Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai pengaruh bahan pengawet
organik maupun anorganik terhadap pertumbuhan mikroba. Bahan pengawet organik
adalah bahan pengawet yang sering digunakan daripada bahan pengawet anorganik. Bahan pengawet anorganik antara lain adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat dan nitrit. Sedangkan bahan pengawet organik yang lebih mudah dibuat dan banyak digunakan dalam bentuk asam maupun garam adalah asam sorbat, asam propionate, asam benzoat dan asam asetat. Pada prakitkum kali ini, digunakan ekstrak jahe, perasan jeruk nipis dan juga nipagin sebagai pengawet. Ekstrak jahe diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi pada makanan yaitu Escherichia coli, Salomenlla thompson dan Vibro cholerae .Selain itu jahe diketahui memiliki aktivitas analgesik, antialkohol, antiallergik, antimikroba, antikanker, antiinflamasi, antimutagenik, antinarkotik, antioksidan, antiserotonigenik, dan antipiretik. Oleh karena itu pada praktikum kali ini digunakan jahe sebagai salah satu pengawet yang diujikan. Selain jahe, digunakan perasan jeruk nipis. Jeruk nipis sendiri mengandung asam sitrat, asam amino , minyak atsiri dan kandungan lainnya. Karena mengandung asam sitrat yang merupakan pengawet yang baik untuk makanan, maka pada praktikum kali ini digunakan perasan jeruk nipis sebagai pengawet makanan. Asam sitrat sendiri memiliki kegunaan utama yaitu sebagai penambah cita rasa dan juga pengawet makanan serta minuman, terutama pada minuman ringan. Nipagin adalah salah satu pengawet yang memiliki nama lain Methylparaben. Pengawet ini dalam penggunaanya digabungkan dengan pengawet lainnya untuk memberikan perlindungan dari mikroorganisme. Nipagin sendiri merupakan pengawet yang didapatkan secara alami dan ditemukan dalam sejumlah buah- buahan, terutama bluberry. Nipagin sendiri merupakan pengawet makanan yang aman, karena juga dapat dimetabolisme oleh bakteri tanah sehingga mudah terurai, mudah diserap oleh saluran pencernaan atau kulit. Pada praktikum kali ini, uji pengaruh pengawet terhadap pertumbuhan mikroba dilakukan dengan bantuan kertas cakram. Dimana digunakan untuk medeteksi pertumbuhan mikroba yang ada. Dari hasil praktikum didapatkan perhitungan tentang luas daerah bening, yang berarti yang tidak ditumbuhi dengan bakteri. Hal tersebut membuktikan bahwa pengawet yang digunakan bekerja meskipun tidak semua maksimal.