Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

INFLAMASI SALURAN PERNAPASAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 5
ANGGOTA : 1.RISKI DARMA PUTRA (1704121)
2. FAUZIAH (1804140)
3. SYNTIA DESMA ALFITRI (2020112168)
4. AHMAD ABRAR HERU (2020112007)
5. YOSI RAHMIATI (2020112201)
6. AISYAH FADILLAH (2120112206)
7. SALSA VAHIRA MISBAH (2020112148)
8. KESI VINASTI (2120112227)
9. YENIL RAMSA PUTRI (2020112192)
10. SALSA NABILA JAMAL (2020112147)
11. TESSA SAFITRI (2120112260)
12. YUPI DARSIKA (2020112195)
13. ANES KRISTINA (2020112010)
KELAS :C
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Apt. IFMAILY,S.Si, M.Kes

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi merupakan suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang
merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
bradikinin, dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah,
bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh
pada selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan
asam arakhidonat. Metabolisme asam arakhidonat menghasilkan prostaglandin-prostaglandin
yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam
inflamasi (Katzung, 2004).
Inflamasi dapat dibedakan atas inflamasi akut dan kronis. Inflamasi akut adalah respon
awal tubuh oleh benda berbahaya dan meningkat dengan meningkatnya pergerakkan plasma dan
leukosit dari darah ke jaringan luka. Reaksi biokimia berantai yang mempropagasi dan pematangan
respon imun, termasuk system vaskuler, system imun, dan berbagai sel yang ada pada jaringan
luka. Inflamasi kronis adalah inflamasi berkepanjangan yang memicu peningkatan pergantian tipe
sel yang terdapat pada tempat inflamasi dan dicirikan dengan kerusakkan dan penutupan jaringan
dari proses inflamasi (Gard, 2001).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa inflamasi kronis berkaitan erat dengan adanya
peningkatan mutasi seluler yang menginisiasi terjadinya kanker (Albini & Sporn, 2007). Inflamasi
yang terjadi terus menerus pada pembuluh darah berkontribusi langsung pada terbentuknya plak
dalam dinding pembuluh arteri sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah tinggi, serangan jantung, serta stroke (Libby et al., 2010). Penyakit lain yang
melibatkan adanya proses inflamasi kronis dalam tubuh antara lain, arthritis, asma, diabetes, alergi,
anemia, penyakit Alzheimer, fibrosis, fibromyalgia, systemic lupus, psoriasis, pancreatitis, dan
penyakit-penyakit autoimun sehingga diperlukan obat antiinflamasi (Borne et al., 2008)
Di indonesia penyakit yang melibatkan proses inflamasi di dalam tubuh angka kejadiannya
cukup tinggi. Prevalensi nasional Penyakit Diabetes Melitus adalah 2,1%, Asma 4,5%, Dermatitis
6,8%, Infeksi Saluran Pernafasan Akut 25,50%. Pnemonia 2,13%, Penyakit Sendi 24,7%, Penyakit
Tumor/Kanker 0,4%, Hepatitis 1,2%, penyakit tersebut termasuk penyakit yang terdapat reaksi
inflamasi (RISKESDAS, 2013).
Dewasa ini, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa penyakit diabetes
melitus erat kaitannya dengan penyakit periodontal, yaitu penyakit peradangan kronis pada
jaringan penyangga gigi. Periodontitis telah diidentifi kasi sebagai komplikasi keenam diabetes.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa diabetes menjadi faktor risiko prevalensi dan keparahan
gingivitis (peradangan gingiva) dan periodontitis (peradangan jaringan periodonsium) (Newman
MGet al, 2003).
Berdasarkan laporan Dinkes kota Padang, penyakit yang paling banyak di Kota Padang
tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan gastritis. Berdasarkan data tahun
2013 penyakit paling banyak di kota Padang masih ISPA, yaitu sebanyak 91.225 kasus diikuti
rematik dan alergi kulit (DINKES, 2013). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya ISPA selain
virus dan bakteri adalah terpaparnya balita dengat kabut asap. Salah satu penyebab kabut asap
adalah musim kemarau yang dapat meningkatkan suhu dan adanya pembakaran hutan. Terdapat
beberapa daerah yang mengalami kabut asap, yaitu Riau, Jambi, Palangkaraya, Banjarmasin, dan
menyebar ke daerah sekitarnya termasuk Sumatera Barat.
Kabut asap juga berdampak terhadap kesehatan yaitu meningkatkan terjadinya penyakit
saluran napas akut ( ISPA ). Penderita ISPA di daerah kabut asap meningkat sebanyak 1,8-3,8 kali
dibandingkan jumlah penderita ISPA pada periode yang sama ditahun-tahun sebelumnya (Dinkes
2015). Selain itu dampak kabut asap yaitu menimbulkan iritasi mata, kulit, gangguan saluran
pernapasan yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian
dini. Konsentrasi tinggi partikel-partikel ini dapat menyebabkan iritasi pernapasan, batuk terus-
menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi partikulat pada kabut asap
juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui mekanisme terhirupnya
benda asing ke paru.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Infeksi Saluran Pernapasan


1.Definisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau
bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan sebagai
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek),
sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. (WHO, 2007).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau
semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003). Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular
dari saluran pernapasan atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama
kematian terbesar ketiga di dunia dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat penyakit ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara berkembang
dari pada Negara maju. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan penyakitnya
melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran pernafasan dan menyebabkan
inflamasi (Lubis Ira, dkk.2019). ISPA dapat disebabkan oleh berbagaii macam organisme, namun
yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan penyebab
terbanyak infeksi saluran nafas atas akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis, dan
laringitis. Hampir 90% dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian disebabkan
oleh bakteri (Tandi, 2018).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran
pernapasan atas dan bersifat akut yang disebabkan oleh mikroorganisme dan ditularkan dan
manusia ke manusia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau meliputi common cold, rhitis,
tonsilitis,farigitis, dan epiglotitis.
Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pernafasan mulai dari hidung
sampai ke telinga tengah dan yang berat sampai keparu. Kebanyakan ISPA muncul dari gejala
yang ringan seperti pilek dan batuk ringan tetapi jika imunitas anak rendah gejala yang ringan
tersebut bisa menjadi berat. Anak yang terkena infeksi saluran pernapasan bawah akan berisiko
tinggi kematian. Penyakit ISPA merupakan salah satu dari banyak penyakit yang menginfeksi di
negara maju maupun negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan tingginya angka kesakitan dan
angka kematian akibat ISPA khususnya pneumonia, terutama pada balita. Pneumonia di Amerika
menempati peringkat ke- 6 dari semua penyebab kematian pada balita. Pneumonia di Spanyol
mencapai angka 25% sedangkan pada anak-anak, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 25-30
orang per 100.0000 penduduk (Alsagaff, Hood &Mukty, 2010).

2. Gejala
Inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejalanya berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang bervariasi dan bersifat reversibel (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).
Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi
hiperresponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi
kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi
klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batukbatuk terutama
malam hari atau dini hari atau subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang
derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan
(GINA, 2011).
Asma adalah penyakit yang biasanya dikarakteristikkan dengan inflamasi saluran nafas
yang kronis, itu ditunjukkan dengan riwayat gejala saluran nafas seperti, mengi, napas pendek,
dada terasa berat dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu (GINA, 2014).
Infeksi saluran pernapasan bisa menimbulkan gejala yang beragam. Munculnya gejala
biasanya tergantung pada jenis kuman penyebab infeksi dan kondisi sistem imun (daya tahan
tubuh) pasien.Beberapa keluhan yang muncul pada penderita infeksi saluran pernapasan yaitu:
1. Batuk
2. Bersin-bersin
3. Hidung tersumbat
4. Pilek
5. Suara serak
6. Sakit tenggorokan
7. Sakit kepala
8. Demam
9. Menggigil
10. Nyeri otot
11. Tubuh mudah lelah dan lemah
12. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

Beberapa gejala lain yang bisa dialami oleh penderita infeksi saluran napas adalah:
1. Sesak napas
2. Sulit bernapas
3. Mengi atau bengek
4. Mata gatal dan berair
5. Mual dan muntah
6. Bau mulut
7. Turunnya kemampuan indra penciuman
Sementara gejala infeksi saluran pernapasan pada bayi atau anak-anak antara lain batuk,
demam, sulit makan, rewel, sulit tidur, dan napas tampak cepat. Gejala-gejala tersebut bisa
berlangsung selama 3–14 hari.
3. Penyebab inflamasi pada saluran pernafasan
Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Penularan kuman ini bisa terjadi saat seseorang menghirup percikan air liur (droplet) saat penderita
infeksi saluran pernapasan batuk atau bersin.
Virus atau bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan juga bisa masuk ke dalam tubuh
akibat tidak sengaja menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum bersih,
terlebih setelah menyentuh permukaan benda yang sudah terpapar virus atau bakteri.

Berikut ini adalah beberapa jenis kuman yang paling sering menyebabkan infeksi saluran
pernapasan:
1. Virus, seperti:

 Rhinovirus
 Virus corona
 Virus parainfluenza
 Adenovirus
 Respiratory syncytial virus(RSV)
 Virus influenza
 Epstein-Barr Virus(EBV)
 Cytomegalovirus
 Virus herpes simplex
 Hantavirus
 Paramyxovirus

2. Bakteri, misalnya:

 Streptococcus grup A
 Corynebacteroum diphteriae
 Neiseria gonorrhoeae
 Mycoplasma pneumoniae
 Streptococcus pneumoniae
 Staphylococcus aureus
 Klebsiella pneumoniae
 Pseudomonas aeruginosa
 E.coli
 Chlamydia
 Mycobacterium tuberculosis
 Bakteri anaerob lainnya

3. Jamur, contohnya:

 Candida
 Histoplasma
 Aspergillus

4. Parasit, seperti Pneumocytis carinii


Sementara jika dibagi berdasarkan letak infeksinya, beberapa penyakit yang bisa terjadi akibat
infeksi saluran pernapasan adalah:

 Infeksi saluran pernapasan atas, meliputi common cold, sinusitis, rhinitis, tonsillitis,
radang tenggorokan, laringitis
 Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi bronkitis, bronkiolitis, pneumonia,
aspergilosis, atau tuberkulosis (TBC)

Seseorang juga bisa mengalami infeksi saluran pernapasan secara tiba-tiba atau akut (ISPA).
ISPA umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang mudah menular, terutama lewat
percikan air liur (droplet).
Beberapa contoh ISPA di saluran napas atas atau bawah yang disebabkan oleh infeksi virus
adalah flu, SARS, dan COVID-19.

4. Peringatan Awal
Gejala yang pertama kali dirasakan yaitu rinorea, kongesti, dan bersin. Rinorea yang
dihasilkan biasanya mukopurulen. Tetapi warna yang dihasilkan berbeda, tergantung
penyebabnya. Apabila penyebabnya virus, rinorea yang dihasilkan berwarna kuning jernih,
sedangkan apabila penyebabnya bakteri, rinorea yang dihasilkan berwarna kehijauan.
Gejala yang muncul pada faring diantaranya nyeri atau gatal pada tenggorokan, odinofagi
atau disfagi. Nyeri tenggorokan muncul saat awal sakit dan berlangsung beberapa hari. Nyeri
tenggorokan yang muncul disebabkan oleh sekresi hidung yang turun ke faring. Apabila uvula atau
orofaring mengalami peradangan, pasien akan merasa nyeri saat menelan. Akibat dari obstruksi
hidung, pernapasan berlangsung melalui mulut yang menyebabkan mulut kering terutama setelah
bangun tidur. Faringitis karena virus maupun karena bakteri sulit dibedakan.
Demam dapat muncul, dan biasanya berlangsung selama tiga hari berturutturut. Demam
yang muncul biasanya dalam rentan 38,3◦C atau lebih. Demam ini jarang muncul pada dewasa,
tetapi muncul pada anak-anak dengan infeksi Rhinovirus.
Batuk dapat muncul sebagai manifestasi keterlibatan laring atau akibat adanya sekresi
hidung yang berlebihan. Batuk muncul pada hari ke empat atau lima setelah munculnya gejala
pada hidung dan faring. Batuk paling sering terjadi pada pagi hari karena pada saat tidur sekresi
hidung menumpuk di faring posterior.
5. Peringatan Akhir
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama jika gejala
makin memburuk dan telah berlangsung selama lebih dari 3 minggu.

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala di bawah ini:

 Demam di atas 39˚C atau menggigil


 Sulit bernapas
 Batuk darah
 Penurunan kesadaran

Segera bawa anak ke dokter bila ia mengalami ISPA dan disertai dengan gejala berikut:

 Sulit bernapas, yang dapat dilihat dari tulang iga yang nampak jelas saat bernapas
 Muntah-muntah
 Malas bermain
 Lebih diam daripada biasanya
 Napas berbunyi

6. Sel Berperan
 Leukosit
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis
lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung.
 Neutrofil
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria, apparatus
Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan
seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino
D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang
mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo
peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada
molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.
 Eosinofil
Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat
tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi,
ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen
dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah
dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi.
Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat.
 Basofil
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk
pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan
seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya
 Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah.Normal,
inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat
dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-
granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan
poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler
khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos
seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Monosit
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit
tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat
reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen.
Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan
penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan
memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan
antigen.

7. Mekanisme
Patofisiologi terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah invasi patogen
sehingga terjadi reaksi inflamasi akibat respon imun. Penyakit yang termasuk ISPA adalah rhinitis
(common cold), sinusitis, faringitis, tonsilofaringitis, epiglotitis, dan laringitis.
ISPA melibatkan invasi langsung mikroba ke dalam mukosa saluran pernapasan. Inokulasi
virus dan bakteri dapat ditularkan melalui udara, terutama jika seseorang yang terinfeksi batuk
atau bersin.
Setelah terjadi inokulasi, virus dan bakteri akan melewati beberapa pertahanan saluran
napas, seperti barrier fisik, mekanis, sistem imun humoral, dan seluler. Barrier yang terdapat pada
saluran napas atas adalah rambut-rambut halus pada lubang hidung yang akan memfiltrasi patogen,
lapisan mukosa, struktur anatomis persimpangan hidung posterior ke laring, dan sel-sel silia.
Selain itu, terdapat pula tonsil dan adenoid yang mengandung sel-sel imun.
Patogen dapat masuk dan berhasil melewati beberapa sistem pertahanan saluran napas
melalui berbagai mekanisme, seperti produksi toksin, protease, faktor penempelan bakteri, dan
pembentukan kapsul untuk mencegah terjadinya fagositosis. Hal ini menyebabkan virus maupun
bakteri dapat menginvasi sel-sel saluran napas dan mengakibatkan reaksi inflamasi. Beberapa
respon yang dapat terjadi adalah pembengkakan lokal, eritema, edema, sekresi mukosa berlebih,
dan demam sebagai respon sistemik.

8. Faktor Kemotaksis
Kemotaksis adalah gerakan dari sel tubuh, bakteri atau organisme sebagai respon akibat
terpapar zat kimiawi tertentu dalam lingkungannya. Kemotaksis merupakan hal yang sangat
penting bagi mikroorganisme untuk menemukan makanannya, seperti glukosa dengan bergerak
menuju konsentrasi tertinggi molekul makanan, atau bergerak menjauhi zat toksik, seperti fenol.
Pada organisme multiselular, kemotaksis merupakan proses awal yang sangat penting
pada fertilisasi dan fase perkembangan, seperti migrasi neuron dan juga limfosit. Jenis stimultan
yang biasanya memberikan rangsangan terhadap suatu organisme hidup adalah zat kimia, kondisi
ini disebut sebagai kemotaksis. Kemotaksis adalah proses respon aktif dari organisme khususnya
sel akibat adanya perubahan konsentrasi zat kimia. Respon sel yang menarik diri lebih dekat
menuju zat kimia disebut kemotaksis positif, sementara respon sel yang cenderung menjauhi
disebut kemotaksis negatif. Zat kimia yang menyebabkan kemotaksis positif disebut
chemoattractant sedangkan penyebab kemotaksis negatif disebut chemorepellent atau
chemoinhibitor.

9. Fagositosis
Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel padat
dengan membran sel dan membentuk fagosom internal. Fagositosis adalah struktur spesifik dari
endositosis yang melibatkan internalisasi vesikular terhadap partikel padat, seperti bakteri, dan
struktur pautan yang cukup beda dengan fagositosis, yaitu pinositosis, yaitu internalisasi
vesikular terhadap bermacam cairan. Fagositosis bertanggung jawab terhadap akuisisi nutrisi
pada beberapa sel, dan di dalam sistem imunitas, fagositosis adalah mekanisme utama sebagai
menghilangkan patogen dan serpihan sel. Bakteri, sel mati jaringan, dan partikel mineral kecil
adalah contoh objek yang akan difagositasi.
Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel tunggal organisme. Di makhluk
multiseluler, proses telah diadaptasi sebagai mengeliminasi serpihan dan patogen. Fagositosis
di sistem imunitas mamalia diaktifkan oleh penempelan Pathogen-associated moleculer patterns
(PAMPS), yang mengaktivasi NF-κB. Oposin seperti C3b dan antibodi dapat beraksi sbg tempat
penempelan dan membantu fagositosis patogen.
Fagositosis adalah suatu proses yang aktif dimana patogen yang telah terikat oleh
pencerap, akan diliputi oleh membran makrofaga dengan kontraksi sistem aktin-miosin, dan
masuk ke dalam vesikel yang disebut fagosom. Setelah fagosom menjadi asam, beberapa
lisosom makrofaga akan terinduksi dan membentuk fusi guna mengeluarkan enzim, protein
sebagai mendegradasi patogen.
Inflamasi saluran pernafasan dipicu oleh pathogen atau paparan toksin, pollutants, irritants
dan allergens. Sel imunokompeten teraktivasi dan melepaskan mediator inflamasi, sitokin yang
memodifikasi aktifitas sel lainnya. Sel imunokompeten yang berperan lebih dominan pada
Inflamasi paru akut adalah neutrofil.

10. Aplikasi Dalam Kehidupan


Cara mengatasinya yaitu dengan :
1. Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok
2. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
3. Berolahraga secara teratur
4. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
5. Menghindari kontak dengan penderita infeksi
6. Mengurangi dan mengelola stres dengan cara yang positif
7. Mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer
8. Menutup mulut dan hidung dan menggunakan tisu setiap bersin atau batuk
9. Me\njaga kebersihan diri dan barang-barang di sekitar.
BAB III
KESIMPULAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas
atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.
ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen
infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.
DAFTAR PUSTAKA

Karnen Baratawijaya Immunologi Dasar. Didalam Soepannan Sarwono Waspadji, edisi Ilmu
penyakit Dalams, edisi 2. Jakarta: GayaBaru 1996.
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (July 2008). "Single-cell observation of
phagocytosis by human blood dendritic cells". Jpn. J. Infect Dis.

Anda mungkin juga menyukai