Anda di halaman 1dari 66

PEMERIKSAAN SARAF

BUDI SUSANTO
Pengertian Pemeriksaan Fisik
Persyarafan
 Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan
penting yaitu pengkajian yang berupa wawancara yang
berhubungan dengan riwayat kesehatan klien 
berhubungan dengan system persarafan seperti riwayat
hipertensi, stroke, radang otak, atau selaput otak,
penggunaan obat-obatan dan alcohol, trauma dan
penggunaan obat yang diminum secara teratur.
 Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan status mental, pemeriksaan saraf cranial,
pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, dan
pemeriksaan reflex.
 Dalam melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan
prinsip-prinsip head to toe,chepalocaudal dan
proximodistal.
Tujuan Pemeriksaan Fisik Persyarafan

 Untuk mengetahui target & kuwalitas


kelainan
 Untuk mengevaluasi keadaan fisik klien

secara umum dan juga menilai apakah ada


indikasi penyakit lainnya selain kelainan
neurologis.
Persiapan Alat
 Refleks hammer
 Garputala
 Kapas dan lidi
 Penlight atau senter kecil
 Opthalmoskop
 Jarum steril
 Spatel tongue
 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
 Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
 Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau
parfum
 Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti
garam, gula, atau cuka
 Baju periksa
 Sarung tangan
Persiapan Pemeriksa

 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,


sesuaikan urutan pemeriksaan dengan keadaan
umum klien, mulailah pemeriksaan fisik sejak awal
kontak dengan klien dan gunakan general
precaution, metode yang digunakan cepalo kaudal
atau distal ke proksimal.
Prosedur Pemeriksaan Fisik Syaraf

 Atur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi


tempat tidur.
 Amati cara berpakaian klien, postur tubuh klien,
ekspresi wajah dan kemampuan bicara, intonasi,
keras lembut, pemilihan kata dan kemudahan
berespon terhadap pertanyaan.
 Nilai kesadara dengan menggunakan patokan
Glasgow Coma Scale (GCS). Tanyakan waktu,
tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji
kemampuan klien dalam berhitung dan mulailah
dengan perhitungan yang sederhana. Kaji
kemampuan klien untuk berfikir abstrak.
Saraf Kranial
1. Fungsi saraf kranial I
(N Olvaktorius)

 Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh


apapun dan cukup bersih.
 Lakukan pemeriksaan dengan menutup

sebelah lubang hidung klien dan dekatkan


bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup
klien diminta menebak bau tersebut.
 Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
2. Fungsi saraf kranial II
(N. Optikus)

a. Catat kelainan pada mata seperti katarak


dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa
ketajaman dengan membaca, perhatikan
jarak baca atau menggunakan snellenchart
untuk jarak jauh.
b. Periksa lapang pandang:
Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100
cm, minta untuk menutup sebelah mata dan
pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan
mata yang berlawanan dengan mata klien.
Gunakan benda yang berasal dari arah luar
klien dan klien diminta , mengucapkan ya bila
pertama melihat benda tersebut. Ulangi
pemeriksaan yang sama dengan mata yang
sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan
klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan
opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic
disk (warna dan bentuk)
3. Fungsi saraf kranial III, IV, VI
(N. Okulomotoris, Troklear, Abdusen)

a. Pada mata diobservasi apakah ada odema


palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis
kelopak mata
b. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya,
ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil
c. Pada gerakan bola mata diperiksa enam
lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu
lateral, lateral ke atas, medial atas, medial
bawah, lateral bawah. Minta klien mengikuti
arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya
4. Fungsi saraf kranial V
(N. Trigeminus)
a. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kulit
wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan
mengguanakan k apas. Minta klien mengucapkan ya
bila merasakan sentuhan,lakukan kanan dan kiri.
b. Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan
ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah tadi dan
minta membedakan benda tajam dan tumpul.
c. Dengan menggunakan suhu panas dan dingin pada
diketiga area wajah tersebut. Minta klien
menyebutkan area mana yang merasakan sentuhan.
Jangan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.
d. Dengan rasa getar dapat pula dilakukan dengan
menggunakan garputala yang digetarkan dan
disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta
klien mengatakan getaran tersebut terasa atau tidak
e. Pemerikasaan cornea dapat dilakukan dengan
meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan
gulungan kapas kecil dari samping kearah mata dan
lihat refleks menutup mata.
f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan
rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter
dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan
ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah
dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
5. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)

a. Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi


kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung
lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi
untuk gula dan asam
b. Fungsi motorik dengan meminta klien
tersenyum, bersiul, mengangkat kedua alis
berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat
kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan
otot bagian atas dan bawah, minta klien
memejamkan mata kuat-kuat dan coba untuk
membukanya, minta pula klien untuk
menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua
jari.
c. Skala Ugo Fisch

 5 posisi pemeriksaan: diam, mengerutkan


dahi, menutup mata, tersenyum dan bersiul.
 4 skala penilaian

◦ 0% :zero, asimetri komplit, tak ada gerak volunter


◦ 30%:poor, kesembuhan ke arah asimetri
◦ 70%:fair, kesembuhan parsial ke arah simetri
◦ 100%:normal, simetris komplit
 Utk kategori global evaluasi (physician global
evaluation) penilaiannya adalah jumlah skor
(prosenstase) utk lima aspek penilaian dibagi
dengan 5

 Utk kategori detil evaluasi (physician detailed


evaluation) penilaiannya adalah mengubah nilai
prosentase menjadi nilai point
◦ Diam = 20
◦ Mengerutkan dahi = 10
◦ Menutup mata = 30
◦ Tersenyum = 30
◦ Bersiul = 10

 Misal menutup mata dinilai fair, maka skornya


adalah 70% x 30 = 21
 Nilai akhir adalah jumlah skor dari 5 aspek
penilaian
6. Fungsi saraf kranial VIII
(N. Vestibulokoklear)
a. cabang vestibulo dengan menggunakan test
pendengaran menggunakan weber test dan
rhinne test
b. Cabang choclear dengan rombreng test
dengan cara meminta klien berdiri tegak,
kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh,
lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta
klien menutup mata tanpa mengubah posisi,
lihat apakah klien dapat mempertahankan
posisi
7. Fungsi saraf kranial IX dan X
(N. Glosovaringeus & Vagus)
a. Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan
ovula dan palatum, normal bila uvula terletak
di tengan dan palatum sedikit terangkat.
b. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian
dinding belakang faring menggunakan
aplikator dan observasi gerakan faring.
c. Periksa aktifitas motorik faring dengan
meminta klien menelan air sedikit, observasi
gerakan menelan dan kesulitan menelan.
Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.
8. Fungsi saraf kranial XI
(N. Asesoris)

a. Periksa fungsi trapezius dengan meminta


klien menggerakkan kedua bahu secara
bersamaan dan observasi kesimetrisan
gerakan.
b. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus
dengan meminta klien menoleh ke kanan dan
ke kiri, minta klien mendekatkan telinga ke
bahu kanan dan kiri bergantian tanpa
mengangkat bahu lalu observasi rentang
pergerakan sendi
c. Periksa kekuatan otot trapezius dengan
menahan kedua bahu klien dengan kedua
telapak tangan dan minta klien mendorong
telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke
atas, perhatikan kekuatan daya dorong.
d. Periksa kekuatan otot
sternocleidomastoideus dengan meminta
klien untuk menoleh kesatu sisi melawan
tahanan telapak tangan pemeriksa,
perhatikan kekuatan daya dorong
9. Fungsi saraf kranial XII
(N. Hipoglosus)

a. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan


lidah kekiri dan ke kanan, observasi
kesimetrisan gerakan lidah
b. Periksa kekuatan lidah dengan meminta
klien mendorong salah satu pipi dengan
ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan
ujung lidah, dorong kedua pipi dengan
kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi
pemeriksaan sisi yang lain
Fungsi Motorik
 Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari
daerah motorik di corteks cerebri, impuls
berjalan ke kapsula interna, bersilangan di
batang traktus pyramidal medulla spinalis
dan bersinaps dengan lower motor neuron.
 Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara

observasi dan pemeriksaan kekuatan.

1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi


2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan
menggerakkan anggota gerak pada berbagai
persendian secara pasif. Bila tangan /
tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti
dan berulang dapat dirasakan oleh
pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan
pergerakan pasif sehingga tenaga itu
mencerminkan tonus otot.
a. Tonus otot tinggi/spastis, bila tenaga yg
menahan itu terasa jelas,
b. Tonus rendah/flacid, bila tenaga yg
menahan itu tdk ada
c. Normal, tahanan ringan / minimal dan halus.
3. Kekuatan otot  MMT
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal
yang diuji. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat
dan diraba. Gunakan penentuan singkat
kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki
nilai 0 – 5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak
kuat kalau melawan tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
Tes 1 RM

The 1 Repetition Maximum test


 Yaitu jumlah tahanan maksimal yang

mampu dilawan oleh pasien/klien pada


satu gerakan saja
 Umumnya dilakukan utk latihan kekuatan
 Metode cukup sederhana

 Ditujukan pada satu gerakan yang spesifik


Prosedur tes 1 RM

Tes dilakukan seperti dalam latihan:


◦ Klien diposisikan dengan benar dan nyaman
◦ Tahanan diatur dan diberikan dengan
perkiraan seberat mungkin tapi masih bisa
dilawan
◦ Klien diminta menggerakkan dalam ROM yang
penuh
◦ Gerakan diulang dan tahanan ditingkatkan
terus hingga klien hanya mampu
menggerakkan tahanan tersebut 1 kali
pengulangan (inilah nilai tes 1 RM yang
sebenarnya)
Tes Submaksimal
 Tujuan memperkirakan kekuatan maksimal
(Nilai 1 RM)
 Dilakukan mirip dengan tes 1 RM,

perbedaannya: pasien/klien diminta


mengulang mengangkat beban hingga tak
mampu lagi
 Nilai 1 RM dihitung dengan cara

membandingkan dengan tabel Holten


kemudian dimasukkan dalam rumus
tertentu
Pelaksanaan Tes Submaksimal

 Tentukan gerakan
 Tentukan berat tahanan (bebas)
 Klien diminta melakukan pengulangan
gerak semaks mungkin (sampai lelah)
 Hitunglah 1 RM dari jumlah
pengulangnnya:
◦ A Kg. x 100% / B% = 1 R.M.
Diagram Holten

% # of reps
100% 1

95% 2

90% 4

85% 7
80% 11
75% 16
70% 22
65% 25

Holten diagram
Contoh
 Pada gerakan fleksi elbow oleh otot bicep,
beban diberikan 6 kg.
 Klien menyelesaikan dengan 16

pengulangan
 Berapakah nilai 1 RM ???

◦ A kg. x 100% / B% = 1 R.M.


Tes submaximal
% Reps
100% 1 at 8 Kg

95% 2

90% 4

85% 7
80% 11
75% 16 at 6 Kg

70% 22
65% 25

6 Kg x 100% / 75% = 8 Kg
Strength/Duration Curve (SDC)

 Strength/Duration Curve (SDC) IT Curve


(Intensity/Time Curve)
 SDC adalah gambaran kurva gravis yang dibuat

dengan cara menghubungkan titik-titik yang


menunjukkan hubungan antara durasi/waktu pulsa
(ms) dengan intensitas/amplitudo arus (mA) pada
otot atau grup otot yang diberikan stimulasi listrik
dengan menggunakan arus searah terputus-putus
(IDC) jenis rektangular dan atau triangular, hingga
didapatkan kontraksi minimal yang dapat dilihat
atau dipalpasi (perceptible) pada otot atau grup otot
tersebut.
Tujuan pembuatan SDC
 1 sebagai penunjang diagnosis, yaitu dengan
memperoleh informasi tentang sensitivitas dari
system neuromuskuler terhadap stimulasi
listrik. Selanjutnya akan diperoleh gambaran
seberapa berat tingkat denervasi dari jaringan
otot yang dimaksud
 2 selanjutnya dari SDC tersebut dapat dilihat
jenis pulsa, durasi pulsa dan intensitas arus
dari stimulasi elektris (dosis) untuk
kepentingan terapi,
 3 sebagai alat evaluasi untuk membandingkan
kondisi neuromuskuler.
 Alat: mesin yang menghasilkan arus IDC
rektangular atau triangular dengan durasi
yang dapat diatur.
 Jenis Pulsa Rektangular

◦ Rheobase
◦ Temps utile
◦ Chronaxy Triangular
◦ Accommodation threshold
 Optimum phase time Accommodation
Quotient (AQ) Nilai AQ ini seringkali dibuat
untuk memperoleh gambaran keadaan patologi
pada jaringan saraf untuk kepentingan klinis
praktis.
 Nilai AQ diperoleh dari accommodation
threshold dibagi dengan rheobase.
 Nilai AQ normal adalah berkisar 2 hingga 6.
 Nilai AQ di bawah 2 mengindikasikan adanya
degenerasi saraf Nilai di atas 6 menunjukkan
tanda adanya distonia neurogenik
Fungsi Sensorik
 Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan
yang paling sulit diantara pemeriksaan sistem
persarafan yang lain, karena sangat subyektif
sekali. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan
paling akhir dan perlu diulang pada
kesempatan yang lain (tetapi ada yang
menganjurkan dilakukan pada permulaan
pemeriksaan karena pasien belum lelah dan
masih bisa konsentrasi dengan baik).
 Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengevaluasi respon klien terhadap beberapa
stimulus. Pemeriksaan harus selalu
menanyakan kepada klien jenis stimulus.
 Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh

klien digambarkan sebagai perasaan geli


(tingling), mati rasa (numbless), rasa
terbakar/panas (burning), rasa dingin
(coldness) atau perasaan-perasaan abnormal
yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan
motorik (kelemahan otot, twitching /
kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya)
disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik.
Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik
meliputi:
 Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul untuk rasa

nyeri superfisial.
 Kapas untuk rasa raba.

 Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk

rasa suhu.
 Garpu tala, untuk rasa getar.

 Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik

diskriminatif) seperti :
a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol,
dan sebagainya), untuk pemeriksaan stereognosis
c. Pen / pensil, untuk graphesthesia.
INTERPRETASI
1. utuh : respon normal
2. menurun : adanya gangguan
mengidentifikasi stimulus
3. Hipersensitif : adanya peningkatan
persepsi respon / stimulus
4. absen : tdk dpt mengdentifikasikan
Tes, Aplikasi & Respon

1. Runcing atau tumpul


aplikasi :aplikasikan secra ack pd daerah yg diperksa,
kuatnya tekanan stimulus yg diberikn hendaknya sma, jgn
terlalu cept dn dekt, px tdk blh melihat
respon : px diminta menyatakn jenis dan lokasi
rangsangan yg diterima runcing atau tumpul

2. Halus kasar
aplikasi : daerah yg akan diperiksa dgn menggunakn sikat
atau kain halus scra cpt dan acak, px tdk boleh melihat dan
jgn memberikan tekanan yg kuat dbwh kulit
respon : px diminta menyatakn jenis dan lokasi
rangsangan yg diterima halus atau kasar
 3. Panas dingin (temperatur)
aplikasi : 2 tbg reaksi, dmna satu tbg berisi air Dingin
5-10ºC dn air panas 40-45ºC, temperatur hrs
sesuai dgn yg direkomendasikn, aplikasi scra bergntian
dan acak, px tdk blh meliht
respon : px diminta menyatakn jenis dan lokasi
rangsangan yg diterima panas atau dingin

4. Fibrasi
aplikasi : digunakn untuk menerima kemampuan
rangsangan getar garpu tala yg seblmnya telh
digetarkn ditempat pada tonjolan tlg, px tdk boleh
meliht, diberikan scra bergantian dgn getr scr acak
respon : px diminta menyatakn jenis dan lokasi
rangsangan yg diterima getar atau diam
 5. Propiosepsi
aplikasi : pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
kesadaran tentang perasaan posisi sendi dmn terapis
menggerakkan slh satu anggota gerak (AGA & AGB) dgn LGS tertntu
dpt jg dgn menggunakn perinth verbl , px tdk blh meliht
respon : px dimnta untuk menirukan gerakkan pd sisi kontra
lateralnya, pd LGS yg tlh ditentukn, secara verbal px diminta
menjelskn arah gerakannya kmna

6. Diskriminasi 2 titik
aplikasi : 2 rangsangan diaplikasikan dgn menggunakn jgka
kemudian stimulus 2 titik tersebut secra perlahn dan berthp
semakin didektkn sampai rangsangan yg diterima sebagai satu
rangsangn saja, acak bergantiandgn satu rangsangan
respon : px diminta mengidentifikasi persepsinya satu atau dua
titik,
TES KOORDINASI
 INTERPRETASI
 JENIS TES & APLIKASI :

1. Alternate heel to knee heel to toe


2. Alternate nose to finger
3. Drawing circle
4. Finger to finger
5. Pronasi - supinasi (Diadokokinesis)
TES KESEIMBANGAN
1. Uji Romberg : berdiri, tangan dilipat di dada, mata
ditutup, dapat dipertajam (Sharp Romberg) dengan
memposisikan kedua tumit saling merapat, lengan
dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal
dapat berdiri lebih dari 30 detik.
2. Uji berjalan (stepping test) : berjalan pada satu garis
lurus di atas lantai 50 langkah, bila tempat berubah
melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari
30° berarti sudah terdapat gangguan kesimbangan.
(mata terbuka atau tertutup)
3. CTSIB
3. Pemeriksaan fungsi serebelum :
Past pointing test, dilakukan dengan merentangkan
tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk
menyentuh telunjuk yang lain dengan mata terbuka
dan tertutup.
Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk,
pasien diminta menunjuk hidung dengan jari dalam
keadaan mata terbuka dan tertutup.
PEMERIKSAAN NYERI
1. VAS (Visual Analogue Scale)

0 100
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan
2. VDS (Verbal Descriptive Scale)
Adalah cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh
skala penilaian, yaitu :
1 = tidak nyeri
2 = nyeri sangat ringan
3 = nyeri ringan
4 = nyeri tidak begitu berat
5 = nyeri cukup berat
6 = nyeri berat
7 = nyeri tidak tertahankan
3. Skala Lima Tingkat
Merupakan parameter pengukuran nyeri dengan memakai lima
tingkat / skala dan digunakan untuk nyeri daerah spinal / nyeri
pungguh bawah
Derajat 0 = tidak ada nyeri baik saat aktivitas maupun istirahat
Derajat 1 = nyeri minimal timbul sewaktu bekerja lama dan
berat, saat dilakukan penekanan kuat nyeri timbul. Saat istirahat
tidak tak ada nyeri
Derajat 2 = nyeri ringan, tetapi dirasakan terus menerus meski
tidak mengganggu aktivitas. Nyeri dirasakan saat gerak fleksi
maupun ekstensi lumbal
Derajat 3 = nyeri sedang, dirasakan terus menerus dan
mengganggu aktivitas, LGS juga terbatas
Derajat 4 = nyeri berat, menyulitkan penderita untuk
beraktivitas dan hampir tak tertahankan gerakan fleksi dan
ekstensi lumbal hampir tidak dapat dilakukan
Fungsi Refleks
 Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada
tendon menggunakan refleks hammer. Skala untuk
peringkat refleks yaitu :
0 = tidak ada respon
1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan (+)
2 = normal (++)
3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap
abnormal (+++)
4 = hyperaktif, dengan klonus (++++)
 Refleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke
atas sampai fleksi kurang lebih 300.
Tendon patella (ditengah-tengah patella dan
tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks
hammer. Respon berupa kontraksi otot
quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut
90, supinasi dan lengan bawah ditopang pada
alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa
ditempatkan pada tendon m.biceps (diatas lipatan
siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit
meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan
gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan
terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan
dan jari-jari atau sendi bahu.
3. Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut
90º ,tendon triceps diketok dengan refleks
hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2
cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot
triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan
dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut
menyebabkan gerak ke atas sampai otot-otot
bahu, atau mungkin ada klonus yang
sementara.
4. Refleks achilles
 Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk

memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki


yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan
diatas tungkai bawah kontralateral. Tendon
achilles dipukul dengan refleks hammer,
respon normal berupa gerakan plantar fleksi
kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen
diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores
seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas
dan kearah daerah yang digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia
hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini,
goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak
kaki dari tumit kearah jari kelingking dan
kemudian melintasi bagian jantung kaki.
Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki
melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya
tersebar. Respon yang normal adalah fleksi
plantar semua jari kaki.
Pemeriksaan khusus sistem persarafan
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak
(misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan :
1. Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan,
sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada,
kaku kuduk positif (+).
2. Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala
klien dan tangan lain didada klien untuk
mencegah badan tidak terangkat. Kemudian
kepala klien difleksikan kedada secara pasif.
Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah
akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.
3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai
klien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti
oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan
lutut.
4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350
terhadap tungkai atas. Kernig (+) bila ekstensi lutut
pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus
akan menimbulkan nyeri sepanjang m. ischiadicus.
Pemeriksaan GCS & Refleks

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran


dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu
kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa
dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak
ada respon pupil terhadap cahaya).
 Mengukur Tingkat Kesadaran

 Salah satu cara untuk mengukur tingkat


kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma
Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat
cidera kepala.
 Reflek membuka mata, respon verbal, dan

motorik diukur dan hasil pengukuran


dijumlahkan jika kurang dari 13, makan
dikatakan seseorang mengalami cidera
kepala, yang menunjukan adanya penurunan
kesadaran.
 Prosedur Pemeriksaan GCS
 GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang
digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan
yang diberikan.
 Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3
hal yaitu reaksi membuka mata, bicara dan motorik.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
 Pengkajian tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS, rea pengkajian meliputi :
respon mata, respon motorik dan respon verbal.
Total pengkajian bernilai 15, kondisi koma apabila
bernilai kurang dari 7
Kriteria Nilai
 Eye
1. Spontan 4
2. Terhadap stimulus verbal 3
3. Terhadap stimulus nyeri 2
4. Tidak ada respon 1
 Verbal

1. Orientasi waktu, tempat, dan orang baik 5


2. Berbicara dengan bingung 4
3. Berkata-kata dengan tidak jelas 3
4. Bergumam 2
5. Tidak ada respon 1
 Motorik
1. Mengikuti perintah 6
2. Dapat melokalisasi nyeri 5
3. Fleksi (menarik) 4
4. Postur dekortikasi; bahu abduksi dan Rotasi
interna, fleksi pergelangan Tangan dan tinju
mengepal 3
5. Postur deserabrasi; bahu abduksi dan Rotasi
interna, ekstensi lengan bawah, fleksi
pergelangan tangan dan tinju mengepal 2
6. Tidak berespon 1
Selamat Belajar…..

Anda mungkin juga menyukai