Anda di halaman 1dari 32

DIABETES MELITUS

Kelompok 4

Anggota :
Erlita Prestiandari - 141610101016
Aldiansyah Hakim - 141610101018
M. Sandy I. - 141610101026
Larasati P. - 141610101028
Anindhita V. - 141610101029
Azizah Safaatin 141610101033
An Nisaa Dejand - 141610101034
Qurratulaini Wahyu - 141610101035
Heni Jayanti - 141610101062

Skenario III
Seorang pasien perempuan, datang ke
dokter gigi dengan keluhan ; mulutnya
kering, bau mulut yang tidak enak, berat
badan menurun padahal sering makan,
cepat haus sehingga sering minum dan
pasien merasa cepat lelah dan ngantuk,
Pemeriksaan intra oral ; banyak gigi goyang
dan banyak karang gigi.

Step 1
1. Lelah
Lelah
adalah
suatu
keadaan
dimana
meningkatnya
rasa
ketidaknyamanan
tubuh
dalam
waktu yang berkepanjangan yang
karena suatu hal / pekerjaan
dengan ditandai adanya penurunan
kinerja produktivitas seseorang.

3. Karang gigi
Karang gigi atau kalkulus
merupakan
plak
yang
menumpuk dalam jangka
waktu yang lama dimana
plak itu terkalsifikasi pada
permukaan gigi.

2. Bau Mulut
Bau
mulut
atau
halitosis
merupakan aroma tidak sedap
yang bersumber dari bakteri atau
sisa makanan. Biasanya karena self
cleansing dalam rongga mulutnya
buruk.

4. Mulut Kering (Xerostomia)


menggambarkan
keadaan dalam rongga mulut
yang tidak dialiri saliva atau
aliran salivanya rendah.

5. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit
adanya gangguan metabolic dimana hormone
insulin yang dihasilkan oleh sel pancreas tidak
tereproduksi dengan baik, yang dapat
menyebabkan hiperglikemia atau kadar gula
dalam darah yang tinggi atau melebihi kadar
gula darah normal yaitu >200 mg/dl.

Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa hubungan antara diagnosis pada skenario dengan adanya


xerostomia?
Mengapa dapat terjadi halitosis pada pasien?
Mengapa berat badan mengalami penurunan padahal sering
makan?
Mengapa pasien cepat lelah?
Bagaimana hubungan turunnya berat badan dengan cepat haus
dan rasa cepat lelah?
Bagaimanakah hubungan diabetes mellitus dan gigi goyang?
Bagaimana hubungan terjadinya diabetes mellitus dengan
adanya karang gigi
yang banyak?

Step 3

1. Apa hubungan antara diagnosis pada


skenario dengan adanya xerostomia?
Gejala tersebut merupakan efek dari pada kadar
gula darah yang tinggi pada penderita DM.
Dimana hal itu akan mempengaruhi ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan. Air kemih banyak dikeluarkan untuk
mengencerkan glukosa yang berlebihan pada urin
dan tidak dapat disaring oleh ginjal, sehingga
penderita sering buang air kecil dalam jumlah
yang banyak.

Karena jumlah urin yang dikeluakan berlebihan


maka cairan tubuh yang dibutuhkan pun akan
berkurang, termasuk saliva dalam rongga mulut.
Dari akibat ini penderita merasa haus yang
berlebihan
Selain itu bisa disebabkan karena terjadinya
neuropati sebagai salah satu dampak dari
diabetes mellitus, dapat menyebabkan penurunan
refleks saraf otonom. Pengeluaran saliva sendiri di
kontrol oleh saraf otonom. Sehingga pengeluaran
dapat saliva terganggu.

2. Mengapa dapat terjadi halitosis pada


pasien ?
Penderita DM mengalami xerostomia, jumlah saliva
dalam mulut berkurang secara drastis. Sedangkan
saliva yang mempunyai peranan sebagai self
cleansing, juga tidak bisa maksimal.
Self cleansing yang buruk menyebabkan bakteri
mudah berkoloni pada gigi. Bakteri tersebut
memerlukan protein untuk kelangsungan hidupnya.
Pemecahan protein menghasilkan asam sulfida yang
mudah menguap dan menyebabkan timbulnya bau
yang tidak sedap.

3. Mengapa berat badan mengalami


penurunan padahal sering makan ?
Oleh karena pada diabetes mellitus terjadi defek sekresi insulin
(insulin kurang) maupun adanya gangguan kerja insulin
(resistensi insulin) mengakibatkan glukosa darah tidak dapat
masuk kedalam sel otot dan jaringan lemak.
Akibatnya
untuk
memperoleh
sumber
energi
untuk
kelangsungan hidup dan menjalankan fungsinya, maka otot
dan jaringan lemak akan memecahkan cadangan energi yang
terdapat dalam dirinya sendiri melalui proses glikogenolisis dan
lipolisis.
Proses glikogenolisis dan lipolisis yang berlangsung terus
menerus pada akhirnya menyebabkan massa otot dan jaringan
lemak akan berkurang dan terjadilah penurunan berat badan.

4. Mengapa pasien cepat lelah ?


Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel atau
tidak dapat menyebar secara rata pada sel
termasuk sel otot. Sedangkan otot memerlukan
glukosa untuk melakukan proses metabolisme
guna menghasilakan energi bagi tubuh. Karena
glukosa tidak dapat memerankan fungsi tersebut
maka otot kekurangan enegi dan menjadi lemah.
Saat otot tubuh lemah jika digunakan beraktivitas
sebentar saja maka akan mudah lelah

5. Bagaimana hubungan turunnya berat


badan dengan cepat haus dan cepat lelah ?
Untuk bagaimana terjadinya penurunan berat badan
dan rasa cepat lelah telah terjawab pada soal nomor 3
dan 4.
Sedangkan terjadinya rasa haus prosesnya hampir
sama dengan adanya xerostomia. Diawali dengan
peningkatan pengeluaran urin karena glukosa pada urin
yang berlebih kemudian cairan tubuh termasuk saliva
juga ikut menurun, sehingga tubuh akan dehidrasi dan
menyebabkan seseorang ingin minum terus menerus.

6. Bagaimanakah hubungan DM dan


gigi goyang ?
Salah satu perubahan pada saat diabetes yaitu terjadinya
angiopati, yaitu menebalnya pembuluh darah sehingga menjadi
sempit. Karena pembuluh darah sempit darah yang dialirkan juga
menjadi terbatas. Oksigen yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
mengalami penurunan begitu juga pada rongga mulut. Kondisi pada
rongga mulut menjadi anaerob.
Kemudian Bakteri meningkat dan menginvasi jaringan. Disertai
dengan kondisi saliva yang rendah maka dapat bakteri lebih mudah
masuk. Setelah itu bakteri akan melepaskan mediator kimia yang
dapat meningkatkan jumlah dari osteoklas dan menurunkan sel
osteoblas. Karena remodeling tulang tidak berimbang maka alveolar
akan teresopsi terus menerus dan menyebakan gigi goyang.

7. Bagaimana hubungan terjadinya


diabetes mellitus dengan banyaknya
karang gigi ?
Karena penderita diabetes mellitus jumlah
salivanya menurun maka self cleansing rongga
mulut ikut memburuk. Hal itu menyebabkan plak
akan terus menumpuk dan lama kelamaan akan
membentuk kalkulus.

Step 4

MAPPING
Diabetes
Mellitus

DM tipe I

Faktor
Metabolik

DM tipe
II

Faktor
Imunologik
Manifestasi
Oral

Faktor
Angiopati

Faktor
Neuropati

Step 5
1. Mampu mengetahui dan memahami
etiologi, gejala, klasifikasi,
diagnosis, dan patofisiologi dari
diabetes mellitus
2. Mampu mengetahui dan memahami
perubahan - perubahan yang terjadi
pada pasien diabetes mellitus
3. Mampu mengetahui dan memahami
manifestasi oral akibat diabetes

LO 1
(Etiologi)

Defek genetik fungsi sel beta pankreas,


Defek genetik fungsi insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Obat atau zat kimia
Infeksi
Usia
Obesitas
Gaya hidup yang tidaksehat (pola makan tinggi

Gejala DM
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba
banyak (Poli), yaitu:
1. Banyak makan (poliphagia)
2. Banyak minum (polidipsia)
3. Banyak kencing (poliuria).

2. Gejala Akut DM
1. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan
cepat (turun 5 10 kg dalam waktu 2-4 minggu).

3. Gejala Kronik DM
Kesemutan , Kulit terasa panas seperti
tertusuk-tusuk jarum, Rasa tebal di kulit,
Kram, Mudah mengantuk, Mata kabur,
Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita,
Gigi goyah mudah lepas, kemampuan
seksual menurun, impotensi. Para ibu hamil
sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan, atau
dengan berat lahir lebih dari 4 kg (Jhonson,
1998 ).

Diagnosis DM
Diagnosis DM ditegakkan denganpemeriksaan kadar
glukosa pada urin dan darah dari pembuluh darah
vena.
Seseorang didiagnosis menderita DM menurut PERKENI
2011, jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah
ini:
a. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma
sewaktu 200 mg/dL
b. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma
puasa 126 mg/dL
c. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) 200 mg/dL

Klasifikasi DM
Klasifikasi diabetes mellitus yang dianjurkan oleh PERKENI
(PerkumpulanEndokrinologi Indonesia) sesuai dengan anjuran
klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA) 1997
adalah sebagai berikut :
A. Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM))
Dalam tipe ini, tubuh tidak dapat memproduksi insulin, sehingga
terkadang perlu dilakukan suntik insulin. Bisa terjadi pada semua
umur, dan kebanyakan pada anak-anak sampai remaja.
B. Diabetes Melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM))
Disebabkan oleh kombinasi insufisiensi sel pankreas dan resistensi
insulin dalam jaringan, terutama didalam otot skeletal dan sel-sel

C. Diabetes Melitus tipe lain


Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang
jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan diabetes
mellitus.
D. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan)
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada
waktu
hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak
sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil
Klas III: Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati,
penyakit
pembuluh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.

Patofisiologi DM
A. Diabetes Mellitus Tipe 1
Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1,
antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface
antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase).
ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM
Tipe 1. Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya.
Keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe
1. ICCA tidak spesifik untuk sel-sel pulau Langerhans saja, tetapi juga
dapat dikenali oleh sel-sel lain yang terdapat di pulau Langerhans.
Di pankreas, ada : Sel-sel yg memproduksi insulin, sel-sel memproduksi
glukagon, sedangkan sel-sel memproduksi hormon somatostatin. Namun
demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif menghancurkan
sel-sel . Tingginya titer ICCA di dalam tubuh penderita DM Tipe 1 justru
merupakan respons terhadap kerusakan sel-sel yang terjadi, jadi lebih
merupakan akibat, bukan penyebab terjadinya kerusakan sel-sel pulau
Langerhans. Titer ICCA makin lama makin menurun sejalan dengan

Sama seperti ICCA, titer ICSA dan titer antibodi anti-GAD juga
makin menurun sejalan dengan lamanya waktu perjalanan
penyakit.
Destruksi otoimun dari sel-sel pulau Langerhans kelenjar
pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.
Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang menyertai DM Tipe 1.
Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel kelenjar pankreas pada
penderita DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada penderita
DM Tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh selsel pulau

Langerhans.
Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon,
namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi
glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal
ini memperparah kondisi hiperglikemia.

B. Diabetes Mellitus Tipe 2


. Patogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucosa production
(HGP) dan penurunan fungsi sel , yang akhirnya akan menuju
kerusakan total sel .
. Mula-mula timbul resistensi insulin kemudian disusul oleh
peningkatan sekresi insulin, untuk mengkompensasi (mengatasi
kekurangan) resistensi insulin agar kadar glukosa darah tetap
normal.
. Lama-kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompesasikan
resistensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi
sel beta semakin menurun saat itulah diagnosa diabetes
ditegakkan. Penurunan fungsi sel beta berlangsung secara
progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi
mengekresi insulin (ADA, 2007).

LO 2
(Perubahan - Perubahan yang Terjadi
pada Pasien DM)

Dalam keadaan diabetes mellitus yang memperparah


keadaan/menimbulkan adanya komplikasi adalah adanya Advanced
glycation end product (AGE) yang merupakan hasil dari perlekatan
glukosa ke gugus amino tanpa adanya enzim.

Pembentukan AGEs terjadi selama kelebihan kadar glukosa (Lamster et


al, 2008). AGE akan berikatan dengan reseptor monosit, limfosit, dan
makrofag. Interaksi AGE dengan reseptor tersebut pada sel inflamasi
menghasilkan peningkatan produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1
dan TNF-. Interaksi ini menyebabkan peningkatan IL-1 dan TNF-
dalam cairan krevikular gingiva pada penderita DM, dan memicu

Fungsi sel neutrofil, monosit, dan makrofag, berubah pada pen derita
diabetes. Perlekatan, kemotaksis dan fagositosis dari neutrofil terganggu.
Sehingga bakteri yang invasiv dan menyebabkan periodontitis tidak dapat
dihambat. Hal ini akan memicu kerusakan jaringan periodontal lebih parah
(Mealey, 2006). Kerusakan jaringan periodontal yang telah parah
mengakibatkan resorpsi tulang alveolar. Hal ini terjadi akibat adalanya
infeksi mikroorganisme yang tidak terkendali (Al-Emadi et al, 2006).

Diabetes mellitus juga dapat menimbulkan kerusakan pada sistem saraf


perifer. Gangguan yang ditimbulkan disebut neuropati diabetic. Adanya
neuropati ini akan mengakibatkan gangguan sekresi saliva dan menyabkan
terjadinya xerostomia atau mulut kering. Dengan adanya xerostomia maka
proses self cleansing di rongga mulut juga akan terganggu sehingga memicu
tumbuhnya jamur yang dapat menyebabkan oral candidiasis. Pertumbuhkan
mikroflora yang banyak di dalam rongga mulut didukung dengan keadaan
dengan pH yang rendah maka akan memicu adanya karies/lubang pada gigi.

LO 3
(Manifestasi Oral Akibat DM)
1.

Burning Mouth Syndrome


Biasanya muncul tanpa tanda-tanda klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat
kuat. Pada pasien dengan diabetes mellitus tidak terkontrol, faktor yang
menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar
saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya kelainan pada saraf akan
mendukung terjadinya gejala-gejala paraesthesias dan tingling, rasa sakit / terbakar
yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut.

2.

Gingivitis dan Periodontitis


Keadaan Hiperglikemia dan hiperlipidemia pada Diabetes Melitus mengakibatkan AGEs
yg merupakan perikatan protein lemak dan glukosa yang berlebih berinteraksi dengan
monosit dan makrofag di rongga mulut. Yang kemudian meningkatkan produksi sitokin
pro-inflamasi IL-1 dan TNF alpha di cairan sulkus gingiva, dimana juga terjadi inflamasi
oleh mikroflora periodontal disana yang seiring berjalannya waktu bisa mengakibatkan
gingivitis bahkan berlanjut ke periodontitis.

C.

Halitosis
Pada keadaan Hiperglikemia terjadi peningkatan produksi asetil-KoA oleh hati, yang pada
gilirannya diubah menjadi asam asetoasetat dan pada akhirnya direduksi menjadi asam hidroksibutirat atau mengalami dekarboksilasi menjadi aseton.
Pada kondisi normal, konsentrasi benda-benda keton relatif rendah karena insulin dapat
menstimulasi sintesis asam lemak dan menghambat lipolisis. Hanya dibutuhkan kadar insulin
yang kecil untuk menghambat lipolisis. Pada kondisi diabetes mellitus badan benda-benda
keton akan masuk ke pembuluh darah dan sampai di gingival. Badan keton yang bercampur
dengan cairan krevikular gingival menyebabkan bau tidak sedap pada rongga mulut kita.

D.

Xerostomia
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut
terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan
kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya
rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi
ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Pada DM, salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil
sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah saliva berkurang
dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita untuk mengkonsumsi buah yang
asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk mengeluarkan air liur.

E. Dental Caries
Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan
waktu. Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya
dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran
cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.
Pada penderita Diabetes Melitus , aliran saliva berkurang sehingga makanan melekat
pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan
karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak
langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi.
F. . Oral thrush / Oral candida
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh
jamur,
sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita DM kronis dimana
tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat
mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur
candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.

Anda mungkin juga menyukai

  • Step 1-5 Skenario 2
    Step 1-5 Skenario 2
    Dokumen21 halaman
    Step 1-5 Skenario 2
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen2 halaman
    KUESIONER
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Lo Nomer 3
    Lo Nomer 3
    Dokumen8 halaman
    Lo Nomer 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • OM SK 3
    OM SK 3
    Dokumen1 halaman
    OM SK 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • BM Lo
    BM Lo
    Dokumen2 halaman
    BM Lo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • DRG Dwi Warna
    DRG Dwi Warna
    Dokumen33 halaman
    DRG Dwi Warna
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Fluoride
    Fluoride
    Dokumen28 halaman
    Fluoride
    LarasatiPuspitaningrum
    Belum ada peringkat
  • Pulpek Vital
    Pulpek Vital
    Dokumen4 halaman
    Pulpek Vital
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pedo Skill Lab
    Pedo Skill Lab
    Dokumen2 halaman
    Pedo Skill Lab
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • PERILAKU Sehat
    PERILAKU Sehat
    Dokumen13 halaman
    PERILAKU Sehat
    Arum Kartika Dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover + Daftar Isi
    Cover + Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Cover + Daftar Isi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen27 halaman
    Anestesi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Indikasi
    Indikasi
    Dokumen9 halaman
    Indikasi
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Dasar Filsafat
    Dasar Filsafat
    Dokumen2 halaman
    Dasar Filsafat
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pencabutan Gigi Anak
    Pencabutan Gigi Anak
    Dokumen14 halaman
    Pencabutan Gigi Anak
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Dianita Sk6
    Dianita Sk6
    Dokumen4 halaman
    Dianita Sk6
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Skenario 4.2
    Skenario 4.2
    Dokumen1 halaman
    Skenario 4.2
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • DRG Zainul
    DRG Zainul
    Dokumen18 halaman
    DRG Zainul
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Makalah Surveilans
    Makalah Surveilans
    Dokumen16 halaman
    Makalah Surveilans
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Nilai Dan Norma 098
    Nilai Dan Norma 098
    Dokumen34 halaman
    Nilai Dan Norma 098
    Eka Aprillia
    75% (8)
  • Skenario 5 Stepn1-5
    Skenario 5 Stepn1-5
    Dokumen6 halaman
    Skenario 5 Stepn1-5
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Sampling
    Sampling
    Dokumen6 halaman
    Sampling
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • BM Lo
    BM Lo
    Dokumen2 halaman
    BM Lo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Macam-Macam Syok
    Macam-Macam Syok
    Dokumen22 halaman
    Macam-Macam Syok
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Dokumen18 halaman
    Hubungan Kehamilan Dan Penyakit Periodontal
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • OM SK 3
    OM SK 3
    Dokumen1 halaman
    OM SK 3
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Pedo
    Pedo
    Dokumen3 halaman
    Pedo
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ortho
    Laporan Ortho
    Dokumen31 halaman
    Laporan Ortho
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat
  • Obat & Manifestasinya Di RM
    Obat & Manifestasinya Di RM
    Dokumen16 halaman
    Obat & Manifestasinya Di RM
    Dianita Rahma
    Belum ada peringkat