System)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
1. Niosome
Niosom adalah sistem vesikel yang dapat digunakan sebagai pembawa obat lipofilik,
hidrofilik dan ampifilik (Isriany Ismail, dkk. 2011 : 85). Adapun penyusunnya
yaitu Surfaktan non-ionik (sorbitan ester (span)) dan Kolesterol yang berfungsi sebagai
bahan penstabil.
Struktur Niosom
Adapun obat-obat yang bisa digunakan dalam pembuatan niosome ini, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Relaksan otot
Anti bakteri
Protein-protein
Anti jamur
NSAID
Vitamin-vitamin
Anti diabetik
Hormon-hormon
i. Anti neoplastik
j. Anti glaukoma
k. Anti tuberculosis
Sediaan transdermal adalah sediaan yang penghantarannya melalui kulit. Dimana
sebagai tempat absorbsi yang terluas, kulit memilikikeuntungan dibandingkan jalur lainnya.
Di antaranya adalah:
menghindari efek lintas pertama hepar, memberikan penghantaran obat secara
berkelanjutan,
memiliki efek samping yang lebih rendah, dan
memperbaiki kepatuhan pasien (Trotta et al, 2005).
Penggunaan secara topikal juga telah menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam
jaringan adiposa dan otot rangka yang berdekatan (Brunner et al, 2005).
Pembuatan Niosom
Pembuatan ethosom:
a. Metode dingin
Disini adalah metode fosfolipid, obat dan bahan lipid lainnya
dilarutkan dalam etanol dalam bejana tertutup pada suhu kamar
dengan pengadukan yang kuat dengan penggunaan mixer. Propilen
glikol atau poliol lain ditambahkan selama pengadukan. Campuran
ini dipanaskan sampai 300 c. Air dipanaskan sampai 300 C dalam
wadah terpisah ditambahkan kecampuran, yang kemudian diaduk
selama 5 menit dalam wadah tertutup. Ukuran vesikel formulasi
Metode penyusunan transferosom terdiri dari dua langkah. Pertama, pembuatan film
tipis dengan hidrasi dan diubah ke ukuran yang diinginkan dengan metode sonikasi. Kedua,
vesikel yang telah disonikasi dihomogenkan dengan cara diekstrusi melalui membran
polikarbonat. Campuran bahan vesikel yang terbentuk yaitu fosfolipid dan surfaktan
dilarutkan dalam pelarut organik, pelarut organik diuapkan di atas suhu kamar. Kemudian
dimurnikan pada suhu 50C dengan dengan menggunakan Rotary Evaporator. Sisa pelarut
dihilangkan di bawah vakum. Film-film lipid yang tertinggal dihidrasi dengan pencampuran
buffer (pH 6,5) dan dirotasi selama 60 menit, dengan temperatur 1 rpm pada suhu yang telah
disesuaikan. Setelah itu vesikel didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar (Fry et al., 1978:
809-815)
5. Patch
Patch adalah salah satu cara penghantaran obat yang ditempel/direkatkan pada kulit
untuk memberi dosis tertentu obat melalui kulit dan masuk ke aliran darah.
Adapun keuntungannya, yaitu:
a.
Mudah digunakan
b.
Merupakan metode yang tepat untuk obat yang dapat rusak akibat asam lambung,
c.
d.
e.
f.
a) Solvent
Alkohol air-metanol dan etanol, alkil metil sulfoksida, imetil sulfoksida, homolog
alkil, dll.
b) Surfaktan
Surfaktan anionik, seperti: Dioctyl sulfosuksinat, SLS
Bersifat fleksibel
2.
3.
Contoh:
Metallic plastic laminate, plastic backing with absorbent pad and occlusive base
plate (aluminium foil), adhesive foam pad (flexible polyurethane) with occlusive base
plate (aluminium foil disc) etc.
Adapun Tipe dari Transdermal drug delivery sistem:
Multi-layer drug
Reservoir system
Matrix system
8. Gastroretentive
Gastroretentive adalah Bentuk sediaan yang bertahan di lambung. Sistem ini dapat
meningkatkan penghantaran obat dilambung secara terus menerus dalam periode waktu yang
lama sehingga diharapkan dapat meningkatkan bioavailabilitasnya (Cremer, 1997). Salah satu
kelemahan dalam pengobatan secara oral adalah cepatnya obat-obat, khususnya yang
digunakan untuk mengobati lambung- melintasi lambung, sehingga biovailabilitasnya
berkurang. Sediaan tablet gastroretensive ini, menambah waktu bagi obat untuk bertahan
dilambung, sehingga biovabilitas obat menjadi maksimal. Sediaan ini bisa di seut juga sebagai
sediaan sustained release.
Ada beberapa bentuk dari sediaan gastroretentive ini, yaitu
a.
Floating system
Sistem penghantaran dengan mengontrol densitas (pengapungan)
biasanya di sebut sebagai floating system. Dimana obat di buat
dengan densitas yang lebih rendah dari cairan lambung, sehingga
obat akan mengapung di cairan lambung lalu melepaskan zat aktif
obat secara perlahan tanpa mempengaruhi tingkat pengosongan
lambung dalam jangka waktu yang lama. Sistem ini di bagi menjadi
2, yaitu:
1) Effervescent
Mekanisme utama yang terlibat dalam sistem ini adalah
produksi gas karbon dioksida akibat reaksi antara natrium
bikarbonat, asam sitrat & asam tartrat. Hasil gas yang
dihasilkan dalam pengurangan sistem densitas sehingga
membuatnya mengapung di cairan lambung.
2) Non-Effervescent
Adalah salah satu jenis dari floating gastroretentive drug
delivery systems yang terdiri dari bahan pembentuk gel.
hydrocolloids, polysaccharides and polimer-polimer
pembentuk matrix seperti polycarbonate,
polystyrene,polymethacrylate, dll.
b. Bioadhesive sistem biasa juga di sebut sebagai mukoadhesive sistem, dimana suatu
polimer yang di tambahkan pada lapisan tablet untuk berinteraksi dengan lapisan
mukosa sehingga polimer tersebut akan melekat pada permukaan epitel,
menyebabkan obat menjadi lebih lama di lambung dan secara otomatis dapat
meningkatkan absorbsi dari obat, begitu juga biovabilitasnya sebab tidak adanya first
pass metabolisme.
c.
d. Sedimentasi (high density sistem) , yakni obat di buat dengan densitas yang lebih
tinggi dari cairan lambung, sehingga obat akan mengendap di bawah dalam jangka
waktu yang lama. Biasanya diformulasi dengan bahan-bahan yang sesuai (inert)
seperti, zink oksida, titanium dioksida, bubuk besi.