Anda di halaman 1dari 6

Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi
diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang berupa risiko ataupun efek.
Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari tentang kejadian dan
distribusi penyakit. Distribusi penyakit dikelompokkan menurut faktor orang (who), tempat
(where), dan waktu (when).
Karakteristik orang dapat dibedakan lagi menjadi faktor usia, jenis kelamin, golongan etnik,
status perkawinan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan agama. Tujuan dari epidemiologi
deskriptif ialah untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang. Faktor usia merupakan
variable yang harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Faktor usia berhubungan
dengan rasio morbiditas dan rasio mortalitas dari suatu populasi. Hubungan faktor usia
dengan mortalitas secara umum dapat dikatakan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor penyebab
penyakit, pengalaman terpapar penyakit, pekerjaan, kebiasaan hidup, dan adanya perubahan
dalam kekebalan tubuh. Sedangkan hubungan faktor usia dengan morbiditas terletak pada
frekuensi penyakit, dan berat-ringannya suatu penyakit. Selain berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas suatu penyakit, faktor usia juga berhubungan dengan tipe,
kegawatan, dan bentuk klinis dari suatu penyakit.
Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi distribusi masalah kesehatan. Beberapa penyakit
dilihat dari frekuensinya dapat berbeda antara pria dan wanita. Hal ini dipengaruhi oleh
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika, dan kondisi fisiologis. Contoh penyakit yang
hanya menyerang wanita : karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista
ovarii, dan adneksitis. Contoh penyakit yang hanya menyerang pria : karsinoma penis, orsitis,
hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
Faktor golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki
kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan etnik dibedakan atas
ras, dan etnik atau suku bangsa. Pengelompokan menurut ras lebih didasarkan pada warna
kulit dan bentuk tubuh. Dikenal 3 ras utama, yakni caucasoid, negroid, dan mongoloid.
Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan dengan ras yaitu sicle cell
anemia. Sedangkan pengelompokan dalam suku bangsa (etnik) didasarkan pada tempat
tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi, maupun susunan
makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan
oleh hal-hal tersebut. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit malaria ataupun
filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.
2. Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis hubungan antar
fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar efek,
terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan terhadap
fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa intervensi peneliti.
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan
sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).

Pada penelitian kohort dilakukan perbandingan antara kelompok terpapar dengan kelompok
tidak terpapar kemudian dilihat akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau period time approach. Karena faktor
risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang ingin dilihat adalah efeknya, maka penelitian ini
desebut penelitian prospektif, yaitu melihat kedepan kejadian yang berhubungan dengan
kesakitan.
Penelitian diawali dengan kelompok yang terpapar faktor resiko dan kelompok yang tak
terpapar faktor resiko selanjutnya diikuti dalam jangka waktu yang ditentukan kemudian
dievaluasi timbulnya penyakit atau tidak timbul penyakit pada kedua kelompok. Penelitian ini
disebut juga incidence study karena dengan penelitian ini diperoleh insiden suatu penyakit
(Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort, juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari sejumlah
kelompok orang (kohort) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup
berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian potensial penyakit atau outcome. Kelompokkelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari
penyakit) tetapi memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan
insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohort. Ciri-ciri lainnya
dari studi kohort adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi dari masing-masing
kelompok studi (Kuntoro, H. 2006.).
Ada beberapa kelebihan dalam studi kohort. Pertama, studi kohort dilakukan sesuai dengan
logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan
menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti
dapat menghitung laju insidensi. Ketiga, studi kohort sesuai untuk meneliti paparan yang
langka (misalnya faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohort memungkinkan peneliti
mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi kohort
prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status
paparan adalah kecil, sebab penyakit yang diteliti belum terjadi. Keenam, karena bersifat
observasional, maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan
terapi yang bermanfaat (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan studi kohort
prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol
atau studi kohort retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari
penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar atau prevalensi penyakit pada kelompok
terpapar cukup tinggi. Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat,
karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi
kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk
penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung (Kuntoro, H. 2006.).
2) Studi kasus control / case control study / studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor
penyebab penyakit.
Pada penelitian kasus kontrol dilakukan perbandingan antara kelompok populasi yang
menderita penyakit dengan yang tidak menderita penyakit kemudian dicari faktor
penyebabnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau
period time approach. Karena yang diketahui adalah efek dan yang ingin dilihat adalah

faktor risiko maka sifat penelitian ini disebut penelitian retrospektif yaitu melihat kembali
kebelakang kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.
Penelitian diawali dengan penentuan kelompok disease dan kelompok non disease.
Selanjutnya di lacak kemungkinan adanya faktor resiko di masa lampau yang ada kaitannya
dengan timbulnya disease yang dipelajari. Dalam melacak adanya faktor resiko tentunya
ada kelemahannya yaitu bias karena individu diminta untuk mengingat tentang apa yang
pernah dialaminya dalam terpapar faktor resiko di masa lampau. Bias tersebut dikenal dengan
recall bias. Peluang bias lebih besar pada kelompok non disease dibandingkan kelompok
disease (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam
studi kasus kontrol, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk
dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan
kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan
menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang
dipelajari (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular
belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kelebihan studi kasus kontrol anatara lain,
relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak
menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun
penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah studi kasus
kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan logika eksperimen klasik.
Logika normal penelitian hubungan kausal paparan dan penyakit lazimnya diawali dengan
identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode tertentu untuk
melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang
sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahankelemahan yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparanpaparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik populasi
yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih berdasarkan status
penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit
(Kuntoro, H. 2006.).
3) Studi Cross Sectional Study / studi potong lintang / studi prevalensi atau survey yaitu
merupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek
dengan pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu waktu tertentu. Disebut juga
penelitian transversal karena model yang digunakan adalah Point time Approach.
Pendekatan suatu saat bukan dimaksudkan semua subyek diamati pada saat yang sama
melainkan tiap subyek hanya diamati satu kali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu
karakter atau variabel pada saat pemeriksaan.
Penelitian ini disebut juga prevalence study karena dari penelitian ini diperoleh prevalensi
suatu penyakit. Penelitian ini disebut juga correlational study karena bisa digunakan untuk
mengukur kuatnya hubungan antara faktor resiko dengan penyakit. Dikatakan crosssectional study karena faktor resiko dan penyakit diamati pada waktu yang bersamaan.
Penelitian ini tidak bisa digunakan untuk membuktikan hubungan sebab akibat (Kuntoro, H.
2006.).

Cross-sectional studi ini adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan
studi ini adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya
pada populasi sasaran (Kuntoro, H. 2006.).
Kelebihan studi belah lintang ialah mudah untuk dilakukan dan murah, sebab tidak
memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian sekadar mendeskripsikan distribusi penyakit
dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi potong lintang adalah rancangan
studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, studi belah-lintang
tak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan
faktor resiko (Kuntoro, H. 2006.).
Kelemahan studi belah-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas penilaian hubungan kausal
yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus
mendahului penyakit) sulit untuk dipenuhi pada studi ini (Kuntoro, H. 2006.).
b. Eksperimental atau penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dilakukan
terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat,
kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok.
Penelitian dapat melakukan manipulasi / mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and
effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit
maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
1) Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah eksperimen
epidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati.
Subjek dalam populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok
kontrol, dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok.
Hasil yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan penyakit baru
atau sembuh dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk mendapatkan perawatan
baru atau perawatan yang telah ada, dan kita mengikuti subjek dalam setiap grup untuk
mengetahui seberapa banyak subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang
dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan
outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih baik
pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada.
Randomized trial dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan. Cara ini dipakai untuk
mengevaluasi obat-obatan baru dan perawatan lain tentang penyakit, termasuk test teknologi
kesehatan dan perawatan medis yang baru. Juga bisa digunakan untuk memperkirakan
program yang baru untuk skrining dan deteksi dini, atau cara baru mengatur dan
mengantarkan jasa kesehatan.
2) Field Trial / Eksperimen Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan individuindividu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif, rancangan ini

diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah
subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti menentukan dengan sengaja
alokasi faktor penelitian kepada kelompok-kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian
dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam populasi
rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar pula.
Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus mengunjungi subyek penelitian di
lapangan. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan
dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya yang ekstra.
3) Community Trial / Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan
kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak
mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu.
Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah
karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium
florida pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh komunitas
(Newburgh). Komunitas lainnya (Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa
suplementasi fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik
secara statistik maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan gigi
masyarakat.
Perbedaan Penelitian Deskriptif dan Penelitian Analitik
Penelitian Epidemiologi Diskriptif
Hanya menjelaskan keadaan suatu masalah kesehatan (who, where, when)
Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data hanya pada suatu
kelompok masyarakat saja
Tidak bermaksud membuktikan suatu hipotesa
Penelitian Epidemiologi Analitik
Juga menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan timbul di masyarakat (why)
Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data dilakukan terhadap dua
kelompok masyarakat
Bermaksud membuktikan suatu hipotesa

LO no 2
syarat-syarat terpenting dalam pengambilan sampel adalah: (1) sampel harus mewakili
populasi (representatif) mencerminkan sifat-sifat atau ciri-ciri populasi semaksimal mungkin;
(2) sampel harus dapat menentukan presisi, tingkat ketepatan, kesalahan baku (standar eror)
yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang diperoleh
dari populasi, dengan syarat kedua metode dilaksanakan sama; (3) pengambilan sampel harus
sederhana, mudah dilaksanakan; (4) pengambilan sampel harus dapat memberi banyak
keterangan dengan biaya minimal. (soegeng dalam tahir, 2011:38)
(Tahir, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan..)
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang
menentukan representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut.
Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat menjaga
kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung kepada sifat
populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung pada faktor variabilitas
populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang
dibutuhkan, dan sebaliknya.
Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil yang akurat
dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat hubungan, semakin besar
sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan tentang
populasi.
Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan logistik
penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi besarnya sampel yang
digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel bersifat
bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas. Pemilihan sampel
dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan bias. Sebagai contoh:
untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan penghasilan rata-rata perbulan
yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke atas dengan subyektiviatas peneliti yang
ingin menunjukkan bahwa masyarakat di daerah X telah mencapai kesejahteraan yang baik.
Bias juga dapat terjadi karena seleksi yang keliru.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan
meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan presisi yang
tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel.
Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Step 1-5 Skenario 2
    Step 1-5 Skenario 2
    Dokumen21 halaman
    Step 1-5 Skenario 2
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen2 halaman
    KUESIONER
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Lo Nomer 3
    Lo Nomer 3
    Dokumen8 halaman
    Lo Nomer 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • OM SK 3
    OM SK 3
    Dokumen1 halaman
    OM SK 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • BM Lo
    BM Lo
    Dokumen2 halaman
    BM Lo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • DRG Dwi Warna
    DRG Dwi Warna
    Dokumen33 halaman
    DRG Dwi Warna
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Fluoride
    Fluoride
    Dokumen28 halaman
    Fluoride
    LarasatiPuspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Pulpek Vital
    Pulpek Vital
    Dokumen4 halaman
    Pulpek Vital
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • BM Lo
    BM Lo
    Dokumen2 halaman
    BM Lo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • PERILAKU Sehat
    PERILAKU Sehat
    Dokumen13 halaman
    PERILAKU Sehat
    Arum Kartika Dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover + Daftar Isi
    Cover + Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Cover + Daftar Isi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen27 halaman
    Anestesi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Indikasi
    Indikasi
    Dokumen9 halaman
    Indikasi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Dasar Filsafat
    Dasar Filsafat
    Dokumen2 halaman
    Dasar Filsafat
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pencabutan Gigi Anak
    Pencabutan Gigi Anak
    Dokumen14 halaman
    Pencabutan Gigi Anak
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Dianita Sk6
    Dianita Sk6
    Dokumen4 halaman
    Dianita Sk6
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Skenario 4.2
    Skenario 4.2
    Dokumen1 halaman
    Skenario 4.2
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5 Stepn1-5
    Skenario 5 Stepn1-5
    Dokumen6 halaman
    Skenario 5 Stepn1-5
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Makalah Surveilans
    Makalah Surveilans
    Dokumen16 halaman
    Makalah Surveilans
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • OM SK 3
    OM SK 3
    Dokumen1 halaman
    OM SK 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pedo Skill Lab
    Pedo Skill Lab
    Dokumen2 halaman
    Pedo Skill Lab
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • DRG Zainul
    DRG Zainul
    Dokumen18 halaman
    DRG Zainul
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Nilai Dan Norma 098
    Nilai Dan Norma 098
    Dokumen34 halaman
    Nilai Dan Norma 098
    Eka Aprillia
    75% (8)
  • Obat & Manifestasinya Di RM
    Obat & Manifestasinya Di RM
    Dokumen16 halaman
    Obat & Manifestasinya Di RM
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • SK 3 Sistemik DM Kelompok 4
    SK 3 Sistemik DM Kelompok 4
    Dokumen32 halaman
    SK 3 Sistemik DM Kelompok 4
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pedo
    Pedo
    Dokumen3 halaman
    Pedo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ortho
    Laporan Ortho
    Dokumen31 halaman
    Laporan Ortho
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Macam-Macam Syok
    Macam-Macam Syok
    Dokumen22 halaman
    Macam-Macam Syok
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Dokumen18 halaman
    Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat