Anda di halaman 1dari 39

Interpretasi

Data Kinetika
apt. Melati Aprilliana R, M. Farm
Pokok Bahasan
1. The transition state theory (Teori transisi)
2. Medium effect (efek medium)
3. Catalysis (katalisis)
1. Teori Transisi
• Reaksi :
A+ B produk
A+ B M‡ produk
M‡ = molekul keadaan transisi
• Untuk menjadi suatu produk, reaktan A dan B tidak dapat langsung
membentuk produk, tetapi harus melalui molekul dengan keadaan transisi.
• Teori transisi adalah keadaan dimana terjadinya suatu reaksi degradasi
antara A dan B membentuk suatu produk
Tiga asumsi dalam kecepatan reaksi :
1. A dan B harus melalui suatu keadaan transisi
(transition state) yang mempunyai energi lebih
besar dibanding keadaan awal (the initial state)
maupun akhir (the final state)
• Keadaan transisi : titik tertinggi pada profil
R
energi, biasanya terdapat pada pertengahan dari
tahap reaksi P
2. Molekul pada keadaan transisi berada dalam
kesetimbangan (equilibrium) dengan molekul pada
keadaan awal
• Kesetimbangan artinya : kecepatan A dan B menjadi M ‡
= kecepatan M‡ menjadi A dan B
3. Kecepatan reaksi adalah proporsional dengan konsentrasi molekul
dalam keadaan transisi.
• Jika molekul transisi (M‡) banyak, maka produk juga banyak
dan artinya reaksinya cepat
• Kecepatan perubahan molekul transisi menjadi produk juga
dipengaruhi oleh jenis pelarutnya.
• Molekul pada keadaan transisi :
A+B M‡ produk
• Konstanta kesetimbangan pada keadaan transisi (K‡) adalah sbb :
 
Keterangan :
K =

K ‡ = konstanta kesetimbangan transisi
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-16 erg/derajat)
 
h = konstanta Planck (6,63 x 10-27 erg.detik)
k= T = temperature mutlak (Kelvin)
Lanjutan…

ΔG‡ = - RT ln K‡ K‡ = e - ΔG‡ /RT


ΔG‡ = ΔH‡ - T ΔS‡
ΔG‡ naik maka k turun
Review kembali teori Termodinamika
ΔG = ΔH - T ΔS
ΔG = energi bebas (ΔF)
ΔH = enthalpi
ΔS = entropi aktivasi
Dalam keadaan transisi maka :
ΔG‡ = ΔH‡ - T ΔS‡
ΔH‡ = Ea - RT
Teori Transisi
• ΔG = energi bebas, yaitu tendensi dari suatu proses, apakah akan
terjadi proses atau tidak.
• Misalnya : air pada suhu 0 C mempunyai tendensi untuk menjadi
cair (ΔG‡ = - RT ln K‡ )
• Apabila ΔG bernilai negative, dalam termodinamika hal ini berarti
suatu proses tertentu mempunyai kecenderungan untuk terjadi
Gambar 1. Hubungan antara energi
dengan koordinat reaksi
Gambar 2. Diagram hiptetik hubungan
antara energi dengan koordinat
reaksi
Rumus Kecepatan Degradasi
  − Δ𝐺 ‡
𝑘𝑇
𝑘= { }𝑒
h
𝑅. 𝑇

• Jika ΔG‡ besar, maka k kecil


• Jika ΔG‡ kecil, maka k besar
• Dengan kata lain, harga k sangat bergantung pada ΔG
• Begitu juga dengan Ea, bila Ea tinggi, maka kecepatan degradasinya
menjadi lebih kecil dan sebaliknya
Postulasi
• Struktur molekul pada keadaan transisi akan berbentuk diantara
bentuk reaktan dan produk reaksi.
• Misal pada reaksi hidrolisis ester dalam suasana basa:
RCOOR’ + OH- RCOO- + R’OH
V = k (Ester) (OH-)
• Pada keadaan transisi terdapat satu molekul ester dan satu molekul
OH-, akan menjadi satu molekul keadaan transisi, sehingga reaksi ini
dikatakan sebagai reaksi bimolekular.
• Reaksi bimolekuler :
• Adalah reaksi saat dua molekul bergabung dalam
keadaan transisi menjadi suatu molekul keadaan
transisi
Contoh Rx. Bimolekuler

NO2 + CO NO + CO2
Laju = k [NO2] [CO]
Kurva Kondisi Transisi pd Rx. Di Slide
16
Lanjutan …..
• Molekularitas (molecularity) reaksi adalah jumlah
reaktan yang berada dalam keadaan transisi.
• Umumnya, molekularitas adalah sama dengan orde
reaksi pada true order, tetapi hal itu mungkin
berbeda (tidak sama) untuk reaksi bimolekular yang
mempunyai reaksi pseudo order (misal orde satu
semu).
• Berdasarkan postulasi tersebut, dapat dikatakan bahwa
molekul transisi dari reaktan polar akan bersifat kurang
polar terlebih dahulu untuk membentuk suatu produk yang
non polar
Ekuivalensi kinetika
• Dengan adanya teori transisi, maka ada suatu cara untuk menuliskan
persamaan reaksi yang ekuivalen antara satu dengan yang lain.
• Misal suatu asam lemah (HA):

[HA] [H+] + [A-]


V = k [HA] ………………………(1)
• Konstante disosiasi asam (Ka):

Ka = {[H+] [A-]} / [HA]


V = k [HA] ………………………(1)
• Ka = {[H+] [A-]} / [HA]

• Maka [HA] = {[H+] [A-]}/Ka

• Sehingga dapat ditulis persamaan:

• V = K/Ka {[H+] [A-]}

V = K’ {[H+] [A-]} ………………(2)


• Persamaan (1) dan (2) dikatakan secara kinetika ekuivalen (kinetically equivalent)
2. Medium Effects (efek media)
• Dengan teori keadaan transisi, dapat dilakukan prediksi
pengaruh polaritas media terhadap kecepatan reaksi secara
kualitatif
• Polaritas solvent (pelarut) ini pengaruhnya adalah
berhubungan dengan kemampuannya untuk melarutkan (to
solvate) bentuk molekul dalam keadaan transisi, terutama
bentuk yang bermuatan (charged species)
Daftar solvent yang umum dipakai dan polaritasnya
Solvent Moment dipole (debye) Konstanta dielektrik

Sikloheksana 0 2,0
Benzena 0 2,3
Kloroform 1,01 4,8
n-butanol 1,66 17,8
n-propanol 1,68 20,1
Aseton 2,88 20,7
Etanol 1,69 24,3
Metanol 1,70 32,6
Etilen glikol 2,28 37
Air 1,85 78,5
Lanjutan….
• Kekuatan ionic larutan yang bertambah akan menambah polaritas solven
• Konstanta dielektrik menggambarkan kepolaran media.
• Konstanta dielektrik dapat diketahui dengan mengikuti kemampuan
media untuk menghantarkan listrik.
• Konstanta dielektrik air paling besar karena air sangat baik untuk
menghantarkan listrik
Pengaruh media dapat dilihat pada molekul dengan keadaan transisi

1. Jika molekul keadaan transisi lebih polar daripada molekul reaktan,


maka penambahan polaritas solven akan menstabilkan keadaan transisi
dan menurunkan energi penghalang (Ea), sehingga hasilnya adalah
kecepatan reaksi naik
2. Jika keadaan transisi kurang polar dibandingkan reaktan, maka polaritas
solven yg lebih besar akan menyebabkan naiknya energi penghalang
(Ea), sehingga kecepatan reaksi akan lebih kecil
• Teori transisi:
• Kecepatan reaksi ditentukan oleh konsentrasi molekul pada
keadaan transisi.
• Tetapi konsentrasi ini dikontrol oleh adanya kesetimbangan
antara keadaan awal dan transisi.
Argumentasi di atas dapat diaplikasikan pada beberapa tipe
reaksi bimolekular:
a. Reaktan nonpolar netral produk nonpolar netral (neutral nonpolar reactants giving neutral nonpolar
products)

• Keadaan transisi diperkirakan non polar sehingga perubahan polaritas solven mempunyai efek kecil pada
kecepatan reaksi.

b. Reaktan netral produk bermuatan (neutral reactans giving charged products)


• Keadaan trasisi disini akan lebih polar dibanding reaktan karena terbentuknya muatan parsial pada keadaan
transisi.
• Kenaikkan polaritas solvent akan meningkatkan kecepatan reaksi.
Lanjutan…
c. Reaksi molekul netral dan ion (Neutral molecule-ionik reactans)

• Polaritas keadaan trasisi lebih rendah dibandingkan reaktannya. Hal ini disebabkan muatan
reaktan disebarkan pada keadaan transisi.

• Polaritas solven yang bertambah akan menurunkan kecepatan reaksi.

• Contoh:

• Hidrolisis kloramfenikol:

 Penambahan air dalam media dapat menaikkan polaritas solvent.

 Polaritas solvent naik maka dapat menurunkan reaksi hidrolisis.


Reaksi Kloramfenikol
Lanjutan …..
d. Reaksi ion dan ion (Ion-ion reactants)
1) Ion+ dan ion-
• Keadaan transisi disini kurang atau tidak bermuatan sehingga
bentuk pada keadaan transisi kurang polar dibandingkan reaktannya.
• Akibatnya polaritas solvent naik, sehingga kecepatan reaksi turun.
• Kekuatan ionik naik maka kecepatan reaksi turun.
Lanjutan …..
2) Ion+ dan ion+ atau ion- dan ion-
• Polaritas solvent naik maka kecepatan reaksi naik

• Polaritas ionik naik maka kecepatan reaksi naik juga.


3. Catalysis (Katalisis)
• Katalisis adalah senyawa kimia yg dapat mempercepat laju reaksi
pada suhu tertentu tanpa perubahan bentuk/struktur dari katalis
tersebut.
• Cara kerja : dengan menempel pada bagian substrat tertentu dan
pada akhirnya dapat menurunkan energi aktivasi dari reaksi,
sehingga reaksi berlangsung dengan cepat
Lanjutan…
• Katalisis adalah susbtansi yang menambah konstanta kecepatan
reaksi tetapi tidak merubah konstanta kesetimbangan.
• Jadi katalisis disini tidak dikonsumsi dalam keseluruhan reaksi:
yaitu katalisis setelah dikonsumsi akan dilepas kembali.
Gambar 4. Kurva hubungan antara energi bebas dengan koordinat reaksi
• Dari gambar 4 dapat diketahui:
• ΔG‡ UN > ΔG‡ CAT
• ΔGo tetap
• Beberapa macam katalisis:
1. Katalisis asam spesifik (spesific acid catalysis)
• Katalisis oleh proton yang tersolvatasi : ion hidronium (H3O+)
2. Katalisis basa spesifik (spesific base catalysis)
• Katalisis oleh ion hidroxide (OH-) dalam larutan
Lanjutan…
3.Katalisis asam umum (general acid catalysis)
• Katalisis oleh asam proton selain H3O+, misal asam
Bronsted
4.Katalisis basa umum (general base catalysis)
• Katalisis oleh basa Bronsted selain OH- , berlaku sebagai
penerima proton, yaitu dengan berbagai pasangan
elektron dengan proton.
Lanjutan macam katalisis:

5. Katalisis Nukleofilik (Nucleophilic catalysis)


• Katalisis oleh suatu basa (nukleofil) yang berlaku sebagai katalisis dengan
berbagai suatu pasangan elektron dengan atom (biasanya atom karbon) selain
proton.
6. Katalisis elektrofilik (Electrophilic catalysis)
• Katalisis oleh asam LEWIS, seperti ion logam (Fe2+, 3+, Zn 2+, Cu2+, dll), yang
berlaku sebagai katalisis dengan cara menerima pasangan elektron.

Anda mungkin juga menyukai