Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

SKILLAB KONSERVASI GIGI

Pasien seorang mahasiswa bernama Nurina Dyah Ayu Nirmala biasa dipanggil Nurina
berumur 21 tahun mengeluhkan gigi depan kiri atas berlubang dan berwarna kehitaman, pasien
juga mengeluhkan gigi tersebut mengganggu penampilannya. dari hasil anamnesa pasien, gigi
depan kiri atas berlubang sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah mengeluhkan
rasa sakit dan juga tidak pernah mengalami pembengkakan pada gigi tersebut. Pasien tidak
pernah merasakan rasa sakit yang spontan pada giginya. Namun sekitar kurang lebih 2 bulan
yang lalu pasien mengeluhkan rasa sakit ketika pasien mengkonsumsi minuman dingin, rasa
sakit terasa linu sesaat hanya berlangsung sekitar 3 detik kemudian hilang setelah berhenti
meminum minuman dingin tersebut. Hingga sekarang pasien belum pernah mengobati gigi yang
berlubang tersebut, namun pasien pernah melakukan cabut gigi pada gigi 15 karena gigi tersebut
sisa akar. Ketika ditanya mengenai kesehatan umum yang berkaitan dengan penyakit sistemik
yang dideritanya misalkan seperti diabetes yang dapat dilihat dari tanda-tanda poliuri (sering
buang air kecil), polydipsia (sering haus) dan polifagia (sering merasa lapar), Pasien menjawab
tidak. Kemudian keterkaitan dengan penyakit jantung misalnya dapat dilihat dari tanda-tanda
adanya nyeri dada, pasien juga menjawab tidak. Pasien juga tidak terlihat lemas ataupun lesu, hal
ini dapat disimpulkan pasien tidak mengalami anemia. Pasien juga ditanyai mengenai obat-
obatan yang pernah dikonsumsi, apasaja jenis obatnya, berapa lama mengkonsumsi obat tersebut,
apakah pernah timbul gejala seperti bentol ataupun bercak merah setelah mengkonsumsi obat
tertentu, Pasien menjawab tidak pernah mengalami bentol ataupun bercak merah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki kelainan sistemik dan tidak mempunyai alergi
terhadap obat. Selain itu pasien juga diberi pertanyaan mengenai kebiasaan buruk yang
dilakukan terutama yang berhubungan dengan keadaan rongga mulut seperti lip biting, tongue
thrusting, thumb sucking (tanda pada rongga mulut dapat terlihat adanya gigi anterior rahang atas
lebih protrusi, palatum sempit dan dalam), bruxism (tanda klinisnya yaitu terjadinya atrisi pada
gigi posterior), mengunyah sebagian (tanda klinis yaitu terdapat calculus pada sebagian regio).
Pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan buruk, juga tidak ada riwayat penyakit dari keluarga.

Pemeriksaan dilanjutkan mengenai keadaaan umum pasien. Kondisi fisik pasien baik,
pasien tidak lemas, lesu, pusing dsb. Tanda tanda vital tidak dilakukan pemeriksaan karena
terlihat kondisi pasien yang terlihat sehat dan baik. Pemeriksaan ektra oral melliputi wajah,
kepala dan leher, kelenjar limfe, kelenjar saliva dan sendi temporomandibula. Pemeriksaan wajah
pasien, operator berada di depan pasien melihat apakah ada asimetri pada wajah pasien, hasil
pemeriksaan wajah pasien simetri. Pemeriksaan kepala dan leher pasien juga normal, tidak
terjadi kelainan bentuk kepala maupun pembengkakan pada leher. Selanjutnya pemeriksaan
kelenjar limfe, kelenjar limfe yang diperiksa yaitu kelenjar limfe submandibular, operator berada
dibelakang kanan pasien dan melakukan palpasi daerah disekitar sub mandibular dibawah kedua
sisi rahang, yaitu bagian media dari badan mandibular. Pasien diinstruksikan menoleh (ke kiri
untuk memeriksa limfonodi kanan dan menoleh ke kanan untuk memeriksa limfonodi kiri). Pada
pemeriksaan palpasi kelenjar limfe submandibular tidak teraba, berarti kelnjar limfe
submandibular normal. Pemeriksaan kelenjar saliva normal dan tidak terdapat pembengkakan.
Kemudian pemeriksaan sendi temporo mandibular, operator berada di belakang pasien dengan
posisi kedua jari diletakkan 2mm depan meatus acusticus externus kemudian pasien
diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan pergerakan mandibular dan apakah terdapat bunyi kliking atau krepitasi.
Pemeriksaan pada pergerakan sendi temporo mandibular didapatkan hasil yang normal, dimana
pergerakan diskus artikularis terhadap fossa mandibular tidak terdapat hambatan dan tidak ada
bunyi.

Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengetahui keadaan didalam rongga mulut
meliputi gigi, mukosa rongga mulut, lidah, dan gingiva. Pemeriksaan intra oral diawali dengan
pengisian odontogram, odontogram adalah suatu gambar peta mengenai keadaan gigi di dalam
mulut yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Rekam Medik Kedokteran Gigi. Dari
odontogram dapat terlihat gigi yang mengalami karies, pada pasien terdapat karies kelas I pada
gigi 17,36,46,47 dan 48, kemudian gigi 15 hilang karena ekstraksi, gigi 12 dan 22 hilang tetapi
tidak diketahui (non) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang radiografi dan juga dicurigai
bahwa gigi yang dikeluhkan pasien adalah gigi sulung karena terlihat ukuran dan space gigi yang
kecil sehingga perlu dilakukan pemeriksaan radiografi, gigi 62 tidak tanggal dan terdapat karies
kelas IV . Tidak terdapat restorasi apapun dalam rongga mulut. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan gigi 62 dan jaringan periodontal, pada gigi 62 kedalaman karies dikategorikan
karies media dimana karies sudah melibatkan dentin, karies juga melibatkan hampir 2/3 mahkota
gigi 62 sehingga hanya tersisa 1/3 mahkota gigi. Selanjutnya dilakukan tes termal untuk
mengetahui keadaan gigi tersebut vital atau non vital, dilakukan tes dingin dengan menggunakan
cotton pallet yang disemprotkan chloretil hingga timbul bunga es, sebelum diletakkan pada gigi,
gigi 62 harus dikeringkan dari saliva dengan menggunakan tampon atau cotton roll agar tes
dingin mendapatkan hasil yang benar. Setelah dikeringkan, cotton palet yang sudah diberi
chloretil diletakkan pada 1/3 servikal gigi atau pada kavitas. Hasil tes dingin positif, dimana
pasien langsung merespon rasa sakit ketika cotton palet disentuhkan pada 1/3 servikal gigi, hal
tersebut menandakan bahwa gigi masih vital. Karena gigi masih merespon sehingga menandakan
gigi masih vital, tidak dilakukan tes vitalitester dengan EPT (electric pulp test), tes kavitas
karena pasti akan terasa sakit apabila gigi masih vital, tes jarum miller bertujuan untuk
mengetahui kedalaman karies apabila telah terjadi karies profunda perforasi dan gigi non vital.
Kemudian dilanjutkan tes perkusi, tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada
jariangan periodontal. Tes perkusi dapat dilakukan dengan mengetuk-ketukan handle kaca mulut
pada insisal atau oklussal pada gigi yang akan diperiksa, namun apabila mahkota gigi tidak ada
dan hanya terdapat sisa akar maka tes perkusi tidak dapat dilakukan. Hasil dari tes perkusi
negative, dimana pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit saat dilakukan tes perkusi sehingga
menandakan tidak adanya kelainan pada jaringan periodontalnya. Selanjutnya dilakukan tes
tekan, dengan cara menekankan hendle kaca mulut pada insisal atau oklusal gigi, tes ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada jaringan periapikal. Hasil dari tes tekan
negative, karena tidak adanya respon sakit atau nyeri pada pasien, sehingga menandakan tidak
ada kelainan pada jariangan periapikalnya. Pada gigi sisa akar juga tidak dapat dilakukan tes
tekan.

Keadaan rongga mulut juga dapat ditentukan dengan mengetahui OHI-S pasien. OHI-S
terdiri dari dua komponen yaitu Debris index-simplified (DI-S) dan Calculus Index-Simplified
(CI-S). Gigi yang diperiksa ada 6, dengan rincian 4 gigi diperiksa permukaan bukal atau facial
yaitu gigi 16, 11,26, dan 31. Kemudian 2 gigi diperiksa pada permukaan lingualnya yaitu 36 dan
46. DI-S diperiksa dari insisal atau oklusal hingga ke servical, sedangkan CI-S diperiksa dari
distal ke mesial. OHI-S adalah penjumlahan dari DI-S dan CI-S. Pada pasien didapatkan nilai
OHI-S sebesar 2,5 skala tersebu menurut Green and Vermillion tahun 1964 termasuk dalam
keadaan sedang.

Pemeriksaan jaringan periodontal, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan


dari jaringan periodontalnya dapat melalui cara visual, instrument dan palpasi. Cara visual
bertujuan untuk melihat warna, tekstur, ukuran dsb. Warna gingiva pasien normal yaitu coral
pink tidak ada warna kemerahan, teksturnya normal yaitu adanya stipling seperti kulit jeruk,
dapat dilihat dengan mengeringkan gingiva dengan tampon. Ukuran gingiva normal tidak adanya
pembesaran pada gingiva. Cara yang kedua yaitu dengan instrument dengan menggunakan
probe, bertujuan untuk mengetahui BOP dan probing dept. tes dengan menggunakan instrument
tidak dilakukan karena dari pemeriksaan visual didapatkan hasil normal tidak adanya inflamasi
dan tidak ada poket sehingga BOP dan PD tidak dilakukan. Kemudian dengan cara palpasi yaitu
dengan meraba gingiva yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan apakah muncul rasa
sakit saat palpasi. Hasil palpasi konsistensi gingiva normal yaitu kenyal, kemudian pasien tidak
mengeluhkan ada rasa sakit saat palpasi. Tidak ada supurasi, resesi gingiva dan kegoyangan pada
gigi karena tidak adanya poket.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan radiografi, pemeriksaan ini


sebagai pendukung dari pemeriksaan klinis dimana pada awal pemeriksaan dicurigai bahwa gigi
yang menjadi keluhan adalah gigi sulung. Terlihat dalam radiografi bahwa gigi yang menjadi
keluhan adalah memang gigi sulung yaitu gigi 62 dimana terlihat ukuran mahkota dan akar yang
kecil dan pendek. Juga terlihat bahwa benih gigi 22 tidak ada atau agenisi. Terlihat pada
radiograf bahwa karies telah mencapai dentin berarti karies tersebut merupakan karies media,
terlihat juga adanya resorbsi horizontal alveolar crest pada distal gigi 62, saluran akar normal
tidak ada resorbsi pada akar gigi 62, lamina dura terputus pada alveolar crest yang mengalami
resorbsi.

Diagnosis yang didapat dari hasil pemeriksaan baik dari anamnesa, pemeriksaan obyektif
dan pemeriksaan penunjang yaitu pada gigi 62 mengalami pulpitis reversible. Diagnosis tersebut
didukung bahwa pasien tidak pernah mengalami nyeri spontan, pasien mengalami nyeri hanya
pada saat diberi rangsangan seperti apabila minum minuman dingin, selain itu ditandai adanya
karies media. Pada tes dingin positif yang menunjukkan gigi masih vital dan pulpa masih sehat.
Pada tes perkusi dan tes tekan menghasilkan negative sehingga menandakan tidak ada kerusakan
hingga ke jaringan periodontal dan jaringan periapeksnya.

Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan seperti
karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontal yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah
faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik.
Aplikasi cairan dingin dan panas, dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus
ini dihilangkan, nyeri akan segera hilang

Prognosis ditetapkan setelah diagnosis dan sebelum rencana perawatan, prognosis juga
ditentukan berdasarkan informasi khusus tentang penyakit, cara perawatan, sikap dan kebiasaan
pasien. Pasien tidak memiliki kelainan sistemik, juga selama pemeriksaan pasien cukup
kooperatif dan mengikuti instruksi dari operator dengan baik, pasien juga menginginkan agar
gigi tersebut menjadi lebih baik sehingga tidak menganggu penampilannya, pasien juga tidak
memiliki kebiasaan buruk. Dilihat dari sikap pasien yang kooperatif dan menginginkan giginya
untuk diperbaiki maka dapat disimpulkan bahwa prognosisnya baik.
Rencana perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar gigi untuk
mempertahankan gigi. Pertimbangan untuk mempertahankan gigi sebagai unit fungsional dalam
jangka panjang yaitu keadaan jaringan gigi yang tersisa , posisi gigi, fungsi gigi, dan estetika.
Selain itu kondisi jaringan periodonsium harus masih baik agar dapat menentukan jenis restorasi
akhir yang akan dibuat. Pada pasien terlihat bahwa gigi 62 terlihat masih baik, akar tidak
mengalami resorbsi,saluran akar masih lebar, jaringan periodontal juga masih baik dengan tidak
adanya pelebaran jaringan periodontal, lamina dura juga tidak terputus. Kemudian pada mahkota
yang hanya tersisa sedikit yaitu sekitar 1/3 dapat dilanjutkan perawatan dengan mahkota pasak.
Fungsi pasak ini untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan tekanan yang diterima gigi
merata ke sepanjang akar.
Perawatan saluran akar yang dilakukan adalah pulpektomi devital. Pulpektomi devital adalah
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar yang terlebih dahulu
dimatikan dengan bahan devitalisasi. Karena gigi 62 pada pasien masih vital perlu dilakukan
devitalisasi, sehigga pulpa di non vitalkan dengan menggunakan bahan yaitu paraformaldehid
dan ditumpat sementara. Kunjungan kedua 7-10 hari tambalan sementara dibuka dilanjutkan
dengan instrument saluran akar untuk membersihkan saluran akar, kemudian diirigasi dengan
H2O2 3% dan keringkan dengan kapas, lalu diberi obat antibakteri formokresol atau CHKM dan
ditambal sementara. Kunjungan ketiga tambalan sementara di buka jika tidak ada tanda-tanda
infeksi dapat dilakukan pengisian saluran akar. Setelah perawatan saluran akar selesai
dilanjutkan dengan pembuatan mahkota pasak, mahkota pasak yang dipilih yaitu mahkota pasak
Richmond. Mahkota pasak richmond merupakan mahkota pasak yang terbuat dari porselen
dengan facing dari porselen dan backing logam dimana inti dengan mahkota menjadi satu,
mahkota pasak ini digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan besar, misalnya GTC
dengan empat insisvus hilang.

Anda mungkin juga menyukai