10-20
40+2ml/kgbb diatas
1000+50ml/kgBB diatas 10 kg
>20
10kg
60+1ml/kgbb diatas
1500+25ml/kgBB diatas 20 kg
20kg
Kebutuhan cairan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat
pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat dan pengeluaran cairan lewat
paru atau yang dikenal sebagai "insensible losses". Cairan yang hilang ini bersifat
hipotonis.
B. Defisit cairan dan elektrolit prabedah
Timbul sebagai akibat :
Dipuasakannya penderita, terutama untuk penderita bedah elektif rata-rata
sekitar 6-12jam.
Kemungkinan meningkatnya insesnsible losses akibat hiperventilasi, demam
dan berkeringat banyak.
Perdarahan
Secara teoritis jumlah perdarahan dapat diukur dengan tepat dari:
Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah
Dengan menimbang kasa yang penuh darah (ukuran 4X4cm) mengandung
darah 10ml, sedangkan tampon darah mengandung 100-150ml.
Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya dapat
ditentukan berdasarkan taksiran dan keadaan klinis penderita.
2. Kehilangan cairan lainnya
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih
menonjol disbanding perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan
translokasi cairan internal. Banyaknya cairan yang hilang dipengaruhi oleh lama
dan luas pembedahan. Perpindahan cairan interna akan mengakibatkan defisit
cairan intravaskuler.
D. Gangguan fungsi ginjal
Trauma, pembedahan dan anestesi dapat mengakibatkan laju filtrasi
glomerular menurun. Reabsorpsi Na di tubulus meningkat, sebagian disebabkan
oleh meningkatnya kadar aldosteron. Meningkatnya kadar hormone anti diuretik
menyebabkan terjadinya retensi air dan reabsorpsi Na di duktus koligentes
meningkat. Ginjal tidak mampu mengekskresikan " free water" atau untuk
menghasilkan urine hipotonis.
BAB IV
PENATALAKSANAAN TERAPI
4.1.Pelaksanaan Terapi
4.1.1 Pra Bedah
Dapat ditemukan gangguan air dan elektrolit karena pemasukan yang kurang,
muntah, pengisapan isi lambung, adanya fistula enterokutan, adanya penumpukan cairan
pada third space (ruang ekstrasel yang tidak berfungsi). Defisit cairan ekstrasel yang terjadi
dapat diduga dengan berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.
Dehidrasi Ringan: kehilangan cairan 5% BB dengan tanda rasa haus, oliguri, kulit
dan mukosa kering, ubun-ubun dan mata mulai cekung
Dehidrasi sedang: hilang 10% BB tanda oliguria berat, turgor dan elastisitas kulit
turun, ubun ubun dan mata cekung, hipotensi, takikardi.
Operasi sedang
Operasi Besar
apendektomi
Cairan yang diberikan RL dalam D5%, 0.25 NaCl dalam dekstrose 5%.
Pada prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama pembedahan adalah dapat
menjamin tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat vasokonstriktor, dengan produksi
urine mencapai 0.5-1 mL/kgBB/jam.
Bila perdarahan kurang dari 10% dari jumlah darah, cukup diganti dengan cairan
kristaloid saja tapi bila lebih dari 10% dipertimbangkan untuk diganti dengan darah atau
cairan koloid.
4.1.3 Pasca Bedah
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan
mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit tubuh harus diperhatikan dalam
menentukan terapai cairan tersebut.
Bila penderita sudah dapat atau boleh minum secepatnya diberikan per oral. Apabila
penderita tidak dapat atau tidak boleh per oral, maka pemberian secara per enteral
dilanjutkan. Air diberikan sesuai dengan pengeluaran yang ada (urin + insensible loss).
Masuknya kembali cairan dari ruang ketiga dan interstisial ke dalam cairan ekstrasel
yang berfungsi terjadi secara bertahap dalam 5-6 hari dan pada penderita tanpa gangguan
fungsi jantung dan ginjal, hal ini tidak mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Demikian juga pengaruh SIADH.
Pemberian natrium pada hari pertama pasca bedah dalam jumlah yang kebih rendah
dari kebutuhan pemeliharaan, beralasan karena walaupun pengaruh hormonal menyebabkan
trjadinya retensi natrium, tetapi retensi air lebih banyak terjadi. Pasca bedah lebih sering
dijumpai keadaan hiponatremi, yang akan kembali normal dengan hanya membatasi
pemberian (Intake cairan saja). Kalium sebaiknya diberikan pada hari kedua pasca bedah.
Glukosa diberikan 100gr/hari.
Pada bayi dan anak, kebutuhan pemeliharaan ditambah karena bertambahnya
insensible loss yang dapat mencapai 3-4 ml/kgBB/jam. Cairan yang diberikan D5%+RL
dalam D5% dengan perbandingan 4:1 atau 3:2 tergantung banyak atau sedikitnya insensible
loss tadi.Kiranya perlu diingat akan bahaya-bahaya dari terapi cairan itu sendiri, antara lain
kontaminasi mikroorganisme, iritasi pembuluh darah, dan yang paling berbahaya adalah
pemberian yang berlebihan yang dapat mengancam jiwa penderita.
4.2 Terapi Cairan pada Pediatrik
Perhitungan jumlah cairan dan elektrolit yang diberikan pada bayi dan anak
berdasarkan :
Defisit ini mutlak harus diganti bertahap sebelum pembedahan. Bila ada tanda-tanda
kehilangan cairan lewat rongga ketiga maka penggantian sekitar 10ml/kgBB/jam dengan
Ringer Laktat atau NaCl fisiologis. Untuk cairan rumatan umumnya dipilih N4 (NaCl
0,225% dalam Dextrose 5%).
Untuk pembedahan singkat (kurang dari 1 jam), pada bayi/anak sehat, klinis tidak
ada defisit cairan dan perdarahan minimal, maka terapi cairan dan elektrolit tidak perlu
diberikan karena bayi/anak segera minum (pasca bedah)
Untuk pembedahan yang besar/lama atau bila puasa lama, maka :
Bila perdarahan lebih dari 10% diberikan Ringer Laktat dan transfusi darah
Neonatus
= 90ml/kgBB
= 70ml/kgBB
Perkiraan jumlah sel darah merah (ERCM = Extimated Red Cell Mass)
Bila kehilangan darah kurang dari 1/3 ABL (kehilangan darah masih dapat
ditolerir) maka penggantian darah yang hilang cukup dengan larutan Ringer Laktat.
Bila kehilangan darah melebihi 1/3 ABL maka penggantian darah yang hilang
dengan larutan koloid (albumin 5%)
Bila kehilangan darah melenihi ABL yaitu sekitar >10% EBV, maka harus
diberikan tranfusi darah atau PRC (Packed Red Cell) ditambah koloid dengan volume
yang sama.
Kehilangan darah pada bayi atau anak sulit diukur dengan pasti sedangkan
kehilangan darah sedikit saja sudah akan dapat menimbulkan gangguan, oleh sebab
itu menghadapi perdarahan pada bayi atau anak perlu perhitungan yang tepat antara
lain selain memperhatikan keadaan umum juga perlu mengukur pemeriksaan
hematokrit agar pemberian tranfusi darah tepat pada waktunya.
BAB V
PILIHAN JENIS CAIRAN
5.1 Jenis Cairan yang Diberikan dalam Terapi
5.1.1 Cairan Elektrolit (Kristaloid)
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES=CEF).
Keuntungan dari cairan ini antara lain harganya murah, mudah didapat, tidak perlu cross
match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat
disimpan cukup lama.
Cairan kristaloid jika diberikan dalam jumlah cukup (3-4x jumlah cairan koloid)
ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi deficit volume
intravaskuler, masa paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.
Heugman et al, mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit larutan
kristaloid akan masuk ruang interstitial sehingga timbul edema perifer dan paru dengan
akibat oksigenasi jaringan akan terganggu. Selain itu pemberian cairan kristaloid yang
berlebihan sering menimbulkan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan
untuk resusitasi cairan, walau agak hipotonis namun memiliki susunan yang hampir
menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan
dimetabolisme dihati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan
adalah NaCl 0,9% tetapi jika diberikan terlalu banyak dapat mengakibatkan asidosis
hiperkloremik dan menurunkan kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan kadar klorida.
Sesuai dengan penggunaanya dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu untuk
pemeliharan, pengganti dan tujuan khusus.
1.
Cairan Pemeliharan
Tujuannya dalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urine, feses, paru, dan
keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu :
Dewasa
1,5-2 ml/kgBB/jam
Anak-anak
2-4 ml/kgBB/jam
Bayi
4-6 ml/kgBB/jam
Neonatus
3 ml/kgBB/jam
Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit,
maka sebagai cairan pengganti adalah cairan hipotonik dengan perhatian khusus untuk
natrium. Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,44%
(D5NaCl 0,45). Untuk mengganti cairan ini juga dapat digunakan cairan non elektrolit,
misalnya dekstrose 5% dalam air (D5W).
2.
Cairan Pengganti
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh
sekuestrasi atau proses patologis lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites, drainase
lambung, dan sebagainya). Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan
isotonis dengan perhatian khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5% dalam
ringer laktat (D%RL) atau dalam NaCl 0,9% (D5NaCl).
3.
Tonusitas
Na
K
Ca
Cl
Glukosa
(mOsm/L) (mEq/l) (mEq/l) (mEq/l) (mEq/l) (gram/l)
Laktat Asetat
(mEq/l) (mEq/l)
Plasma
D5W*
NS*
D5NS
D5 1/4 NS
Darrow
RL*
D5RL
Asering*
282,6 (iso)
253(hipo)
308(iso)
561(hiper)
330(iso)
314(iso)
273(iso)
273(iso)
273,4(iso)
146
4,2
2,5
105
27(bic)
50
154
154
38,5
122
130
130
130
35
4
4
4
3
3
3
154
154
38,5
104
109
109
109
50
50
50
53
28
28
D5W=Dekstrosa 5% in water
RL = Ringer laktat
28