Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


Pembuatan Sediaan Salep Mata Steril Kloramfenikol

This image cannot currently be displayed.

Disusun Oleh :
Liya Lilistiana (1041511101)
Luthfi Abdul Hakim (1041511107)
Mukharoh Uliya Konita (1041511118)
Nandaya Shinta Cahayani (1041511121)
Nia Aunil Kha’qoh (1041511123)

Kelompok J-5
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN
PHARMASI” SEMARANG
2018
PERCOBAAN I
Pembuaatan Salep Mata Steril Kloramfenikol

Judul : Membuat salep mata steril kloramfenikol 1% 5 gram


Tujuan :
1. Dapat membuat sediaan salep mata dan mengevaluasi dengan bahan
aktif kloramfenikol sesuai dengan persyaratan sediaan steril
2. Meningkatkan pengetahuan tentang sediaan steril
3. Dapat mengetahui perlakuan khusus dan komponen – komponen yang
terkait pada sediaan steril

I. PREFORMULASI
1. Tinjauan tentang farmakologi obat
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang
sudah di sterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat
uji sterilitas.
(Menurut FI ed IV hal. 12 )

Kloramfenikol
umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi
Chloramphenicol kadang – kadang bersifat bakterisid terhadap kuman –
kuman tertentu. Untuk pemberian secara parenteral digunakan
chloramphenicol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan
membebaskan chloramphenicol. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa
kurang lebih 3 jam. Kira – kira 50% chloramphenicol dalam darah terikat
dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan
tubuh, termasuk jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata. Di dalam hati
chloramphenicol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim
glukoronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh cholramphenicol
mengalami reduksi menjadi senyawa aril – amin yang tidak aktif lagi. Dalam
waktu 24 jam, 80% - 90% chloramphenicol yang diberikan oral telah
diekskresikan melalui ginjal.
( Farmakologi dan Terapan Edisi 5, hal.700)
Efek samping umum berupa antara lain ganguan lambung – usus,
neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang
sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat
berwujud dalam dua bentuk anemia. Resistensi dapat timbul dengan agak
lambat (tipe banyak tingkat), tetapi resistensi ekstra – kromosal melalui
plasmid juga terjadi, amtara lain terhadap basil tikus perut.
( Tan Hoan.2007.hal 85)
2. Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat
a. Chloramphenicol
− Struktur : C 11 H 12 C 12 N 2 O 5
− BM : 323,13
NHCOCHCl 2
NO 2 CH CH CH 2 OH
OH

Jarak lebur : 149 - 1530C


Pemerian : Hablur halus berbentuk jrum atau lempeng
memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih
kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus p,
stabil dalam larutan netral, atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,dalam
propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
Sterilitas : memenuhi syarat. Jika pada etiket dinyatakan bahwa
kloramfenikol steril, lakukan dengan penetapan dengan
penyaringan membran seperti tertera pada uji sterilitas
dari produk yang diuji menggunakan 1 g zat.
(FI Edisi IV, hal 684)
b. Klorbutanol
Pemerian : Serbuk hablur putih/hablur tak berwarna, mudah
menyublim, melebur pada suhu lebih kurang 78˚C,
lakukan penetapan tanpa dikeringkan terlebih dahulu.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam 0,6 bagian
etanol dan dalam eter, sangat mudah larut dalam
kloroform, gliserol 0,5%.
( Depkes
RI,1995; 197)
Fungsi : Antimikroba.
Sifat : Mudah menguap, dalam air mengalami degradasi
solusi dikatalis dengan ion hidroksida. Stabilitas baik
pada pH 3 tetapi semakin buruk dengan meningkatnya
pH.

Inkompatibel : Wadah plastik, karet sumbat, bentonit, magnesium


trisilicate, polisorbatum.
( Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th,
hal 168)

c. Adeps Lanae
Pemerian : Masa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
(lebih kurang 2x beratnya), agak sukar larut dalam
etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah
larut dalam eter dan kloroform.
( Anonim.1979, hal. 61)
Stabilitas : Adeps lanae mungkin sedikit demi sedikit teroksidasi
selama penyimpanan. Cahaya yang berlebihan atau
pemanasan yang terlalu lama dapat menyebabkan
Adeps Lanae terhidrolisis, warnanya agak gelap dan
Adeps Lanae dapat disterilisasi dengan panas kering
150 °C selama 1 jam.
Incompatibilitas : Adeps Lanae mungkin bereaksi prooksidan yang
berefek pada stabilitas bahan aktif.
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition, 2006, hal.399)

d. Parafin
Pemerian : Hablur tembus cahaya, atau agak buram, tidak
berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa agak
berminyak.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dan dalam etanol, mudah larut
dalam kloroform, dalam eter, minyak menguap dan
dalam hampir semua minyak lemak hangat, sukar larut
dalam etanol mutlak.
(Anonim, 1995, hal. 625)
Kegunaan : Salep mata 3,0 – 6,0%
Flesh point : 210 – 224 °C
Incompatibilitas : Dengan oksidator kuat
Sterilisasi : Dengan panas kering
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition. Hal 471)

e. Vaselin kuning
Pemerian : Massa seperti lemak, kekuningan, berfluoresensi sangat
lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis
transparan. Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena,
dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam
minyak terpentin. Larut dalam eter, dalam heksana dan
umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri,
praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas
dan dalam etanol yang mutlak dingin.
( Anonim, 1995, hal. 823)
Kegunaan : topical ointment
Konsentrasi : up to 100%
Vaselin flavum disterilkan dengan panas kering.
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition, hal.409)

3. Cara Sterilisasi Masing-masing Bahan


a. Cara sterilisasi zat aktif
Cara (ASEPTIS)
Jika larutan, emulsi atau suspensi dalam minyak tidak dipanaskan pada
suhu 150 derajat tanpa mngakibatkan perubahan fisik atau kimiawi, maka
pembuatannya dilakukan secara aseptis. Minyak atau ester-ester asam lemak
tinggi yang diperoleh secara sintesa atau isolasi yanga akan dipakai sebelumnya
dipanaskan pada 150 derajat selama 1 jam. Kemudian larutan, emulsi atau
suspensi dipindahkan kedalam wadah-wadah yang telah disterilkan yang
kemudian segera ditutup kedap ( FOI,1966 :9 )
b. Cara Sterilisasi Basis
Cara ( Pemanasan Kering)
Larutan,emulsi atau suspensi dalam minyak atau zat pembawa tidak berair
yang lain, dimaukan kedalam wadah-wadah kemudian ditutup. Penutupan ini
dapat bersifat sementara. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 m,
dipanaskan pada 150 derajat selama 2 jam, sedangkan jika volume lebih dari 30
ml lama penyeterilan diperpanjang sehingga seluruh emulsa atau suspensi
mncapai suhu 15 derajat selama 2 jam (FOI,1966 :9 )
4. OTT
a. Kloramfenikol
Kloramfenikol akan berkurang aktivitasnya dengan adanya:
• Carmellosa sodium
• Methylcellulosa
• Tragacant
• Sodium alginate
• Bentonite
• Polisorbate 80
( Martindale 28, hal.1136 )
b. Klorbutanol
Klorbutanol tidak sesuai dengan botol plastik,sumbat karet.
(Handbook Of Pharmaceutical excipient 6th
Edition hal 167)
c. Adeps lanae
Inkompatibel dengan prooksidan yang mempengaruhi bahan obat.
( Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition,
hal.379)
d. Parafin Cair
Inkompatibel dengan oksidator kuat.
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition,
hal.446)
e. Vaselin kuning
Inkompatibel dengan agen pengoksidasi.
( Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th , hal.481)
5. Cara penggunan
Mengoleskan salep tipis dan perlahan pada kelopak mata bagian bawah 3-4
kali sehari sesuai petunjuk dokter. Bila telah membaik, maka frekuensi
pemakaian harus diturunkan.
II. FORMULASI
1. Permasalahan dan penyelesaian
a. Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan ini tidak bisa
disterilkan diakhir karena dapat merusak sediaan yang sudah jadi
konsistensi, homogenitas maupun stabilitas dari bahan.
Penyelesaian : Sediaan salep mata dibuat dari bahan yang sudah
disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi
syarat uji sterilitas.
(FI ed IV, 1995, hal 12)
b. Sediaan salep mata harus bebas dari pengotor.
Penyelesaian : Masa salep yang meleleh perlu disaring dengan kasa.
(Moh.Anief, 1987; 62)
c. Pada pembuatan basis dilakukan dengan penyaringan atau
penyerkaian dan kemungkunan hilangnya bahan sehingga basis
berkurang.
Penyelesaian : untuk mengganti kekurangan basis yang hilang pada
pembuatan sediaan salep diberi kelebihan 10-20%
(Moh.Anief, 1987; 62)
d. Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan kedalam salep
mata yang dikemas untuk pemakaian ganda tanpa memperhatikan
metode sterilitasnya. Kecuali jika disebutkan dalam masing-masing
monografi atau formula tersebut bersifat bakteriostatik.
Penyelesaian : dalam salep mata perlu ditambahkan
pengawet/antimikroba klorbutanol 0.5%.
( Howard C Ansel, 2005; 542 )
e. Bahan-bahan yang digunakan tidak boleh mengiritasi mata.
Vaselin putih merupakan vaselin flavum yang diputihkan dengan
menggunakan HCl , namun HCl dapat mengiritasi mata.
Penyelesaian : Vaselin putih di ganti dengam vaselin flavum
2. Formula yang akan dibuat
Salep Mata Kloramfenikol
R/ Chloramphenicolum 0,1g
Klorobutanol 0,5%
Adeps lanae 1g
Paraf. Liq ad 1g
Vaselin flavum ad 100g (FMS:76)

3. Perhitunangan Bahan
Dibuat 2 tube @5 gram= 2x5 gram = 10 gram
0,1gx10 g
Chloramhenicol : =10 mg
100 g
0,5 g
Klorbutanol : x10 g = 50mg
100
1g
Adeps Lanae : x 20 g = 200mg
100
1g
Paraffin Liquid : x 20 g = 200mg
100 basis salep dilebihkan 100%
Vaselin Flavum ad 20 gram

 Vaselin Flavum : 20 gram - (10mg+50 mg+200mg+200mg)


Ditambah kelebihan basis 100%, jadi 20g - (460mg) = 19,54 g

 Pengenceran kloramfenikol 1:5


Choramphenicol : 50mg
Basis : 200 mg
Jumlah : 250mg
10mg
Hasil pengenceran : x 250mg = 50mg
50mg
4. Cara pembuatan dan sterilisasi sediaan yang dibuat
a. Cara pembuatan

Ditimbang masing- masing bahan

Adeps lanae, parafin liquid dan vaselin flavum dimasukkan dalam cawan yang telah
dilapisi kassa

Disterilkan masing- masing bahan sesuai dengan cara sterilisasi masing- masing bahan

Dikeluarkan dan disaring basis dalam cawan besar steril, diaduk sampai terbentuk massa
basis secara aseptis

Dikeluarkan dan disaring basis dalam cawan besar steril, diaduk sampai terbentuk massa
basis secara aseptis

Ditimbang basis 18,95 gram dan dicampur dengan 1g kloramfenikol dalam cawan
secara aseptis tambahkan klorbutamol campur hingga homogen

Dipindahkan salep dari cawan besar kekertas parafin steril, masing – masing 5gram,
digulung

Dimasukkan dalam tube sebanyak 2 tube, kemudian dilakukan uji homogenitas


b. Evaluasi
Uji Homogenitas

Salep mata di letakkan diatas objek glass

Ditutup degan cover glass

Diamati homogenitasnya dengan mata

Ukuran partikel

Di tempatkan mikromiretik dibawah mikroskop

Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif

Ditentukan garis kedua skala yang tepat berhimpit

Ditentukan harga skala okuler

Diletakkan sediaan salep mata steril diatas objek glass

Grouping
Ditentukan 20-25 partikel

Ditentukan harga logaritma dari masing – masing partikel

Ditentukan purata logaritma partikel dan harga standar deviasi (SD)


purata yang bersangkutan (polidispers anti log SD>1.2 dan

Di tempatkan mikromiretik dibawah mikroskop


c. Sterilisasi sediaan

No. Nama Bahan Cara Sterilisasi


1. Kloramfenikol Secara aseptis
2. klorbutanol Secara aseptis
3. Adeps lanae Oven suhu 150oC selama 2 jam
4. Vaselin Kuning Oven suhu 150oC selama 2 jam
5. Parafin Oven suhu 150oC selama 2 jam

III. PELAKSANAAN
1. Penyiapan alat

No Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu

1 Tube salep mata 2 5g Otoklaf 115oC 30’

2 Kain kasa 2 - Otoklaf 121 oC -

3 Sudip 1 - Oven suhu 180 oC -

4 Kertas parafin 10 - Otoklaf 121oC 15’

Disemprot dengan Sampai


5 Alu dan lumpang 1 Kecil
alkohol lalu di bakar api mati

6 Cawan 1 Sedang Oven suhu 180 oC -


7 Pengkoret 3 Sedang Otoklaf 121oC 15’
8 Kertas timbang 5 Otoklaf 121oC 15’

2. Pencucian dan pembungkusan alat


a. Alat Gelas
1) Alat-alat gelas direndam dalam larutan teepol 0,5%, kemudian
dirbus 15 menit setelah mendidih.
2) Alat-alat tersebut disikat sampai bersih (alat-alat setelah disikat,
dibilas dengan air kran mengalir sebanyak 3x ).
3) Alat-alat dibilas dengan air bebas pirogen sebanyak 3x.
4) Alat-alat dikeringkan dalam oven suhu ± 100˚C dengan keadaan
terbalik.
5) Alat yang telah kering dilakukan pengecekan terhadap noda,
apabila masih kotor dilakukan pencucian lagi.
6) Alat yang bersih dan kering kemudian dibungkus rangkap 2 dan
dilakukan sterilisasi menggunakan metode yang cocok (alat gelas
tahan pemanasan dengan oven suhu 170˚C/ 180˚C selama 30 menit
atau dengan menggunakan otoklaf suhu 121˚C selama 15 menit).
b. Alat Karet
1) Alat-alat karet direbus dengan teepol 1% dan Na 2 CO 3 selama 15
menit.
2) Setelah direbus kemudian dibilas dengan air kran dan disikat.
3) Dibilas dengan HCL 0,25% lalu dibilas lagi denga aqua pro injeksi.
4) Alat-alat tersebut dibungkus rangkap 2 dan dilakukan sterilisasi
dengan otoklaf pada auhu 121˚C selama 15 menit.
c. Alat Aluminium
1) Alat aluminium dididihkan dalam larutan detergent/ teepol selama
10 menit (bila perlu direndam dalam larutan Na 2 CO 3 5% selama 5
menit).
2) Alat dibilas dengan aquadest panas mengalir.
3) Dibilas dengan aquadest sebanyak 3x.
4) Dikeringkan terbalik dalam oven pada suhu 100˚C sampai kering.
5) Alat dibungkus dengan rangkap 2 dan disterilkan dengan oven
pada suhu 180˚ C selama 30 menit.
3. Sterilisasi Bahan atau Basis
a. Sterilisasi basis menggunakan oven pada suhu 1500 C selama 2 jam.
Waktu pemanasan : 15 menit
Waktu kesetimbangan : 12 menit
Waktu sterilisasi : suhu 150 °C selama 2 jam
Waktu pendinginan( suhu 800) : 90 menit suhu 60 ° C
b. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf

No Tahapan Waktu Lama (jam) Estimasi waktu


Sebelum Sesudah (menit)
1 Waktu pemanasan
2 Waktu pengeluaran udara
3 Waktu menaik
4 Waktu kesetimbangan
5 Waktu sterilisasi
6 Waktu jaminan sterilisasi
7 Waktu pendinginan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI

Moh. Anief. 1998. Ilmu Meracik Obat. Jogyakarta ; Universitas Gajah Mada

Raymond C rowe, Paul J Shesky and Marian E quin. Handbook of


Pharmaceutical Excipients sixth edition. Pharmaceutical press : London
2009

Loyd V.Vallen, Jr. Nicholas G. popovich, Howard C. Ansel. Bentuk Sediaan


Farmasetis & Sistem Penghantaran Obat Edisi 9. buku kedokteran EGC

Reynold, james EF, Martindle The Extra Pharmacopeia, Twenty-eight edition.


The pharmaceutical press : London, 1982.

Tjay, Tan Hoan da Kirana rahardja, 2007, Obat-Obat Penting khasiat,


Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta

Depkes, RI. 1968. FMS (Formularium Medicantum Selectum) ISFI, Edisi Ke-3.
Departemen Kesehatan R.I. Jatim. Surabaya.

Ansel, Howard, C., 2008. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. Penerbit :
Universitas Indonesia. Jakarta

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi da Terapi.


Edisi 5. Jakarta : bagian Farmakologi FK UI
This image cannot currently be displayed.

This image cannot currently be displayed.

This image cannot currently be displayed.

Anda mungkin juga menyukai