Anda di halaman 1dari 3

KAPITA SELEKTA FARMASI KLINIK

“SEPSIS”

Disusun Untuk memenuhi Tugas Makalah Yang Di Ampu Oleh


Caecilia Mutiarawati, M.Si., Apt.

Disusun oleh:
Deni lisnawati (1061912013)
Imam Budi Pratama (1061911032)
Maysiya Elfiya Fradila (1061911050)
Nandaya Shinta Cahayani (1061911056)
Sri Sulistiyani (1061911079)
Suyanto (1061912082)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sepsis adalah sindrom penyakit akibat infeksi yang mengancam jiwa,
ditandai dengan gangguan fungsi organ akibat regulasi respon tubuh yang
terganggu (JADE, 2017). Sepsis berat adalah sepsis disertai dengan kondisi
disfungsi organ yang disebabkan karena inflamasi sistemik dan respon
prokoagulan terhadap infeksi sedangkan syok septik didefinisikan sebagai
kondisi sepsis dengan hipotensi refrakter (tekanan darah sistolik <90 mmHg,
mean arterial pressure < 65 mmHg, atau penurunan >40 mmHg dari ambang
dasar tekanan darah sistolik yang tidak responsif setelah diberikan cairan
kristaloid sebesar 20 sampai 40 mL/kg) (Irfan, 2018).
Penyebab umum sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif seperti E.coli
dengan presentase 60-70% kasus dan bakteri gram positif seperti
Staphylococus sebesar 20-40% (Guntur, 2006). Diagnosa sepsis dapat
diketahui dengan adanya infeksi bakteri di dalam darah ditegakkan dengan
gejala seperti instabilitas suhu (suhu >38,50C atau <360C ), takikardi,
takipenia, peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit, atau neutrofil
imatur lebih dari 10% (Rudolph AM. dkk., 2014).
Pasien sepsis dapat meninggal karena progresi penyakit menjadi sepsis
berat yang berlanjut menjadi syok septik ataupun karena terjadinya Multiple
Organ Failure (MOF) yang disertai menurunnya imunitas. Semakin tingginya
angka kejadian sepsis disebabkan oleh semakin tingginya populasi lansia
dengan penyakit kronis, banyaknya penggunaan prosedur invasif, obat-obatan
imunosupresif, kemoterapi, transplantasi, dan meningkatnya resistensi
mikroba terhadap antibiotik. Kondisi seperti standar hidup dan higienis yang
rendah, malnutrisi, infeksi kuman akan meningkatkan angka kejadian sepsis.
Angka kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang sebesar 1,8 – 18
per 1000 Kelahiran Hidup (KH), sedangkan di negara maju sebesar 1 – 5 per
1000 (KH). Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan
kematian akibat sepsis dan penyakit infeksi pada bayi baru lahir adalah 2,9 per
1000 KH. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2007 untuk usia (7- 28 hari)
penyebab kematian yang terbanyak adalah sepsis neonatorum (20,5%) dan
congenital malformations (18,1%). Tingkat mortalitas sepsis berat berkisar
antara 15%-40% dan tingkat mortalitas karena syok septik berkisar antara
20%-72%. Tingginya angka mortalitas baik karena sepsis, sepsis berat,
maupun syok septik menyebabkan diperlukannya identifikasi awal serta terapi
yang tepat dan segera untuk mencegah semakin buruknya keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Guntur. 2006. Sepsis dalam: SIRS & Sepsis (Imunologi, Diagnosis,


Penatalaksanaan) ed., D.A. Prasetyo, Y.S. Sutanto. Sebelas Maret
University Press. Surakarta, hal. 1-13.
Irvan , Febyan , Suparto. 2018. Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline
Terbaru. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume X, Nomor 1.
JADE. 2017. Antimicrobials Usage in Clinical Pratice : Strategy to Combat
Infectious Agent. Jakarta: Pusat Ilmu Penyakit Dalam.
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Infeksi bakteri dan virus. In: Grossman
M, editor. Buku Ajar Pediatri Rudolph (20th ed). Jakarta: EGC, 2014; p.
595-7.

Anda mungkin juga menyukai