoria yang permukaan bentuk, dan warna pada
dilakukan dengan mengamati bentuk, bau sediaan yang telah dibuat (FI IV, 1995)
dan warna dari suppositoria

Persyaratan : Warna, bau, bentuk, dan


sediaan kosnsisten tidak berubah (FI
edisi IV)
EVALUASI SEDIAAN

Uji Keseragaman Bobot

Tujuan : Untuk mengetahui apakah Prosedur : Dilakukan dengan cara menimbang 10


supositoria ibuprofen yang dihasilkan supositoria, kemudian dihitung bobot rata-rata dan
memiliki bobot yang seragam persen deviasinya

Persyaratan : Persyaratan uji keseragaman bobot ini mengacu pada persyaratan


uji keseragaman bobot tablet yaitu jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih
dari 2 suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan tidak satu
suppositoriapun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari
harga yang ditetapkan di kolom B (10%) (Depkes RI, 1979).
EVALUASI SEDIAAN

Uji Waktu Hancur

Tujuan : Untuk mengetahui berapa lama Persyaratan : Suppositoria hancur dalam waktu
waktu yang dibutuhkan untuk suppositoria tidak lebih dari 30 menit untuk suppositoria basis
dapat hancur lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk basis
larut air kecuali dinyatakan lain (FI IV,1087-1088)

Prosedur :
1. Suppositoria diletakan pada alat di bagian bawah perforated disc
2. Dimasukan ke silinder yang ada pada alat
3. Diisi air sebanyak 4 liter dengan suhu 36-37°C dan dilengkapi stirrer
4. Setiap 10 menit balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air (Bitish
Pharmacopeia, 2002)
EVALUASI SEDIAAN

Uji Waktu Leleh

Tujuan : Untuk menetapkan waktu hancur Persyaratan : <30 menit (voight, 1995)
atau melunaknya sediaan supositoria
(Depkes RI, 1995)

Prosedur : Supositoria dimasukkan ke dalam


alat disintegrasi tablet yang berisi 700 ml air
dengan suhu yang dipertahankan pada 37 ±
0,5 ⁰ C (Majri, M. 2016)
EVALUASI SEDIAAN

Uji Stabilitas

Tujuan : Untuk menentukan umur simpan Prosedur : Simpan Suppositoria pada


dan kemampuan suatu produk untuk lemari es dan diluar lemari es, amati
bertahan dalam batas yang ditetapkan perubahannya.
sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan

Persyaratan : Suppositoria tetap pada


bentuk semula seperti awal tanpa
adanya perubahan (Depkes RI, 1979).
EVALUASI SEDIAAN

Uji Kekerasan

Tujuan : Untuk menguji seberapa keras Persyaratan : Antara 1800-2000 gram


suppositoria sehingga dapat bertahan pada (Lachman, 1994)
proses produksi, distribusi dan penyimpana
(Depkes RI, 1995)

Prosedur : Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria


yang diberikan beban 600 g pada alat uji sebagai masa dan pada saat yang
sama stopwatch dijalankan. Setiap interval 1 menit beban ditambahkan
200 g selama suppositoria belum hancur. Stopwatch dihentikan bila
suppositoria sudah hancur (beban telah sampai pada batas yang
ditentukan) (Leon Lachman, 1990)
EVALUASI SEDIAAN

Uji Disolusi

Tujuan : Uji disolusi digunakan untuk mengetahui Persyaratan : Sesuai dengan Farmakope
laju disolui dan menentukan kesesuaian dengan Indonesia Edisi V yaitu tidak kurang dari
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing- 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
masing monografi

Prosedur : Uji disolusi dilakukan dengan alat uji disolusi tipe I yaitu tipe keranjang (basket).
Media disolusi yang digunakan adalah 250 ml dapar fosfat pH 7,4 ± 0,1 pada suhu 37 ± 0,1 ⁰ C
dan kecepatan 50 rpm. Pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 diambil sampel sejumlah
10 ml kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 221,6 nm. Setiap kali
pengambilan media dilakukan penggantian cairan dengan jumlah media disolusi yang sama.
Hasil uji disolusi dievaluasi menggunakan parameter persen terdisolusi dan efisiensi disolusi
pada menit ke 120
Daftar Pustaka

Daftar Pustaka
Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI Press.
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
100%
*buat kemasan

Satisfy
THANK YOU
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET

01 TITLE HERE
Consectetur adipiscing elit. Duis blandit
pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac..

LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET


Consectetur adipiscing elit. Duis blandit
pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac..

LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET


Duis blandit pellentesque ante, ac interdum elit Consectetur adipiscing elit. Duis blandit
efficitur ac. In eu lacus nec eros mollis pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac..
accumsan. Curabitur placerat lectus id porttitor
mattis. Mauris imperdiet blandit ex a tempus.
Morbi consectetur semper condimentum.
Aenean venenatis rutrum sem. Nam posuere in LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET
elit nec mollis. Consectetur adipiscing elit. Duis blandit
pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac..
LOREM IPSUM
01 TITLE HERE

DOLOR SIT
AMET
LOREM IPSUM DOLOR LOREM IPSUM DOLOR
SIT AMET SIT AMET
Consectetur adipiscing elit. Duis Consectetur adipiscing elit. Duis
blandit pellentesque ante, ac blandit pellentesque ante, ac
interdum elit efficitur ac.. interdum elit efficitur ac..

LOREM IPSUM DOLOR LOREM IPSUM DOLOR


SIT AMET SIT AMET
Consectetur adipiscing elit. Duis Consectetur adipiscing elit. Duis
blandit pellentesque ante, ac blandit pellentesque ante, ac
interdum elit efficitur ac.. interdum elit efficitur ac..
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET
Duis blandit pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac. In eu lacus nec eros mollis accumsan. Curabitur placerat lectus id porttitor
mattis. Mauris imperdiet blandit ex a tempus. Morbi consectetur semper condimentum. Aenean venenatis rutrum sem. Nam posuere in
elit nec mollis.

2018 2019 2020


Duis blandit pellentesque ante, ac Duis blandit pellentesque ante, ac Duis blandit pellentesque ante, ac
interdum elit efficitur ac. In eu interdum elit efficitur ac. In eu interdum elit efficitur ac. In eu
lacus nec eros mollis accumsan. lacus nec eros mollis accumsan. lacus nec eros mollis accumsan.
Curabitur placerat lectus id Curabitur placerat lectus id Curabitur placerat lectus id
porttitor mattis. Mauris imperdiet porttitor mattis. Mauris imperdiet porttitor mattis. Mauris imperdiet
blandit ex a tempus. blandit ex a tempus. blandit ex a tempus.
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET

Duis blandit pellentesque ante, ac interdum elit efficitur ac. In eu lacus nec eros mollis accumsan.
Curabitur placerat lectus id porttitor mattis. Mauris imperdiet blandit ex a tempus. Morbi consectetur
semper condimentum. Aenean venenatis rutrum sem. Nam posuere in elit nec mollis.
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET

PACKAGE A PACKAGE B PACKAGE C PACKAGE D

1000 B 1000 B 1000 B 1000 B


Duis blandit pellentesque ante, ac Duis blandit pellentesque ante, ac Duis blandit pellentesque ante, ac Duis blandit pellentesque ante, ac
interdum elit efficitur ac. In eu interdum elit efficitur ac. In eu interdum elit efficitur ac. In eu interdum elit efficitur ac. In eu
lacus nec eros mollis accumsan. lacus nec eros mollis accumsan. lacus nec eros mollis accumsan. lacus nec eros mollis accumsan.
Curabitur placerat lectus id Curabitur placerat lectus id Curabitur placerat lectus id Curabitur placerat lectus id
porttitor mattis. Mauris imperdiet porttitor mattis. Mauris imperdiet porttitor mattis. Mauris imperdiet porttitor mattis. Mauris imperdiet
blandit ex a tempus. blandit ex a tempus. blandit ex a tempus. blandit ex a tempus.

Anda mungkin juga menyukai