Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA I

“UJI BIOADHESIF”

Dosen Pengampu : 1. Drs. apt. Umar Mansur, M.Sc.


2. apt. Marvel, M.Farm
3. apt. Suci Ahda Novitri, M.Si., S.Farm

Disusun Oleh :
Kelompok 1A

Talitha Amalia 11181020000001


Lulu Rezma Dahliani 11181020000006
Syidratul Hasanah 11181020000010
Yusroh Umami 11181020000016
Alvena Tara 11181020000019
Nisa Rahmah 11181020000021
Salwa Fahiratunnisa 11181020000026

FARMASI – 2018 A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SEPTEMBER/2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktikum

-
BAB II

DASAR TEORI
A. HASIL
1. UJI BIOADHESIF
Obat : Vitalong C

Waktu (menit ke-) Granul yang menempel


10 35
20 35
30 33
40 33
50 30
60 30

Obat : Rhinos SR

Waktu (menit ke-) Granul yang menempel


10 35
20 33
30 30
40 29
50 28
60 28
2. UJI WASH OUT
Obat : Vitalong C

Waktu (menit ke-) Granul yang lepas


10 13
20 2
30 1
40 4
50 5
60 3

Obat : Rhinos SR

Waktu (menit ke-) Granul yang lepas


10 5
20 1
30 2
40 0
50 1
60 1

Pertanyaan:
1. Bagaimana cara membuat cairan HCl pH 2,5 ?
Jawab :

perhitungan :
PH = 2,5
pH = - log 10-2,5
[H+] = 10-2,5 M
= 0,003 M →(M2)

M1 = (ρ x % x 1000 ml)/BM

= (1,18 gr/ml x 0,37 x 1000)/36,5 gr/mol

= 11,96 mol/ml

M1 V1 = M2 V2

V1 = (500 ml x0,003M)/11,96 M

= 0,125 ml (2,5 tetes)

Cara pembuatan :

a. Ambil 0,125 ml (2,5 tetes) larutan HCl pekat 11,96 M dengan pipet tetes.
b. Masukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur bervolume 500 ml.
c. Tambahkan aqua ke dalam labu ukur sampai tanda batas.
d. Kocok labu ukur sampai larutan tercampur merata.
e. Uji pH larutan menggunakan kertas indikator universal.
2. Bagaimana cara membuat larutan NaCl 0,9% ?
Jawab :
Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan isotonis yang diperoleh dari 0,9 gram kristal NaCl
yang dilarutkan dalam 100 ml aquades dan dinyatakan dalam % b/v.
Cara pembuatan
1. Ditimbang kristal NaCl sebanyak 0,9 gram
2. Dilarutkan dalam aquadest 100 ml sehingga didapatkan konsentrasi 0,9 %

3. Apa tujuan dilakukannya uji bioadhesif?


Jawab :
Tujuan dari dilakukannya uji bioadhesif untuk mengetahui seberapa cepat granul dapat
melekat pada mukosa lambung dan usu dalam waktu 5 menit. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan jaringan jaringan lambung yang telah dipotong dan diletakkan pada penyokong
aluminium kemudian ditempatkan pada kemiringan 45 derajat.
4. Apa tujuan dilakukannya uji wash off?
Jawab :
Tujuan dari dilakukannya uji wash off untuk melihat kemampuan granul melekat pada
mukosa lambung selama 2 jam (Hamsinah, 2016). Selain itu dapat digunakan untuk menguji
kemampuan penghantaran bioadhesif dari suatu granul dengan polimer tertentu.
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mukoadhesif?
Jawab :
Proses mukoadhesif ditentukan oleh beberapa faktor, baik dari formulasi sistem mukoadhesif,
yaitu dari polimer yang digunakan, maupun dari lingkungan tempat aplikasi sistem
mukoadhesif tersebut. Faktor - faktor tersebut antara lain ( Smart, 2005 ; Zate, et al. 2010)
a. Konsentrasi polimer : semakin tinggi konsentrasi polimer, maka gaya adhesi akan semakin
kuat
b. Konformasi polimer : gaya adhesi juga tergantung pada konformasi polimer, contohnya heliks
atau linier. bentuk heliks dapat menyembunyikan gugus-gugus aktif polimer sehingga
mengurangi kekuatan adhesi polimer.
c. Bobot molekul polimer : untuk polimer linear, semakin besar bobot molekul polimer maka
kemampuan mukoadhesif akan meningkat.
d. Fleksibilitas rantai polimer : fleksibilitas rantai polimer penting untuk interpretasi dan
pembelitan rantai polimer dengan rantai musin. Apabila penetrasi rantai polimer ke mukosa
berkurang, maka kekuatan mukoadhesif juga akan berkurang.
e. Derajat hidrasi : hindrasi yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
mukoadhesif akibat pembentukan mucilago yang licin.
f. pH : pH akan mempengaruhi muatan pada permukaan mukosa dan polimer sehingga adhesi
juga akan dipengaruhi.
g. Waktu kontak awal : waktu kontak awal antara sistem mukoadhesif dan lapisan mukosa
menentukan tingkat pengembangan dan interpenetrasi polimer. Kekuatan mukoadhesif akan
meningkat jika waktu awal meningkat.
h. Variasi fisiologis : kondisi fisiologis yang dapat mempengaruhi mukoadhesi antara lain
ketebalan mukus dan pergantian musim.
6. Kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada saat melakukan praktikum ini?
Jawab :

- Kesalahan dalam mengambil bagian organ dari mencit atau tikus yang digunakan
- Dalam penempelan mukosa lambung/usus pada penyokong aluminium, terkadang
terdapat kesalahan dalam pemberian lem yang terlalu banyak mengenai permukaan
mukosa lambung yang mengakibatkan obat (granul) akan menempel pada lem,
sehingga tidak lepas saat alat uji sedang bekerja.
- Kesalahan dalam meletakkan saluran (pipa) yang menghubungkan larutan HCl,
terkadang tidak tepat mengenai lambung yang berada di dalam tabung silindris
sehingga jaringan lambung tidak terelusi dengan baik oleh larutan HCl (Uji bioadhesif
in vitro).

7. Apa yang dapat Saudara simpulkan terkait hasil tersebut?


Jawab :

- pada uji bioadhesif in vitro dengan obat uji vitalong C, Rhinos SR dapat disimpulkan bahwa
obat yang memiliki daya bioadhesif yang lebih kuat adalah vitalong C. Hal ini terlihat dari
jumlah vitalong C yang menempel pada mukosa lambung lebih banyak dibanding jumlah
Rhinos SR.
- pada uji wash off dengan obat uji vitalong C, Rhinos SR dapat disimpulkan bahwa obat yang
memiliki daya bioadhesif yang lebih kuat adalah vitalong C. Hal ini terlihat dari jumlah
vitalong C yang lepas pada mukosa usus lebih sedikit dibanding jumlah Rhinos SR.

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum uji bioadhesif ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
Diarti, Wiwin. Maruni., Dkk (2016) Larutan Pengencer Alternatif NaCL 0.9% dalam Pengecatan
Giemsa Pada Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa. Jurnal Kesehatan Prima. Vol. 10, No.2,
1709-1716
Smart, J.D (2005). The basics and underlying mechanisms of mucoadhesion. Advanced Drug Delivery
Review, Vol. 57, 1556-1568
Zate, S.U., et al (2010). Gastro retentive bioadhesive drug delivery system : a review. International
Journal of PharmTech Research, Vol. 2, No. 2, 1227 - 1235

Anda mungkin juga menyukai