a. Gangguan perdarahan
Tabel 1. Perawatan Medis pada Penderita Gangguan Perdarahan
Jenis Penyakit Defek Tindakan Medis
Von Willebrands disease Defisiensi atau DDAVP, EACA,
kelainan vWF yang mengganti faktor VIII
menyebabkan yang dirusak oleh vWF
kerusakan adhesi
platelet, defisiensi
faktor VIII
Hemofilia A Defisiensi atau defek DDAVP, EACA, faktor
pada faktor VIII VIII; porcine faktor VIII,
PCC, aPCC, faktor VIIa,
dan atau pemberian
steroids
Hemofilia B Defisiensi atau defek Pemberian faktor IX
pada faktor IX
Trombositopeni primer Platelet mengalami Pemberian prednisone,
kerusakan akibat IV gamma globulin; dan
proses autoimun platelet transfusion
Trombositopeni sekunder Defisiensi platelet yang Tranfusi platelet
Menyebabkan
terjadinya percepatan
destruksi platelet,
berkurangnya produksi
platelet, dan platelet
abnormal
Bernard-Soulier Defek genetik pada Tranfusi platelet
membran
platelet; tidak terdapat
glicoprotein Ib (GP-Ib)
yang menyebabkan
gangguan pada adhesi
platelet
Penyakit Liver Defek pada faktor Pemberian vitamin K,
koagulasi multipel pemberian terapi
pengganti hanya bila ada
perdarahan serius setelah
tindakan pembedahan
DIC Defek faktor koagulasi Pemberian heparin,
multipel yang cryoprecipitate atau
menimbulkan pemberian fresh frozen
degradasi fibrin dan plasma sebagai pengganti
fibrinogen fibrinogen, transfusi
sehingga terjadi platelet
fibrinolisis dan
trombositopeni
Hemofilia
Hemofilia adalah gangguan produksi faktor pembekuan yang
diturunkan, berasal dari bahasa Yunani, yaitu haima yang artinya darah dan
philein yang artinya mencintai atau suka. Walaupun sebenarnya maknanya
tidak sesuai, namun kata hemofilia tetap dipakai.
Hemofilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara x-
linked resesif berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit ini terjadi akibat kelainan sintesis salah satu faktor
pembekuan, dimana pada hemofilia A terjadi kekurangan F VIII
(Antihemophilic factor), sedangkan pada hemofilia B terjadi kekurangan F
IX (Christmas factor). Hemofilia A mencakup 80-85% dari keseluruhan
penderita hemofilia.
Secara klinis hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia ringan,
hemophilia sedang dan hemofilia berat berdasarkan derajat kekurangan
faktor pembekuan yang bersangkutan.
Manifestasi klinis hemofilia A serupa dengan hemofilia B yaitu
perdarahan yang sukar berhenti. Secara klinis hemofilia dapat dibagi
menjadi hemofilia ringan (konsentrasi FVIII dan F IX 0.05-0.4 IU/mL atau
5-40%), hemofilia sedang (konsentrasi FVIII dan F IX 0.01-0.5 IU/mL
atau 1-5%) dan hemofilia berat (konsentrasi FVIII dan F IX di bawah 0.01
IU/mL atau di bawah 1%)
Pada penderita hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan
perdarahan terjadi setelah trauma berat atau operasi,. Pada hemofilia
sedang, perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan.
Sedangkan pada hemofilia berat perdarahan spontan sering terjadi dengan
perdarahan ke dalam sendi, otot dan organ dalam.
b. Infark Miokard
- Definisi
Infark miokard adalah akibat dari cedera iskemik berkepanjangan
pada jantung. Alasan yang paling sering bagi seseorang yang terkena
infark miokard adalah penyakit arteri koroner progresif sekunder akibat
aterosklerosis.
- Gejala
Pasien biasanya mendapat nyeri dada berat pada area substernal atau
prekordial kiri. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri atau ke rahang dan bisa
berhubungan dengan nafas pendek, palpitasi, mual atau muntah. Nyeri
biasanya mirip dengan angina namun lebih panjang dan lama.
- Komplikasi
Komplikasinya termasuk artimia dan gagal jantung kongestif.
Komplikasi bergantung pada sejauh mana infark miokard. Pasien dengan
infark kecil biasanya sembuh dengan morbiditas minimal. Pasien dengan
area cedera luas lebih mungkin menderita gagal jantung dan aritmia yang
membahayakan-jiwa.
- Perhatian Bagi Dokter Gigi Dalam Menangani Pasien dengan Infark
Miokard
Perhatian utama adalah gangguan iskemik jantung atau timbulnya
aritmia selama prosedur gigi. Resiko ini lebih mungkin terjadi semakin
dekat dalam waktu prosedur gigi ke infark miokard. Resiko ini juga
meningkat dengan peningkatan kompleksitas prosedur gigi dan dengan
penggunaan vasokonstriktor pada anestesi lokal.
- Resiko Pada Pasien dengan Riwayat Infark Miokard
Resiko tertinggi selama 6 bulan pertama setelah infark miokard
Resiko menengah selama periode 6-12 bulan setelah infark miokard
Resiko terendah setelah 12 bulan
c. Clubbing finger
d. Epilepsi
Epilepsi adalah istilah yang menggambarkan sekelompok gangguan yang
ditandai dengan kronis, berulang, paroxysmal perubahan dalam fungsi
neurologis yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di dalam otak.
Kejang dapat disertai dengan manifestasi motorik atau diwujudkan oleh
sensorik, kognitif atau emosional perubahan fungsi neurologis.
Epilepsi terbagi atas dua bentuk yang umum, yaitu:
a. Grand mal
Biasanya mengakibatkan kekejangan dengan hilangnya koordinasi.
b. Petit mal
Mengakibatkan hilangnya kesadaran tetapi tanpa kekejangan dan
kehilangan kontrol yang nyata. Pasien dalam keadaan berdiri, bahkan
tidak akan kehilangan keseimbangan, hanya kelihatan memeiliki
ekspresi kosong selama beberapa saat.
Kedua bentuk epilepsi ini umumnya berakhir dengan sendirinya dan yang
dibutuhkan hanyalah menunggu sampai kesadaran muncul kembali.
Tanda-tanda Klinis :
a. Hilangnya kesadaran petit mal
b. Kontraksi otot-otot secara umum (tahap kronis)
c. Kejang-kejang tubuh yang tidak dapat dikontrol (tahap kronis)grand mal
d. Interkontinen
Pencegahan serangan
a. Penderita epilepsi yang dikontrol dengan baik dapat dirawat sama seperti
pasien-pasien lain tanpa pencegahan yang khusus.
b. Edukasi mengenai perawatan yang dilakukan kepada pasien.
c. Mengkondisikan ruangan senyaman mungkin agar pasien tidak nervous,
karena nervous dapat memicu kambuhnya epilepsi.
d. Perawatan diberikan 90 menit setelah pasien makan.
e. Harus selalu menyedikan sendok atau handuk .
f. Jikan pasien sangat nervous, sebaiknya diberikan obat penenang tambahan
sebelum tiba di rumah sakit.
LO NOMER 4
Pasien dengan Gangguan Perdarahan
TINDAKAN PENCEGAHAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan bagi pasien kelainan
perdarahan pada prinsipnya sama dengan pasien normal, yaitu menyikat gigi
sehari dua kali dengan menggunakan pasta gigi dengan kandungan fluor 1
ppm untuk anak di bawah usia tujuh tahun dan 1,4 ppm untuk anak di atas
usia tujuh tahun, sikat gigi yang digunakan sebaiknya memiliki texture
medium, menggunakan alat-alat interdental seperti dental floss, tape, dan
sikat inter dental, pemberian tambahan fluor melalui cairan, tablet, aplikasi
topikal, obat kumur yang mengandung fluor, memakan makanan yang sehat
untuk gigi, mengkonsumsi pemanis buatan, dan mengunjungi dokter gigi
setiap tiga hingga enam bulan sekali.
PERAWATAN PERIODONTAL
Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya
perdarahan. Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa topical
antifibriolytic agents dapat merupakan cara dalam menghentikan perdarahan.
Pemakaian obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate dapat
menjaga kebersihan mulut. Pemberian penerangan secara lengkap bagi pasien
sebelum tindakan merupakan langkah awal yang baik, sehingga pasien akan
mengerti kemungkinan komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.
PEMAKAIAN GELIGI TIRUAN LEPASAN
Pasien dengan gangguan perdarahan dapat dianjurkan untuk
menggunakan geligi tiruan lepasan selama geligi tiruan itu nyaman dipakai.
Perawatan periodontal tetap perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi
yang masih ada.
PERAWATAN ORTODONTI
Pemakaian alat ortodonti lepasan dan cekat dapat dilakukan, namun tetap
diperhatikan kekuatan tekan yang akan mengenai gusi agar perdarahan tidak
terjadi. Menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan persyaratan utama
agar perdarahan spontan tidak terjadi.
PENUMPATAN
Pemakaian matrix dan wedges saat penambalan perlu diperhatikan
dengan benar.
Luka yang diakibatkan karena pemakaian yang salah dapat menjadi
masalah saat melakukan penumpatan.
ANESTESI DAN PENANGGULANGAN RASA SAKIT
Rasa sakit pada gigi dapat ditanggulangi dengan memberikan
parasetamol atau asetaminofen. Penggunaan aspirin harus dihindari oleh
karena dapat menjadi menimbulkan penghambatan agregasi platelet. Apabila
akan memberikan NSAID hendaknya melakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan ahli hematologi oleh karena golongan obat ini dapat menimbulkan
penghambatan agregasi platelet.
Anesthesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal, intra papilary,
dan intraligamen tidak memerlukan obat anti hemostatik namun anesthesi
dengan cara blok mandibula dan infiltrasi lingual harus diberikan anti
hemostatik.
DAFTAR PUSTAKA
Little, J. W., Falace, D. A., Miller, C. S., Rhodus, N. L. Dental management of the
medically compromised patient. 7th ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008 p. 396-
432.
Riyanti, Eriska. 2008. Gangguan Perdarahan pada Perawatan Gigi dan Mulut.
Bandung : FKG Universitas Padjajaran
Setiawan, Monica Widyawati.2011. Recent pharmacological management of oral
bleeding in hemophilic patient. Surabaya : Airlangga University Press