Anda di halaman 1dari 5

PROSEDUR KERJA

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


1 1-5

PROSEDUR TGL TERBIT Ditetapkan oleh :


TETAP Ns. Ina Martiana, S.Kep. M.Kep.

PENGERTIAN Bagian dari pengkajian keperawatan pada sistem neurologi/ sistem


persarafan
TUJUAN Mahasiswa mampu melakukan keterampilan dalam melakukan
pemeriksaan neurologi.
INDIKASI Dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala gangguan sistem
neurologi
KONTRA -
INDIKASI
PERSIAPAN Persiapan klien :
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama dan anamnesis singkat
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
6. Mencuci tangan dengan teknik aseptik
7. Meminta pasien pada posisi yang nyaman

PERSIAPAN Persiapan Alat:


ALAT 1. Sarung tangan
2. Refleks hammer
3. Garputala
4. Kapas dan lidi
5. Penlight atau senter kecil
6. Opthalmoskop
7. Snelen chart
8. Jarum steril
9. Spatel lidah
10. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
11. Objek yang dapat disentuh seperti bolpoin atau uang receh
12. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, teh, vanilla
13. Bahan-bahan yang berasa asin, manis, atau asam seperti
garam, gula, atau cuka
14. Baju pemeriksa
PROSEDUR A. Pemeriksaan Tingkat kesadaran
Nilai tingkat kesadaran klien secara kualitatif dan kuantitatif
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).

B. Menilai Fungsi Luhur


 Nilai orientasi klien (orang, tempat, waktu)
 Periksa memori klien dengan memperlihatkan 5 benda kecil,
selang 5 menit kemudian pasien ditanyai benda apa saja
yang dilihatnya tadi.
 Nilai proses fikir klien

C. Pemeriksaan Nervus Cranialis


1. Pemeriksaan n. I : Olfaktorius
a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbtan atau
kelainan, misalnya polip atau ingus
b. Gunakan bahan-bahan beraroma tajam dan dekatkan ke
hidung pasien
c. Pasien disuruh mencium bau tersebut
d. Tiap lubang diperiksa satu persatu dengan lubang
ditutup salah satu
2. Pemeriksaan n. II : Optikus
a. Periksa ketajaman penglihatan menggunakan snelen
chart dari jarak 6 meter. Hasilnya 6/20 apabila huruf
yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya
bisa membaca pada jarak 6 m.
b. Periksa Lapang Pandang:
 Pasien diminta duduk atau berdiri berhadapan dengan
pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 meter.
 Mata diperiksa secara bergantian dengan salah satu
mata ditutup.
 Pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pemeriksa dan pasien.
 Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam.
 Jika pasien mulai melihat jari-jari pemeriksa, ia harus
memberitahu pemeriksa.
3. Pemeriksaan n. III, IV, VI : Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens :
a. Perhatikan apakah ada ptosis, eksoftalmus dan
strabismus/ juling
b. Pasien diminta untuk menggerakkan bola mata ke atas,
bawah ke samping kiri dan kanan
c. Pasien diminta mengedipkan mata
d. Pemeriksa menyorotkan cahaya penlight kearah mata
pasien, dilihat apakah ada perubahan besar pupil.
Normal diameter pupil 3 mm.
4. Pemeriksaan n. V : Trigeminus
a. Pasien disuruh untuk merapatkan giginya sekuat
mungkin dan kita raba di m. Masseter dan m.
Temporalis, rasakan tonus ototnya
b. Pasien disuruh untuk membuka mulut, apakah ada
deviasi rahang bawah
c. Lakukan pemeriksaan untuk menyelidiki rasa raba, rasa
nyeri, dan suhu
d. Periksa reflek kornea dengan menyentuhkan kapas ke
mata
5. Pemeriksaan n. VII : Facialis
a. Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak,
perhatikan kerutan dahi, pejaman mata, dan sudut mulut
b. Minta pasien mengangkat alis dan mengerutkan dahi
c. Minta pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi)
d. Fungsi pengecapan: Pasien disuruh untuk menjulurkan
lidah, taruh gula, garam, atau cuka secara bergantian.
Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
Pasien diminta untuk menyatakan pengecapan yang
dirasakan dengan isyarat.
6. Pemeriksaan n. VIII : Akustikus
a. Tes keseimbangan
 Tes Romberg
 Tes berjalan
 Tes telunjuk
b. Tes pendengaran
 Tes Rinne
 Tes Weber
 Tes Swabach
7. Pemeriksaan n. IX : Glossofaringeus : suplai persarafan
sensoris dari orofaring dan bagian posterior dari lidah
8. Pemeriksaan n. X : Vagus
a. Pasien disuruh menyebutkan “aaaaaa”
b. Perhatikan kualitas suara psien, apakah ada suara
bormal, serak, atau tidak ada sama sekali
c. Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah bagian
belakang. Lihat apakah ada reflex gag
d. Pasien disuruh untuk memakan makanan padat, lunak
dan menelan air
e. Perhatikan apakah ada kesalahan telan/ tidak bisa
menelan/ disfagia
9. Pemeriksaan n. XI : Aksesorius
a. Kekuatan otot sternokleidomastoideus:
 Pasien disuruh untuk menoleh ke salah satu sisi
 Tangan pemeriksa diletakkan di area pipi pasien dan
memberikan tahanan, pasien disuruh untuk menoleh
ke sisi yang berseberangan
 Nilai kekuatan ototnya
b. Otot trapezius :
 Letakkan tangan pemeriksa di bahu pasien
 Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan
 Nilai kekuatan ototnya
10. Pemeriksaan n. XII : Hipoglosus
a. Pasien disuruh membuka mulut dan menjulurkan lidah
b. Apakah besar lidah sama, ada atrofi, atau miring kea rah
tertentu

D. Pemeriksaan Rangsang Selaput Otak/ Meningeal sign


1. Kaku Kuduk
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien
yang sedang berbaring
b. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan
agar dagu mencapai dada.
c. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
d. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan
dagu tidak mencapai dada.
2. Kernig’s Sign
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur.
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai
membuat sudut 90o,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135o,
antara tungkai bawah dan tungkai atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum tercapai sudut 135o
3. Brudzinsky I
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala
pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala
sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di
dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
4. Brudzinsky II
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang
tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky II (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula
fleksi, tapi perhatikan apakah ada kelumpuhan pada
tungkai.

E. Pemeriksaan Saraf Tepi


a. Motorik : Berikan penilaian bentuk otot, tonus otot, dan
kekuatan otot
b. Sensorik : Periksa sensibilitas : rasa raba, rasa nyeri, rasa
suhu
c. Pemeriksaan Refleks. Gunakan hammer reflek, posisi
pasien duduk lalu ketukkan ke lutut pasien atau siku.

HASIL 1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan


2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

RUANG Semua ruangan


TERKAIT
REFERENSI Kozier, E., Erb, G. 2000. Technique in Clinical Nursing A
Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.

Anda mungkin juga menyukai