Disusun oleh
Kelompok Tutorial VII :
111610101010 : Riskyana Dwi Hendra A.R
111610101036 : Hany Maghfiroh
111610101043 : Galang Rikung E.S
111610101049 : R.AJ. Mahardhika S.P
111610101066 : Siti Nur Qomariah
111610101072 : Adinda Martina
111610101075 : Cicik Khildar Rizqi
111610101078 : Yunita Saskia
111610101081 : Musriatul Wahida
111610101082 : Yurike Fitria Sari
111610101085 : Maria Devitha
111610101086 : Sisca Rizkia A.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013/2014
pergantian
akhirnya
fase
permanen.
Juga
adanya
perbedaan
kurang
baik
sehingga
mengganggu
estetik
dentofasial
dan
145 cm.
Ras :pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cirri ciri
fisik pasien karena setiap ras mempunyai cirri ciri fisik tertentu.
Dan dari anamnesa diketahui suku bangsa pasien ialah Indonesia
suku jawa.
Bentuk Skelet
yang akan
keadaan radang .
Kelainan saluran napas : pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa
pasien tidak mengalami kelainan pada saluran napas. Hal ini dapat
diketahui pada saat pasien dalam keadaan istirahat tidak terjadi
kegiatan bernapas melalui mulut sehingga dapat diketahui pula
bahwa
pasien
pernapasannya.
1.2. Analisis Lokal
tidak
mengalami
kelainan
pada
saluran
Ekstra oral
-
Tipe Profil
Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex)
bila titik petemuan Lip contour bawah Lip contour atas berada
-
Tipe Muka
Melihat tipe muka pasien dapat dilakukan dengan melihat dari arah depan
pasien.
Tipe muka menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi
Tipe Kepala
Pemeriksaan tipekepala dari pasien dapat dilakukan dengan melihat kepala
pasien dari arah atas kepala dengan posisi operator di belakang pasien.
Indeks kepala =
Lebar kepala (B) x 100
Panjang kepala (A)
Mengukur lebar kepala adalah jarak bizigomatik supra mastoideus sedangkan
untuk panjang kepala merupakan Jarak Glabella sampai Os.Occipital.
Klasifikasi indeks kepala :
- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9
- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9
- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9
Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali
> 84,9 : Hiper Brahisepali
Bentuk Muka
Bentuk muka : simetris / asimetris
Pada dasarnya setiap orang tidak ada yang memiliki kesimetrisan yang
bilateral namun dalam hal ini dilihat pada wajah pasien asimetris yang
fisiologis atau patologis.
Tonus Otot
Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan (tonus), aktif
dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila
dalamkeadaan dilatasi terdapat ketegangan pasif.Dengan demikian pada
waktu istirahatotot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam
keadaan normalterdapat keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus
otot sangat kuat(hypertonus) atau sangat lemah(hipotonus) dapat
menimbulkan anomali padalengkung gigi akibat adanya ketidakseimbangan
atara tekanan otot di luar dan di dalam mulut.
Keadaan bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka / menutup. Bibir
terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena bibir terlalu pendek
(incompetent) atau hypotonus otot bibir sering dijumpai pada pada pasien
yang gigi depannya protrusif.
Fonetik
Dapat diperiksa dengan menyuruh pasien mengucapkan huruf tertentu seperti
S, R, dan Z.
Kebiasaan Jelek
Dapat diperiksa dengan menanyakan pada pasien atau juga bisa dilakukan
dengan memeriksa wajah atau anggota tubuh lain seperi jari tangan. Anak
yang memiliki kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari biasanya ibu jari
anak tersebut tampak lebih bersih dan kulitnya mengkerut akibat dari
seringnya pasien menghisap ibu jarinya.
Intra Oral
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
biasanya mempunyai palatum rendah lebar.Jika ada kelainan lainnya seperti adanya
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah elips /
Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran.
Ciri-ciri :
-Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) beberbentuk
garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan
kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C C) berbentuk garis lengkung
(curved).
konvergen ke anterior.
-Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis
lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai
pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed
dentision)
Pada kartu status klinik Ortodonsia RSGM FKG Unej, digunakan keteranganketerangan sebagai berikut:
o Karies Gigi
Tumpatan
X Pencabutan
+ Hiperkalsifikasi
Perubahan Warna
* Fraktur
gigi yang berada d luar lengkung dan normal jika lengkung dan gigi berada
pada tempat yang benar.Dari hasil pemeriksaan pada model didapatkan hasil
bahwa bentuk lengkung pasien dalam keadaan normal baik itu lengkung
didapatkan gigi insisiv yang supra posisi atau gigi posterior yang infra posisi
atau mungkin gabungan kedua keadaan tadi.
Rahang Atas
Rahang Bawah
Rahang Bawah
: 0,5 mm ke kiri
Rahang Bawah
1 mm ke kiri
a. Berdesakan
Gigi yang berdesakan merupakan gigi yang terletak saling tumpang
tindih.Gigi berdesakan atau crowding teeth secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan
ukuran rahang dan bentuk lengkung.Meningkatnya letak gigi yang berdesakan
mungkin disebabkan adanya persistensi, gigi tanggal premature, disharmoni
dentomaksilofasial, factor genetic, dll. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung
gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang rahang yang
kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil.
Hasil
tidak terdapat kelainan kelompok gigi yang berdesakan pada rahang bawah baik yang
anterior maupun posterior, dan pada rahang atas baik yang anterior maupun posterior.
b. Supraposisi
Supraposisi merupakan keadaan dimana gigi yang erupsi melebihi garis
oklusal.Penyebab hal ini pada dasarnya adalah gigi berusaha untuk mencapai
Suprapotition teeth
Hasil
: Pada praktikum dan diskusi yang telah dilakukan oleh kelompok kami,
tidak didapatkan adanya kelainan kelompok gigi supraposisi pada pasien baik pada
rahang atas maupun pada rahang bawah.
c. Infraposisi
Infraposisi merupakan keadaan gigi dimana gigi yang erupsi tidak mencapai garis
oklusal.
Hasil
tidak terdapat kelainan kelompok gigi infraposisi baik pada rahang atas maupun
rahang bawah.
d. Retrusi Anterior
Retrusi merupakan
keadaan
sekelompok
gigi
yang
mengalami
Sekelompok gigi
mengalami
protusi
Hasil : Pada praktikum dan diskusi yang telah kelompok kami lakukan, tidak
terdapat kelainan kelompok gigi yang protusi anterior baik pada rahang atas
maupun rahang bawah.
Keterangan : A. gigitan fisura luar rahang atas, B. gigitan silang total luar rahang atas,
C. gigitan fisura dalam rahang atas, D. gigitan silang total dalam rahang atas
Keterangan :
A. Gigitan terbalik
B. Edge to edge
Pada jurusan vertical dikenal adanya tumpang gigit/over bite yang merupakan
vertical overlap of the incisors.Di klinik tumpang gigit diukur dari jarak
vertical insisal insisivi atas dengan insisal insisivi bawah, yang normal
ukurannya 2 mm. Tumpang gigit yang bertambah menunjukkan adanya
gigitan dalam. Pada gigitan terbuka tidak ada overlap dalam jurusan vertical,
tumpang gigit ditulis dengan tanda negative, misalnya -5 mm. Pada relasi
edge to edge tumpang gigitnya 0 mm.
Keterangan :
A. Gigitan dalam
B. Edge to edge
C. Gigitan terbuka
4.
Ortodonsi Bedah
Untuk mendapatkan hasil perawatan ortodontik yang optimal, kadang-kadang
diperlukan tindakan bedah.Sebaliknya perawatan ortodontik diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang baik pada bedah orthognatik.Pada keadaan dimana ada
kelainan skeletal yang nyata, ortodontist tidak dapat mencapai hasil estetik yang
optimal dan stabil tanpa tindakan bedah.Sebenarnya pencabutan gigi biasa sudah
merupakan tindakan bedah.
Pencabutan gigi untuk keperluan perawatan ortodontik meliputi:
gigi sulung yang perlu dicabut untuk memberi tempat gigi lain untuk erupsi
gigi kelebihan
gigi M3
PERAWATAN ORTODONTIK.
Menurut waktu dan tingkatan maloklusinya, perawatan ortodontik dibagi menjadi
:
1. Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics), yaitu segala tindakan yang
menghindarkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan
yang normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang
abnormal. Tindakan-tindakan yang diperlukan misalnya : a. Pada waktu anak
masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang cukup nilai
gizinya untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup mendapat
kalsium, fosfor, fluor dan vitamin-vitamin A, C dan D untuk mencukupi
kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.
b. Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan
perkembangan badannya normal, dan harus dijaga dari penyakit-penyakit yang
dapat mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis, rakhitis, sifilis,
TBC tulang atau avitaminosis dapat menimbulkan deformasi tulang termasuk
gigi-gigi dan jaringan pendukungnya. Gangguan pada kelenjar endokrin
misalnya glandula hipofise, glandula tyroida, dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan mengakibatkan adanya anomali pada gigi-giginya. Juga harus
dijaga adanya luka pada saat kelahiran. Kerusakan yang terjadi pada rahang
akibat pemakaian tang-tang obstetri dapat mengakibatkan anomali yang berat
pada gigi-gigi.
c. Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai
pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus
dijaga, harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari
mekanis yang dihasilkan oleh alat ortodontik.Gigi dapat bergeser karena sifat
adaptive response jaringan periodontal.Ortodontik kuratif atau korektif ini
dilakukan pada periode gigi permanen.
Menurut periode perawatan ortodontik dibagi dalam 2 periode :
1. Periode aktif, merupakan periode di mana dengan menggunakan tekanan mekanis
suatu alat ortodontik dilakukan pengaturan gigi-gigi yang malposisi, atau
dengan memanfaatkan tekanan fungsional otot-otot sekitar mulut dilakukan
perawatan untuk mengoreksi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas.
Contoh : Alat aktif : plat aktif, plat ekspansi Alat pasif : aktivator (suatu alat
myofungsional).
2. Periode pasif, yaitu periode perawatan setelah periode aktif selesai, dengan
tujuan untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi yan telah dikoreksi agar
tidak relaps (kembali seperti kedudukan semula), dengan menggunakan
Hawley retainer.
5. Rencana Perawatan
Pada pasien didapatkan gigi berdesakan yang ringan karena koreksi berdesakannya
hanya membutuhkan tempat kurang dari 4 mm. Rencana perawatan yang akan
dilakukan adalah:
1. Ekstraksi gigi 53, 63, dan 85.
Pencabutan gigi sulung yang dilakukan bertujuan untuk mengkoreksi gigi
anterior yang berdesakan. Pada kasus ini, gigi yang akan diekstraksi adalah
53, 63, dan 85. Gigi 85 merupakan indikasi pencabutan, yakni sisa akar.
2. Restorasi gigi 75
Pada gigi 75 terdapat karies proksimal sehingga dibutuhkan restorasi
3. Koreksi berdesakan rahang atas dan rahang bawah
4. Koreksi Pergeseran Garis Median
DAFTAR PUSTAKA
Houston, W. J. B. 1990. Diagnosis Ortodonti, alih Bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta :
EGC
Rahardjo, Pambudi. 2008.Diagnosis Ortodontik.Cetakan 1.Surabaya: Airlangga
University Press
Graber, T.M., Orthodontics, Principles and Practice, 3rd , ED., W.B. Saunders Co.,
Philadhelphia, London, Toronto,1972.
Singh, Gukerat. 2007. Textbook of Orthodontics.New Delhi : Ajanta Offset &
Packagings, Ltd.
Phulary, Basavaraj Subhaschandra. 2011. Orthodontics Principles and Practices .
New Delhi : Daryaganj
Foster, T. D. 1997. Buku Ajar ORTODONDI. Edisi III. Jakarta : EGC
Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga Universitas Press
Prijatmoko,dkk. 2010. Buku Ajar Orthodonsia I. Jember : FKG Unej