Anda di halaman 1dari 19

Home

Buku Tamu

Informasi Obat

Tentang Saya

Pharmacist Zone
Because I'm a Pharmacist!!!
Feeds:
Posts
Comments
Farmakoterapi pada Depresi
Infeksi Susunan Saraf Pusat

Aseptik Dipensing
November 27, 2011 by fathelvi
Penyiapan produk dengan prinsip teknik aseptic yang tepat dan berkualitas. berkualitas artinya
tepat dan aman. adanya aseptic dispensing menjamin produk parentral bebas dari kontaminasi
mikroba/ tidak mengandung mikroorganisme.
Teknik aseptic harus MENJAMIN sedian steril farmasi itu : TEPAT& AMAN (bebas
kontaminasi mikroba)
suatu keadaan dimana suatu produk/sediaan dirancangSterilisasi aman dan steril, bebas dari
mikroorganisme hidup (artinya semua mikroorganisme hidup itu mati)
suatu proses dimana kontaminasi mikroba dikurangi sampai tingkatan tertentuAseptic
Jenis-jenis sterilisasi :
1. Secara fisika
Panas kering
Menggunakan oven, untuk zat-zat yang tidak bisa dengan panas basah. Seperti minyak-

minyakan, serbuk yang tidak mungkin diuapkan, dan lain sebagainya. Metodenya dengan
menghilangkan kelembaban dari mikroorganisme hidup sehingga organism hidup mengalami
kerusakan dan kematian.
Suhunya :
170 C (340 F) sampai 1 jam
160 C (320 F) sampai 2 jam
150 C (300 F) sampai 2,5 jam
140 C (285 F) sampai 3 jam
Panas kering juga dilakukan pada alat-alat yang TAHAN PADA SUHU DI ATAS!
Selain oven, juga dengan pemijaran langsung, minyak dan bahan penangas lainnya.
Panas basah
Menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0 C, tekanan 15 lbs selama 12 menit.
Ini banyak digunakan untuk alat-alat gelas, larutan-larutan,dan banyak dipakai dalam dunia
kesehatan.
Prinsipnya adalah dengan cara mendestruksi mikroorganisme dengan menggunakan uap jenuh
pada tekanan tinggi sehingga protein mikroba terkoagulasi.
Bisa jg dengan pemanasan mengunnakan bakterisid dan perebusan (tapi perebusan tidak
membunuh spora, jd dilakukan dlm keadaan darurat saja)
UV
Digunakan untuk steriliasi udara
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara dan
pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme
(germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7
nm
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan
mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan tertinggi
atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom
utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu
mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang
diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang
panjang.
2. Kimia
Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan
kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin,
riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur
dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi
dan menghancurkan sel
Gas : etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida,
kloropikrin

Cairan kimia : alkohol 70%, fenol 5%.


3. Radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel
sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka
terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang
elektromagnetik (sinar x, sinar ) dan arus partikel kecil (sinar dan )
Teknik Aseptik :
Teknik aseptic disiapkan untuk mencegah masuknya mikroorganisme hidup ke dalam komponen
steril.
Standar Aseptik Dispensing :
1. Ruangan steril yang terpisah
2. Laminar air flow atau clean classroom 100
3. System kualitas steril (adanya HEPA filter)
4. Biological Safety Cabinet
5. Adanya program jaminan mutu
Persyaratan untuk proses aseptic :
1. Fasilitas dan ruangan/ lingkungan udara yang bebas dari kontaminasi mikroba
bebas dari lalu lintas banyak orang
2. adanya tenaga yang terlatih
memahami konsep teknik aseptic dispensing
adanya pelatihan iv admixture
adanya pelatihan penyiapan obat sitostatika
adanya peltihan penyiapan TPN
ruangan steril :
service room/ruang pelayanan
ruang bersih (clean room)
ruang steril
prosedur ASEPTIS :
No Touch technic
Hindari keluar masuknya tangan begitu sering ke LAF
Hindari batuk selama di LAF
Hindari tumpahan cairan di LAF
Syarat petugas di ruang steril
Petugas yang sedang sakit TIDAK BOLEH bekerja di ruang steril
Petugas harus mengenakan pakaian steril, topi, sarung tangan, masker yang steril
Setiap kali memasuki ruang steril harus mencuci tangan dengan cairan aseptis
Prinsip pemberian obat parentral :
Untuk terapi
Untuk profilaksis
Untuk diagnosis

Teknik pemberian obat parenteral :


iv push
volumetric set
piggyback system
syringe pump system
indikasi pemberian secara IV
untuk menjamin tercapainya konsentrasi obat
dapat menggantikan sediaan yang tak tersedia secara oral
dapat digunakan pada pasien yang tidak sadarkan diri atau tidak kooperatif
dapat memudahkan untuk mengkoreksi/menghitung keseimbangan cairan dan elektrolit serta
nutrisi
menjamin kepatuhan terapi
lebih memudahkan memantau efek terapi dan konsentrasi puncak
untuk mencapai efek biologi yang tidak dapat tercapai dengan pemberian oral
komplikasi pemberian iv :
terjadinya bekuan darahthrombosis
adanya emboli udara bisa sampai ke jantungemboli udara
hipersensitifitas
terjadinya radang di tempat disuntikkannya ivphlebitis
adanya over dose obat dan cairan
infeksi sistemik, paling bahaya dan menakutkan! adanya sepsis
tanggung jawab farmasis dalam aseptic dispensing :
1. kebenaran zat-zat yang dikandung dalam suatu sediaan farmasi
2. kemurnian zat
3. kekuatan
4. sterilitas
5. wadah
6. label
7. tepat pasien
konsep pharmaceutical care dalam pelayanan aseptic dispensing :
perlu banyak keahlian dan kemampuan farmasi, merupakan bagian yang terintergasi dalam
pharmaceutical care, fungsi farmasis terlihat jelas di palayanan AD. Karena pentingnya (iv adm
dan TPN) maka perlu meyakinkan pihak RS untuk mengadakan layanan ini
Aseptic Dispensing meliputi :
iv admixture
penanganan sitostatika
TPN (total parenteral nutrition)
IV ADMIXTURE

iv admixture adalah : proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril,
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara intravena
iv admixture : dilakukan dengan teknik aseptic
Tujuan pelayanan iv admixture :
Untuk menjamin sediaan obat memiliki mutu dan sterilitas terjamin
Menghemat waktu perawat
Menunrunkan angka kejadian infeksi nosokomial
Ketepatan dosis
Penghematan biaya
Kegiatan iv admixture :
Melarutkan obat-obat serbuk kering steril
Menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe ataupun kantong infuse
Menyiapkan suntikan iv dalam beberapa vial ataupun beberapa ampul yang sama ke dalam
kantong infuse

Layanan farmasi Iv admixture :


Obat sitostatika
Nutrisi parentral
Antibiotika
Analgesic
Anti jamur
Antivirus
Dll
Penentuan prioritas terhadap pelayanan iv admixture :
Pasien-pasien dengan risiko infeksi terbesar
Immunosupressan
Transplantasi sum-sum
Neonatal premature/bayi premature (NICU)
Pasien ICU/ICCU
Pasien kanker
Nutrisi parenteral
Mengenali obat-obat yang berbahaya terhadap petugas : antiviral, sitosatika
Tipe pelayanan iv admixture :
Pelayanan luas (semua pelarutan, antibiotika, TPN, sitostatika, ICCU, NICU, ICU)
Pelayanan khusus (TPN 7hr/minggu dan sitostatika [jam kerja klinik])
Metode pemberian iv admixture :
Infuse berkelanjutan (diberikan dalam waktu lama, kecepatan pemberial sangat lambat,
menghindari efek toksik, volumenya besar, efek terapinya lama, obatnya stabil)
Infuse intermitten ( menggantikan obat dengan volume besar dengan volume kecil yang sudah
mengandung obat, kira-kira 30 menit)

Penambahan via tube drip (obat dalam syringe dimasukan dalam infuse set, lama pemberian
lebih singkat dibandingkan injeksi bolus ke dalam vena)
Label iv admixture :
Nama pasien, no MR, no ruangan
Nama obat dan jumlah yang ditambahkan
Nama obat dan jumlah larutan obat
Volume sediaan akhir larutan
Tanggal dan waktu pemberian
Kecepatan infuse rata-rata
Tanggal kadaluarsa
Petugas yang bertanggungjawab
Instruksi khusus
Dispensing :
jika disiapkan dan harus segera diberikan Dokter order utk 24 jam memang harus disimpan,
maka disimpan dalam lemari es sebaiknya selama 24jam
Jaminan Mutu :
1. Kalibrasi alat
2. Teknik dispensing
3. Label dan pencatatan order obat
4. Pemeriksaan selama transportasi : apakah ada yang pecah, tumpah, label terlepas
5. Penyimpanan : hindari dengan pembekuan, harus diperhatikan
6. Pemeriksaan komponen sebelum dispensing : diperhatikan label, tanggal kadaluarsa, ada
endapan atau tidak, tanggal kadaluarsa
Hal-hal yang harus diperhatikan :
sesuaikan dengan kondisi pasien dan usiaDosis lazim obat
pelarut yang sesuai dengan kondisi pasienPelarutan
apakah di lemari es atau tidakPenyimpanan
harus diperhatikan karena ED masing-masing konsentrasi itu bedaKadaluarsa
Prosedur yang harus dilakukan seorang farmasis dalam penyiapan iv admixture:
1. Cuci tangan sesuai prosedur dengan larutan aseptic
2. Mengenakan pakaian steril, topi, penutup sepatu, masker
3. Lewatkan semua obat dan alat melalui passbox
4. Mengenakan sarung tangan steril
5. Penyiapan alat
LAF di UV 30 menit
Siapkan semua obat dan alat yang dibutuhkan, susun dengan rapi di LAF
Periksa wadah,obat dan pelarut : endapan, warna, kadaluarsa, kebocoran
Cek obat : dosis, pelarut yang digunakan (jangan gunakan benzyl alcohol untuk bayi), cek label
obatnya, cek juga semua alat apakah sudah benar)
Swab smua permukaan alat dan LAF dengan alcohol 70 %
6. Pelaksanaan :

Ambil sejumlah obat yang dibutuhkan dengan teknik aseptic


Buang udara yang ada dalam spuit
Lepaskan kap plastic, swab dengan alcohol 70 %, masukan obat ke dalam spuit dengan
perlahan-lahan
Tutup cap kantong infuse dengan parafilm
Buang spuit bekas obat
7. Kemasan :
Larutan yang telah selesai diberi label
Dikeluarkan lewat passbox
(untuk kemudian) di recek oleh asst. apt, diberi klip plastic, lalu label luar, dan dikirim ke ruang
rawat)
8. Setelah selesai dikerjakan, swab kembali seluruh permukaan LAF dengan alcohol 70 %
9. LAF di UV 30 menit kembali
Kecepatan Pemberian iv :
PENTING untuk ditentukan. Karena BAHAYA jika terjadi endapan akibat pemberian iv yang
terlalu cepat!
Ketercampuran/Kompatibility :
Memahami sifat dasar obatnya gimana, konsentrasi obat, pH larutan obat, suhu, wadah obat
Risiko Pemberian iv admixture :
Infeksi akibat kontaminasi
Adanya pendarahan akibat pencabutan kateter
Adanya emboli udara yang sampai ke jantung
Adanya reaksi alergi karena efek obat yang cepat
Adanya ketidaktercampuran obat karena pencampuran beberapa obat yang inkompatibilitas
Pyrogen
Pecahnya pembuluh darah
Terlepasnya partikel obat dari wadah ataukaret penutup wadah
Phlebitis dan iritan vena
Penanganan Sitostatika
lebih lazim dikenal dengan kemoterapiSitostatika
Pengobatan kanker :
Pembedahan
Kemoterapi
Radiasi
dapat disembuhkan atau tidak dapat disembuhkan tergantung penyakit dan
penyebarannyaKanker
Kemoterapi : bisa menggunakan 1-2 bahkan 5-6 kombinasi
Obat-bat sitostatika :
diberikan dengan IV, jikaAlam (golongan vinkristin, vinca alkaloid) dengan IT dapat
kematian, jika dengan IC atau Im dapat menyebabkan iritasi

Vinkristin : Nefrotoksik, kekakuan/kram otot, gangguan gastrointestinal, trombositopenia,


anemia, leucopenia, ocular toksisitas (gangguan kebutaan), konstipasi, pendarahan, sesak nafas
Sintetis (alkylating agent, anti metabolit, antibiotika, hormone)
1. Antibiotika
Contohnya : Doxorubicin (sangat irritant!) sehingga menimbulkan sara sakit pada tempat
suntikan. Menyebabkan urine warna orange/merah, hindari kontak dengan matahari langsung,
INTERAKSI DENGAN OBAT-OBAT JANTUNG!
ESO doxorubicin : gangguan jantung, prurutis, hiperpigmentasi, alopecia, eritema, urtikaria,
somatitis. ESO tergantung dari dosis, lama paparan, riwayat penyakit, usia pasien, terapi yang
sedang dijalani
2. Alkylating agent
Contohnya : Cyclophosphamide
ESO : nefrotoksik. Dimetabolisme di HATI. Stabilitas 24 jam.
3. Antimetabolit
Contohnya : Methotrexate
Metabolisme : di hati, dosis tinggi harus dengan anti toksin folinic cid
Stabilitas : 24 jam
4. Hormone
Contohnya : estrogen, progesterone, tamoxifen untuk Ca Payudara, Ca Prostat, Ca serviks
ESO : osteoporosis, gangguan pertumbuhan
beresiko terekspose sitostatika!Paparan sitostatika : karena di RS umumnya disiapkan di ruang
rawat
Tereksposenya itu bisa jadi ketika penerimaan, penyimpanan, penyiapan, dispensing dan
pemberian obat
Rute terekspose biasanya :
Inhalasi
Injeksi
Tertelan (melalui makanan)
Absorbsi (melalui sarung tangan)
Kontak langsung (dengan ketidaksengajaan)
Akibat dari paparan sitostatika :
1. Efek langsung : toksik pada kulit, toksik pada mata, efek sistemik, reaksi alergi
2. Karsinogenik
3. Spermatoksik
4. Mutagenic
5. Teratogenik
Untuk menghindari bahaya sitostatika ini : harus ada penanganan obat sitostatika yaitu ;
Dilakukan diruang terpisah/ ruang khusus
Dilakukan oleh petugas yang terlatih
Ada SOP nya
Kebutuhan minimal penanganan sitostatika :
Menggunakan LAF atau BSC

LAF dan BSC ditempatkan di ruang cleanroom


Petugas memakai pakaian pelindung lengkap
Menggunakan teknik aspetik
Memiliki SOP
Memiliki petugas yang terlatih
Penanganan Sitostatika :
Alat untuk melindungi petugas
Area penyimpanan
Alat untuk menyiapkan obat sitostatika
Petugas yang terlatih
lokalisasiPenanganan terhadap tumpahan sitostatika
incinerator suhu 10000CPenanganan terhadap limbah
Transportasi
Pemeriksaan kesehatan petugas
Jaminan mutu
Jaminan mutu :
Monitoring/validasi petugas (seleksi, pendidikan, pelatihan)
Monitoring lingkungan
Dokumentasi kecelakaan
Tes produk akhir
Sampling
Jadwal pemeliaharaan
TPN (Total Parenteral Nutrition)
Gizi buruk berperan banget dalam proses penyembuhan, kekebalan, menurunnya respon
kemoterapi, penyembuhan luka yang lama, meningkatnya lama perawatan, meningkatkan angka
kematian
pemberian nutrisi melalui intravena untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi pasien yang
terkait dengan status kliniknyaTPN
Adanya malnutrisi : adanya ketidakseimbangan antara nutrisi karbihidrat, protein, energi dan
nutrisi lainnya yang berpengaruh terhadap respon tubuh, jaringan dan fungsi tubuh. Penyebabnya
adalah kurangnya asupan, meningkatnya kebutuhan nutrisi, kelainan system pencernaan,
gangguan metabolic nutrisi
Kondisi yang membuthkan tambahan nutrisi :
Pasien kanker, luka bakar, gangguan saluran pencernaan, operasi abdomen, trauma, gagal hati,
gagal ginjal, gagal nafas
Tujuan pemberian TPN :
Menjaga agar nutrisi pasien tercukupi dalam keadaan sakit
Menghindari komplikasi
Meningkatkan kualitas hidup

Menjaga fungsi organ


Peningkatkan penyembuhan
Peranan farmasis :
Absolute : penyediaan, penyimpanan, pemberian, quality control, stock
Potential : mengawasi order TPN, konsultan TPN, identifikasi interaksi TPN dengan obat,
identifikaso ESO TPN
Indikasi pemberian TPN :
Mengalami penurunan BB > 10 %
Mengalami gangguan fungsi pencernaan
Tidak ada asupan makanan oral selama 3-5 hari (dengan status gizi buruk)
sluruhnya diasup melalui parenteralTPN
dgn parentral juga, entral juga, oral jugaPartial PN
Efek samping TPN :
Infeksi
Dapat menginduksi kolestasis
Thrombosis
Hiperglikemia
Rasa haus
Gangguan jantung
Kejang
Demam
Mual
Gangguan pernafasan
Sumber Nutrisi Parentral :
Maknonutrien
umunya pake dexstrose (konsentrasiKH > 12 % harus dikasi secara sentral!)
KH asupan energinya hanya dalam waktu singkat (hati dan glikogen otot) hanya dalam waktu
beberapa jam
protein dan energi, protein di pecah jadi SO4, PO4 dan urea, serta H+Asam amino
simpanan yang lebih besar itu di lemak, energinya sampai 9 kcal/g glukosa Cuma 4
kcal/gLemak
Kebutuhan Energi : tgtg BB, TB, usia, factor aktivitas dan factor stress
NORMALNYA : 35 kcal/kg BB/hari (atau sekitar 1500-2000 kcal/hari)
Kalo udah stress, meningkat sampai 40 kcal/kg BB/hari
Perhitungan kebutuhan energi : pake rumus
Mikronutrien
Vitamin
Vitamin K ditambahan 1x seminggu
Untuk pemakaian jangka lama, esktra vit B12 dapat diberikan 3 bulan sekali
Mineral/ Trace elemen
Zn, Copper, Selenium, Manganese, iron, iodine

ditambahkan setiap pemberian TPNZn


Iron ditambahkan 1x seminggu
Selenium ditambahkan 1x sebulan
Elektrolit dan cairan
Elektrolit dan cairan : ekstra sel (20 % dari BB), intravaskule 3,5 liter
Osmolaritas plasma 290MOsm/kg
Na minimal 70mmol/hari (pada pasien ggn ginjal perlu lebih dari ini)
K=50 mmol/hari
Mg = 4 mmol/hari (butuh lebih banyak pada pasien dgn GIT
PO4 = perlu ditambahkan 4-5 mmol setiap 1000 kcal TPN, jika tidak, akan terjadi
hipoposfatemia selama 7-10 hari
Penyimpanan TPN :
1. Pada suhu 2-6 0C
2. Lemati Es harus rutin dikalibrasi
3. Zat2 yang mengandung lemak, tidak boleh disimpan di suhu ruangan

Uji Sterilitas Teknik Aseptik Pada Injeksi


7

1.
2.

Uji sterilitas pada teknik aseptik


Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan itu diedarkan ke pasaran.
Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut :
ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril. Tutup
wadah dan eramkan pada suhu 320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan
adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke dalam wadah akhir yang
steril.
Pembuatan larutan injeksi :
Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan :
Cara aseptik
Cara non-aseptik ( Nasteril )
1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang lainnya yang
diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu
dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara
aseptik.
Skema pembuatan secara aseptik :
Bahan obat
Alat untuk pembuatan
( gelas )

Zat pembawa
( steril )

Zat pembantu
( steril )


Dicuci

disterilkan

wadah ( ampul, vial )

Dicuci

Dilarutkan
( ruang steril )

disterilkan

Diisi

Ditutup kedap

Dikarantina

Diperiksa

Diberi etiket dan


dikemas

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).


Dilakukan sterilisasi akhir
Caranya :
bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring
hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan ke
dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya
disterilkan dengan cara yang cocok.
Skema pembuatan secara non-aseptik :
Bahan obat
Alat untuk pembuatan
( gelas )

Dicuci
wadah ( ampul, vial )

Dicuci

Diberi etiket dan


dikemas

1.
2.

Zat pembawa

Zat pembantu

Dilarutkan
( ruang steril )

Disaring

Diisi

Ditutup kedap

Disterilkan

Dikarantina

Diperiksa

E. Pemeriksaan
Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan
kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan kebocoran.
Pemeriksaan sterilitas.

3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan pirogenitas
Pemeriksaan kejernihan dan warna..
Pemeriksaan keseragaman bobot.
Pemeriksaan keseragaman volume.
Pemeriksaan 1 - 4 tersebut di atas disebut Pemeriksaan hasil akhir produksi.

1. Pemeriksaan kebocoran
Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan.
(i) Ampul :
disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang
bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi .
(ii) Vial :
setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1 %
yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke
dalam larutan injeksi tersebut.
b.

a.
b.
a.

b.

Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna
Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor, isinya
akan terisap keluar.

2. Pemeriksaan sterilitas
Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam
sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji
sterilitas, untuk zat-zat :
Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.
Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah enzym
Penicillinase.
Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:
i. Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai pembanding digunakan
Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.
ii. Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan memanaskan
pada suhu 1000 selama waktu yang diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai pembanding
digunakan Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus.
Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai perbenihan
asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans
Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak
terdapat pertumbuhan jasad renik.
3. Pemeriksaan Pirogen
Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam / panas. Pirogen
adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme )
berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang

mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 0,01 gram per kg berat
badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan.
(reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang
pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
1.

Cara menghilangkan pirogen


Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan pada
suhu 2500 selama 30 menit

2. Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen :


a. Dilakukan oksidasi :
Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.
1 liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO 4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N,
disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.
b. Dilakukan dengan cara absorpsi :
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al 2O3 Panaskan dalam
Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 60 0 selama 5 10 menit ( literatur
lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2
atau dengan filter asbes.
1.
2.
3.
1.
2.

Cara mencegah terjadinya pirogen :


Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera digunakan
setelah disuling.
Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik
Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat.
Uji pirogenitas :
dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan penyuntikan i.v
sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara detailnya lihat FI.ed.II
)

Produk Obat Steril Di Rumah Sakit

A.

Pembuatan produk steril terbagi menjadi :


1. Produksi steril adalah proses mencampur atau meracik bahan obat steril dan

dilakukan di dalam ruang steril.


2. Aseptic dispensing adalah teknik aseptic yang dapat menjamin ketepatan sediaan

steril yang dibuat dan bebas kontaminasi.

B.
1.

Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan sub instalasi produksi farmasi:
Total Parenteral Nutrition (TPN)

Total parenteral nutrition adalah membuat atau mencampur bahan nutrisi yang berisi asam
amino, karbohidrat dan lipid yang steril dengan kadar yang sesuai kebutuhan masingmasing pasien, sehingga dihasilkan sediaan yang steril. Ruang untuk TPN bertekanan
positif dari pada di luar karena obat ini tidak berbahaya hanya saja dalam pembuatannya
harus steril.
2.

IV admixture atau pencampuran obat-obat suntik

Proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril untuk menghasilkan suatu
sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan Intra Vena (I.V)
Ruang lingkup dari IV admixture :
a.

Pelarutan serbuk steril.

b.

Menyiapkan suntikan IV sederhana (tunggal)

c.

Menyiapkan suntikan IV kompleks

d.

Keuntungan IV admixture:

1)

Terjaminnya sterillitas produk

2)

Terkontrolnya kompatibilitas obat

3)

Terjaminnya kondisi penyimpanan yang optimum sebelum dan sesudah pengoplosan.

3.

Obat Sitostatika

Obat sitostatika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan kanker (antineoplastik).
Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah kegiatan rekonstitusi (pencampuran) obat
obat sitostatik dan menyiapkan agar siap digunakan dengan mempertimbangkan dasar
dasar keamanan bagi pekerja dan lingkungan serta prinsip dasar pencampuran obat steril.

Sub instalasi produksi farmasi melayani permintaan penyiapan obat sitostatika dengan
sumber obat yang berasal dari:
a.

Farmasi atau apotek Korpri untuk pasien umum

b.

Apotek askes untuk pasien askes

c.

YKI

(Yayasan

Kanker

Indonesia)

untuk

pasien

tidak

mampu

Obat tersebut diberikan pada bagian produksi obat steril maksimal sehari sebelum
dilakukan kemoterapi. Sebelum obat dibuat harus dilakukan pengecekan apakah pasien
jadi dikempoterapi pada waktu yang telah ditentukan atau tidak. Jika tidak maka obat
tidak boleh disiapkan, karena obat harus diberikan segera setelah direkonstitusi
mengingat ketidakstabilan obat dan jika terlalu lama disimpan maka obat menjadi rusak.
Dalam formulir permintaan obat sitostatika tercantum data pasien meliputi nama, nomor
medical record, ruangan, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, umur, luas permukaan
tubuh, diagnosis, nama dokter, dan paraf dokter, dan data permintaan obat yang meliputi
nama obat, dosis, cara pemberian, volume, jumlah (ampul/vial), pelarut, volume pelarut,
volume akhir, expire date, dan alat kesehatan yang digunakan. Rekonstitusi obat
sitostatika dilakukan secara aseptik di ruang steril di dalam laminar air flow. Dalam
CPOB, ruang yang digunakan untuk kegiatan steril disebut ruang kelas II, tidak boleh
mengandung lebih dari 350.000 partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih. Dua ribu
partikel berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak lebih dari 100 mikroba setiap meter
kubik udara. Tekanan udara di ruangan ini makin ke dalam atau makin mendekati laminar
air flow harus makin negatif. Hal ini untuk mencegah keluarnya obat yang direkonstitusi
dan agar tidak mengkontaminasi personil yang mengerjakannya. Personil yang
mengerjakan harus memakai pakaian steril model khusus, penutup kepala, masker,
kacamata, sarung tangan, dan penutup kaki.

PELAYANAN ASEPTIC DISPENSING

Pelayanan dispensing sediaan steril atau yang lebih dikenal dengan aseptic
dispensing adalah penyiapan sediaan obat steril dengan teknik aseptik dan
dikerjakan dalam ruang bersih yang memenuhi syarat
Dari aspek keselamatan pasien (patient safety), dispensing sediaan steril
merupakan pelayanan yang penting untuk dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
Umumnya sediaan steril diberikan secara intrave-na. Kita mengetahui bahwa
obat yang diberikan secara intravena langsung masuk ke sirkulasi darah,
sehingga jika ada kesalahan atau ketidaktepatan dalam penyiapan ataupun
dalam pemberian obat tersebut, dapat berakibat fatal bagi pasien. Selain itu
risiko infeksi nosokomial mungkin terjadi akibat kontaminasi mikroorganisme
jika dispensing sediaan steril tersebut dilakukan tanpa fasilitas yang sesuai
standar.
Pelayanan dispensing sediaan steril oleh Instalasi Farmasi dilakukan dengan
mematuhi persyaratan lingkungan dan peralatan berdasarkan US
Pharmacopeia Chapter 797. Petugas di bagian dispensing sediaan steril
harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat meracik sediaan steril.
Keterampilan melakukan teknik aseptik merupakan kemampuan yang wajib
dimiliki petugas di bagian dispensing sediaan steril, karena peralatan sesuai
standar sekalipun tidak menjamin obat suntik yang sedang diracik terhindar
dari kontaminasi mikroorganisme. Petugas juga harus memiliki pengetahuan
tentang ketercampuran (kompatibilitas) dan stabilitas obat suntik. Semua
petugas setiap tahun menjalani proses validasi teknik aseptik yang
dimaksudkan untuk menjaga kualitas teknik aseptik.
Terkait standar JCI yang melarang Kalium Klorida (KCl) pekat berada di ruang
rawat, satelit di CMU 2 memproduksi sediaan KCl yang sudah diencerkan
yang disebut Premixed KCl solution. Saat ini disediakan 5 macam: KCl 12,5
meq, KCl 25 meq dan KCl 50 meq, masing-masing di dalam cairan NaCl 0,9%
500 ml, KCl 50 meq dalam NaCl 0,9% 100 ml dan KCl 10 meq dalam KaEn1B
500 ml. Jika dibutuhkan campuran yang berbeda dari sediaan premixed KCl
standar, satelit tetap melayani permintaan khusus dengan jadwal: pukul
08.00 s/d 19.00 untuk Senin-Jumat, serta pukul 09.00 s/d 15.00 untuk
Sabtu/Minggu/Hari Libur.
Beberapa obat suntik serbuk yang harganya mahal dibuat oleh produsen
dalam kemasan hanya untuk dosis orang dewasa, padahal pasien bayi/anak
hanya membutuhkan dosis yang jauh lebih sedikit. Obat suntik setelah
dilarutkan tidak stabil dalam jangka waktu lama, akibatnya sisa obat harus
dibuang dan tentu saja ini berarti biaya pengobatan menjadi mahal.
Pelayanan Pengemasan Kembali (Repacking) Obat Suntik di Instalasi Farmasi
memberikan solusi terhadap masalah ini. Melalui proses repacking dengan
teknik aseptik, obat suntik serbuk dapat dibagi-bagi menjadi dosis yang lebih

kecil se-suai kebutuhan


penggunaan obat.

pasien

sehingga

dapat

menghemat

Banyak manfaat yang didapat dengan penyelenggaraan


dispensing sediaan steril oleh Instalasi Farmasi, antara lain:

biaya

pelayanan

1. Terjaminnya sterilitas obat; karena pencampuran obat dilakukan


dengan teknik aseptik dalam laminar airflow cabinet di ruang bersih
yang memenuhi standar.
2. Meminimalkan kesalahan pengobatan; karena obat dihitung dan
disiapkan secara khusus dan teliti oleh petugas khusus yang terlatih.
3. Terjaminnya kompatibilitas dan stabilitas obat; petugas farmasi
memiliki pengetahuan yang baik dalam hal kompatibiltas dan stabilitas
obat, sehingga kerusakan obat akibat in-kompatibilitas atau instabilitas
obat dapat dicegah.
4. Terhindarnya petugas dari keterpaparan zat berbahaya dan juga untuk
mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh obat
sitostatika;
karena
dispensing
obat
sitostatika
dilakukan
dalam Biological Safety Cabinet (BSC)/ LAF cabinet dengan aliran
udara vertical dalam ruang bersih yang dirancang khusus.
5. Pada pelayanan nutrisi parenteral (TPN) dapat mengurangi akses vena
pasien dibandingkan jika pasien menggunakan sediaan komponen
nutrisi terpisah-pisah, sehingga mengurangi infeksi nosokomial.
6. Meringankan beban kerja perawat; karena obat sudah dalam bentuk
sediaan yang siap untuk diberikan ke pasien, sehingga waktu perawat
tidak lagi tersita untuk melarutkan/mencampur obat. Dengan demikian
maka perawat dapat lebih focus dalam perawatan pasien.
7. Menghemat biaya penggunaan obat; penghematan
dari sharing obat/komponen nutrisi parenteral dan
pengemasan kembali (repacking).

didapatkan
dari hasil

Dengan demikian, pelayanan dispensing sediaan steril yang dilaksanakan


oleh Instalasi Farmasi selama ini telah memberikan banyak manfaat baik dari
segi keselamatan pasien, petugas dan lingkungan, maupun dari segi
finansial berupa penghematan yang sangat signifikan.

Anda mungkin juga menyukai