TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Gamelan
madenda1.
Jual beli dalam hukum perdata diatur pada Buku ke III Kitab
Andriani Saptika, 2012, Gamelan dan Karawitan, Jakarta: PT. Multazam Mulia Utama,
1
hal. 1
Frendy Purnomo dan Joko Wiyono, 2017. “Profil Kerajinan Gamelan Karya Indah di
2
Dusun Tawang Desa Semukerep Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri”, Jurnal Seni Musik,
Nomor 6 (1) Tahun 2017, hal. 3
12
13
“Bahwa yang dimaksud jual beli ialah suatu perjanjian yang mana
pihak yang satu (penjual) mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak lainnya (pembeli) untuk membayar
harta yang telah dijanjikan”.
pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu
barang dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual
pada detik tercapainya kata sepakat antara kedua belah pihak, seketika
Keller adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok
permintaan konsumen.
3
I Ketut Oka Setiawan, 2017, Hukum Perikatan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 158-159
14
jual beli gamelan secara inden adalah sebelum dilakukannya jual beli
jadi atau masih dalam proses pengerjaan pihak produsen atau penjual.
pembayaran atas gamelan yang telah dipesan dengan nominal yang telah
disepakati.
a. Pengrajin Gamelan
berjanji membayar harga yang telah disetujuinya dan pihak yang akan
belah pihak dengan obyek perjanjian 40 set gamelan gamelan besi laras
lahir sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat para pihak) saat
dari jual beli disebutkan dalam Pasal 1458 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
belah pihak dan hak serta kewajiban itu mempunyai hubungan satu dengan
dengan yang lain”, adalah bahwa bilamana dalam perikatan muncul dari
perjanjian tersebut yang satu mempunyai hak, maka pihak yang lain disana
tagihan dan utang tersebut tertuju kepada suatu prestasi tertentu 8. Oleh
jual beli gamelan berdasarkan pemesanan 40 set alat gamelan besi laras
sisa pembayaan akan diserahkan ketika barang sudah jadi. Perjanjian jual
beli gamelan secara inden ini barang tidak bisa langsung dikuasai oleh
7
J. Satrio, 1992, Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 36-37
8
J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan Pada Umumnya, Bandung: Penerbit Alumni, hal. 28
17
pihak pembeli karena barang masih dalam proses pengerjaan dan waktu
perkara”.
9
Wirjono Prodjodikoro, 1985, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Bale
Bandung, hal. 39
18
dari 40 set gamelan besi laras Pelog dan Slendro gaya Surakarta
Hal ini juga diatur dalam Pasal 1516 KUHPerdata yang berbunyi:
1266-1267”.
beli 40 set gamelan secara inden yang telah disepakati kedua belah
pihak.
Inden
yaitu:
Jual beli diatur dalam Pasal 1458 KUHPerdata, jual beli itu
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah kedua
belah pihak mencapai kata sepakat tentang obyek jual beli dan harga yang
beli yang telah disepakati, kewajiban penjual diatur dalam Pasal 1491
pembelian.
dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika
ditentukan.
Tanggung jawab atas dasar ganti kerugian diatur dalam Pasal 1246
KUHPerdata yang mengatakan bahwa biaya, rugi dan bunga yang oleh si
atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat
perubahan-perubahan.
pada dasarnya dibuat oleh kedua belah pihak, yakni dibuat oleh penjual
dan pembeli yang memuat obyek jual beli, pembayaran, waktu penyerahan
a. Wanprestasi
dipadankan pada kata lalai atau alpa, ingkar janji, atau melanggar
perjanjian, bila saja debitur melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak
dimungkinkan.
10
I Ketut Oka Setiawan, Op.Cit, hal. 19-20
22
kerugian tersebut.
usaha yang hebat dari yang kontra untuk mengemukakan bahwa rasa
“perbuatan” dalam melawan hukum itu melekat sifat aktif dan pasif
dari suatu perbuatan. Sifat aktif dapat dilihat apabila dengan sengaja
orang lain. Sebaliknya apabila ia dengan sengaja diam saja atau dengan
menggerakan badannya11.
c. Ganti Rugi
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
bahwa:
11
Ibid, hal. 107-108
12
Merry Tjoanda, 2010, “Wujud Ganti Rugi Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata”, Jurnal Sasi, Vol. 16, No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010, hal. 44
24
yang meliputi:
KUHPerdata).
13
Ibid, hal. 45
25
a. Pembayaran
berikut:
uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi oleh juru sita
pengadilan.
14
Ibid, hal. 47
26
saling berutang satu pada yang lain, maka terjadilah antara mereka
e. Percampuran Hutang
dihapuskan.
f. Pembebasan Hutang
Hukum Online, 2013, “Cara-Cara Pembaharuan Utang”, (12 Februari 2013), dalam
15
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5113002d58b0a/cara-cara-pembaruan-utang-(novasi)
diunduh 16 September 2018 pukul 19.33 WIB.
27
seorang yang tidak cakap untuk membuat perikatan atau karena ada
atau hilang hingga tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih
ada, atau tidak ada maka hapuslah perikatannya, asal barang itu
menyerahkannya.
tak terduga, perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah juga
16
Ficky Nento, 2016, “Tinjauan Hukum Hapusnya Perikatan Jual Beli Barang Menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Lex. Crimen, Vol. V / No. 6 Agustus 2016, hal. 75
28
h. Pembatalan
17
Yuli Dewitasari dan Putu Tuni Cakabawa, 2015, Akibat Hukum terhadap Para Pihak
dalam Perjanjian apabila Terjadi Pembatalan Perjanjian, Denpasar: Bagian Hukum Bisnis
Fakultas Hukum Universitas Udayana, hal. 3
29
pernah ada18.
timbal balik, kedua harus ada wanprestasi, dan ketiga harus dengan
putusan hakim19.
dimintakan kepada hakim ayat (3) walaupun syarat batal ini tidak
bahkan diabaikan20.
j. Lewat Waktu
18
Ibid, hal. 3-4
19
Yulia Vera Momuat, Mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, 2014, “Akibat Hukum Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam
Perjanjian terhadap Debitur yang Tidak Aktif dalam Melaksanakan Perjanjian”, Yogyakarta,
hal. 17
20
Ibid, hal. 19
30
lewat waktu adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dalam pembelian 40 set alat gamelan yang berawal dari perjanjian jual beli
gamelan besi laras Pelog dan Slendro gaya Surakarta pada tanggal 24
melalukan wanprestasi.
pengadilan terjadi antara dua pihak yaitu pihak Penggugat dan pihak
dengan jelas dan tegas, tuntutan yang tidak jelas atau tidak sempurna dapat
Surat gugatan sebaiknya diketik rapi dapat juga ditulis dengan tangan di
untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu oleh pengadilan guna diperiksa
point d’enterest, point d’action. Kalau tuntutan hak itu terbukti didasarkan
21
Mohammad Saleh, 2016, Penerapan Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya
Ringan pada Eksekusi Putusan Perkara Perdata, Yogyakarta: Graha Cendekia, hal. 55-57
22
Burhanuddin Hasan dan Harinanto Sugiono, 2015, Hukum Acara dan Praktik Peradilan
Perdata, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 79
33
pemberitahuan yang diwajibkan kedua belah pihak dan harga materai yang
nomer perkara dan didaftar dalam buku register, dalam waktu 3 hari kerja
hakim atau majelis hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara
tersebut. Perkara yang bersangkutan dan berkas perkara paling lama dalam
tersebut.
maka di antara 7 hari itu dilakukan untuk pemanggilan kedua belah pihak
dan penentuan hari sidang. Pemanggilan para pihak tidak boleh kurang
dari tiga hari kerja dari hari persidangan (Pasal 122 HIR).
Majelis Hakim untuk memanggil kedua belah pihak agar hadir pada waktu
sidang yang telah ditetapkan beserta saksi-saksi yang mereka minta untuk
23
Mohammad Saleh, Op.Cit, hal. 57
24
Ibid, hal. 57-58
34
Pemanggilan dilakukan oleh juru sita atau petugas lain yang bertindak
sebagai juru sita pengganti dan harus dilakukan berdasar Surat Perintah
Pemanggilan.
tempat tersebut tidak ada juru sita harus bertemu dan berbicara dengan
a. Perdamaian
25
Ibid, hal. 22
35
terjadi28.
26
Sophar Maru Hutagalung, 2010, Praktik Peradilan Perdata Teknis Menangani Perkara
di Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 66
27
Herri Swantoro, 2016, Strategi & Taktik Mediasi, Jakarta: Kencana, hal. 62
28
Ibid,
29
Ibid, hal 55
36
untuk merubah dan dicatat oleh panitera pengganti. Jika tidak ada
c. Jawaban Tergugat
30
Elfrida R Gultom, 2017, “Hukum Acara Perdata Edisi 2”, Jakarta: Mitra Wacana
Media, hal. 40-41
37
dua yaitu31:
31
M. Yahya Harahap, 2017, Hukum Acara Perdata Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika,
hal. 530 - 535
38
banding.
yaitu32:
32
Ibid, hal. 496 - 521
39
untuk mengadilinya.
peradilan khusus.
dengan hak opsi, actor sequitur forum rei tanpa hak opsi,
digariskan.
KUHPerdata.
hukum.
41
d. Replik
Tergugat.
e. Duplik
33
Hukum Online, 2017, “Hak Tergugat / Turut Tergugat Untuk Mengajukan Jawaban”,
(Rabu, 14 Juni 2017), dalam http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt590af0c32fd0a/hak-
tergugat-turut-tergugat-untuk-mengajukan-jawaban diunduh Selasa, 11 September 2018 pukul
10.30 WIB.
34
Ibid.
42
f. Pembuktian
1) Pengertian Pembuktian
yang berbunyi:
35
Maisara Sunge, 2012, “Beban Pembuktian Dalam Perkara Perdata”, Jurnal Inovasi,
Volume 9, No. 2 Juni 2012, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, hal. 2-3
36
Ibid.
43
2) Beban Pembuktian
san tidak berat sebelah. Pembagian ini harus berdasarkan Pasal 163
37
Ibid, hal. 5
38
Ibid.
39
Ibid, hal. 5-6
44
3) Alat Bukti
40
Retnowulan Sutanto, 1989, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung:
Mandar Maju, hal. 94
41
R. Subekti, 1989, Hukum Acara Perdata, Bandung: Bina Cipta, hal. 100
42
Ibid, hal. 102
45
4) Persangkaan
5) Pengakuan
43
Ibid, hal. 107
44
Ibid.
45
Retnowulan Sutanto, 1986, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung:
Alumni, hal. 59
46
6) Sumpah
tambahan dari orang yang disumpah itu yaitu perihal dalil yang
satu pihak, Penggugat atau Tergugat oleh karena itu yang menjadi
7) Kesimpulan Pembuktian
oleh para pihak. Apabila para pihak diwakili oleh kuasa hukum,
46
Ibid.
47
Ibid, hal. 62
47
g. Putusan
1) Pengertian Putusan
Bukan hanya yang diucapkan saja yang disebut putusan, tetapi juga
yang diucapkan dan yang ditulis. Kalau ada perbedaan antara yang
diucapkan dan yang tertulis maka yang sah adalah yang diucapkan:
48
Sudikno Mertokusumo, 1988, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty,
hal. 211-212
49
Ibid, hal. 212
48
2) Macam-Macam Putusan
yang dikalahkan.
50
Ibid, hal. 231
51
Ibid, 232
49
yang bukan putusan akhir atau disebut putusan sela atau putusan
Pasal 185 ayat 1 HIR yang membedakan antara putusan akhir dan
pembuktian53.
52
Ibid
53
Ibid, hal. 232
50
pokok perkara, beaya perkara, serta hadir tidaknya para pihak, pada
54
Ibid, hal. 233
55
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hal. 178
56
Ibid, hal. 178-179
51
melakukan suatu perbuatan, hal ini diatur dalam Pasal 225 HIR
57
Ibid, hal. 179
58
Ibid, hal. 200
59
Djamanat Samosir, 2011, Hukum Acara Perdata Tahap-Tahap Penyelesaian Perkara
Perdata, Bandung: Nuansa Aulia, hal. 338
60
Wirjono Prodjodikoro, 1984, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Bandung: Sumur
Bandung, hal. 135
52
HIR tetapi diatur dalam Pasal 1033 RV. Putusan riil adalah
61
Ibid, hal. 137