Disusun Oleh :
Kelompok 3 2D
PRODI S1 FARMASI
2021
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui pengujian aktivitas antiinflamasi
2. Mengetahui persentase radang dan persentase inhibisi radang
II. Dasar teori
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau
zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi
atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan
mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek, 2001 ; 404)
Ditinjau dari waktu terjadinya inflamasi dibagi menjadi dua yaitu
inflamasi aku dan inflamasi kronis. Inflamasi akut adalah inflamasi yang
disebabkan oleh rangsangan yang berlangsung sesaat atau mendadak (akut).
Inflamasi ini ditandai dengan perubahan mikroskopik lokal yaitu dengan
adanya tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor
(nyeri), dan functiolesia (gangguan fungsi) (Sander, 2010;14). Inflamasi
kronis ialah inflamasi yang disebabakan oleh luka yang berlangsung selama
beberapa minggu, bulan atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan
dari inflamasi akut. Tipe ini disebut inflamasi fibroblastic karena selalu
diikuti dengan terjadinya poliferasi fibroblast (jaringan ikat) (Sander,
2010;15).
Secara skematis dibedakan 4 fasa gejala-gejala inflamasi :
1. Eritema : vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan tertahannya
darah oleh perubahan permeabilitas pembuluh darah.
2. Ekstravasasi : keluarnya plasma melalui dinding pembuluh darah dan
menyebabkan udem
3. Suppurasi dan nekrosis : pembentukan nanah dan kematian jaringan
yang disebabkan oleh penimbunan leukosit-leukosit di daerah inflamasi
4. Degenerasi jaringan : tidak terdapat sel-sel baru untuk pembentukan
pembuluh dan makin bertambahnya serat-serat kolagen yang tidak
berfungsi.
Masing-masing tahap di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor humoral
seperti histamin, serotonin, brakinin, dan prostaglandin. Suntikan subkutan
karagenan pada telapak kaki belakang tikus menyebabkan udem yang
dapat diinhibisi oleh obat antiinflamasi yangdiberikan sebelumnya.
Volume udem diuukur dengan alat plethysmometer dan dibandingkan
terhadap udem yang tidak diberikan obat. Aktivitas obat antiinflamasi
dinilai dari persentase proteksi yang diberikan terhadap pembentukan
udem.
Keterangan :
Vt = volume telapak kaki pada waktu t
V0 = volume telapak kaki pada waktu 0
Efek antiinflamasi di evaluasi berdasarkan rumus sebagai berikut :
𝐴−𝐵
% inhibisi radang = x 100%
𝐵
Keterangan :
A = persen radang rata-rata kelompok kontrol
B = persen radang rata-rata kelompok zat uji (Sebiantoro, 2010:3)
V. Perhitungan Dosis
Pembagian kelompok uji ketika praktikum :
1. Kelompok 1&6 (control negatif = PGA 1%)
2. Kelompok 2&7 (control positif = Na. diklofenak 50 mg)
3. Kelompok 3&8 (dosis uji 1 = Na. diklofenak 25 mg)
4. Kelompok 4&9 (dosis uji 2 = Na. diklofenak 75 mg)
5. Kelompok 5&10 (dosis uji 3 = Na. diklofenak 100 mg)
Penyelesaian
1. Control negatif
1 𝑔𝑟
PGA 1% =
100 𝑚𝐿
= 2,07 mg
= 1,035 mg
= 3,105 mg
= 4,14 mg
VI. Data Hasil Pengamatan
Uji Penentuan Konsentrasi Karagenan
Kelompok Volume Kaki Pada Jam Ke-
0 1 2 3 4 5 6
I 14.33 22.50 22.60 24.00 24.33 23.67 21.83
± 1.53 ± 1.50 ± 0.96 ± 1.00 ± 3.06 ± 2.52 ± 1.61
II 19.17 24.33 23.17 29.17 32.37 37.17 32.50
± 1.61 ± 4.04 ± 6.97 ± 8.10 ± ± ± 9.96
10.25 10.25
Keterangan :
VII. Pembahasan
1. Mikroorganisme
2. Agen fisik seperti suhu yang ekstrem, cedera mekanis, sinar ultraviolet,
dan radiasi ion
3. Agen kimia misalnya asam dan basa kuat
4. Antigen yang menstimulasi respons imunologis.
1. Absorpsi
Diklofenak pemberian topikal terabsorpsi ke dalam sirkulasi
sistemik, tetapi konsentrasi plasmanya sangat rendah jika dibandingkan
dengan pemberian oral.Pemberian 4 g Natrium diklofenak secara
topikal (gel 1%) 4x sehari pada satu lutut,konsentrasi mean peak plasma
sebanyak 15 ng/ml terjadi setelah 14 jam. Pada pemberian gel ke kedua
lutut dan kedua tangan 4x sehari (48 g gel sehari),konsentrasi mean peak
plasma sebanyak 53,8 ng/ml terjadi setelah 10 jam. Pemaparan sistemik
16 g atau 48 g sehari adalah sebanyak 6 atau 20% jikadibandingkan
dengan administrasi oral dosis 50 mg 3x sehari. Penggunaan heat
patchselama 15 menit sebelum pemakaian gel tidak berpengaruh
terhadap absorpsisistemik.
VIII. Kesimpulan
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Thomas B. Boulton & Colin E. Blogg, 1994, Anestesi edisi X, EGC, Jakarta
Hasanah, Aliya Nur. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas
Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Jurnal
Matematika dan Sains.16.(3).