Anda di halaman 1dari 47

BAB II

PERJANJIAN JUAL BELI (Pasal 1457) KUH PERDATA..

1. Pengertian:
Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik dimana pihak penjual(pemilik
suatu barang) berjanji untuk menyerahkan sesuatu benda (barang atau haknya) kepada
si pembeli (pemilik uang) dimana si pembeli berjanji pula untuk membayar harga barang
yang terdiri dari sejumlah uang yang berfungsi sebagai imbalan perolehan hak milik atas
sesuatu barang (1457 KUH Perdata).

2. Sahnya perjanjian jual beli (Pasal 1458)


Suatu perjanjian jual beli sudah sah apabila telah terjadi (pada saat) kesepakatan antara
penjual dengan pembeli mengenai sesuatu barang yang dijual dan tentang berapa harga
(uang) barang tersebut.(Ada DEAL tentang barang dan uang), bersifat konsensuil.

3. Levering/penyerahan hak milik dari penjual kepada pembeli( pasal 1459).


Perpindahan hak milik atas barang dari penjual kepada pembeli (Transfer of
Ownership), baru terjadi setelah penjual menyerahkan hak milik atas barang yang
dijualnya kepada pembeli sehingga levering menjadi penentu utama untuk peralihan
hak milik. Dengan demikian, dengan konsensus saja, hak milik belum beralih.(vide pasal
1458). Hal ini disebut dengan sistem kausal.
• Konsensus pada pasal 1458 KUH Perdata hanya untuk mensahkan suatu perjanjian jual
beli yang melahirkan kewajiban (obligation). Selanjutnya para pihak harus saling
melakukan penyerahan barang ataupun uang Levering). Konsensus dan levering
merupakan 2 tindakan hukum yang berbeda/terpisah dalam suatu perjanjian jual beli
walaupun pada prakteknya, 2 tindakan hukum tersebut dapat dilakukan para pihak dalam
tempo yang bersamaan, dan juga dalam waktu yang berbeda. Dalam suatu perjanjian jual
beli sebuah pulpen, konsensus dan levering, biasanya jatuh dalam tempo yang sama, akan
tetapi impor/pembelian 1 kontainer pulpen dari Jepang , maka konsensus dan penyerahan
barang, jatuh dalam waktu yang berbeda. Causaal sisteem, hak milik baru beralih setelah
ada penyerahan.
• 4. Levering pada benda bergerak, benda tidak bergerak dan benda-benda tidak
bertubuh ( pasal 612, 613,616,620 KUH Perdata) :

• Pada perjanjian jual beli dimana objeknya adalah benda bergerak, maka perpindahan hak
milik dari penjual kepada pembeli adalah dengan Levering yang disebut sebagai Feitelijke
Levering/penyerahan secara langsung atau nyata, artinya setelah benda bergerak tersebut
diserahkan penjual ke tangan si pembeli secara nyata/langsung, maka hak milik beralih
dari penjual kepada pembeli. Setelah benda tersebut diserahkan ke pembeli, risiko atas
benda tersebut juga beralih kepada pembeli. Khusus untuk benda bergerak dimana benda
tersebut berada di gudang, maka leveringnya cukup dengan penyerahan kunci-kunci
gudang. Untuk benda dimana benda tersebut terlebih dahulu sudah berada di tangan si
pembeli, maka penyerahan secara nyata tidak diperlukan lagi (Penyerahan tangan
pendek/traditio brevi manu). Traditio longa manu.
• Pada perjanjian jual beli dimana objeknya adalah benda tidak bergerak maka
peralihan hak milik dilakukan secara yuridische Levering(Penyerahan secara
yuridis) dengan arti bahwa si penjual cukup menyerahkan bukti-bukti hukum
yang dimilikinya kepada pembeli dan selanjutnya bukti-bukti kepemilikan
tersebut dibaliknamakan ke nama pembeli melalui instansi/lembaga yang
berwenang ,misalnya Kantor Pertanahan untuk balik nama sertifikat tanah.
• Pada perjanjian jual beli benda tidak bertubuh, maka perpindahan hak milik
terjadi, tergantung pada jenis benda tidak bertubuh yang pada pokoknya
dapat dibagi 3 yaitu:
– Piutang atas nama dengan levering melalui akta otentik/Cessie yang dibuat oleh
notaris, sehingga dengan akte itu, suatu piutang beralih dari seseorang kepada orang
lainnya. Cedent/kreditor lama, cessionaris, cessus/debitor. Ada jual beli piutang
cedent dan cessionaris(kreditor baru} dan perjanjian cessie dengan akte otentik atau
di bawah tangan.
– Piutang atas bawa berpedoman pada levering dengan penyerahan surat kepada yang
membawa/memegang surat dimana pembayaran piutang itu diberikan kepada siapa
yang memegang surat tersebut dan yang dapat menunjukkan surat piutang sebagai
bukti adanya tagihan.Contohnya adalah Cek.
– Piutang atas tunjuk berpedoman pada levering dengan penyerahan surat piutang yang
diikuti dengan endosemen yakni bahwa dibelakang surat itu, dituliskan tentang
pengalihan piutang kepada seseorang yang ditunjuk.Contoh; Wesel.
5. Subjek dan objek Jual beli.
Subjek perjanjian jual beli adalah penjual (seller)dan pembeli (buyer) yang dapat
berupa subjek hukum manusia, perusahaan non badan hukum maupun badan
hukum..
Objek perjanjian jual beli terdiri dari benda-benda dan harga. Benda dapat berupa
benda bergerak, benda tidak bergerak, benda tidak bertubuh(hak-hak) seperti
piutang, tagihan/surat-surat berharga. Harga adalah nilai benda sebagai imbalan atas
barang yang disebut sebagai “uang”(price). Sesuai dengan kesepakatan, maka uang
dapat ditentukan para pihak baik berupa uang kartal maupun uang giral. Uang kartal
misalnya rupiah, dollar, peso dll. Uang giral misalnya cek, bilyet giro dll.
6. Kewajiban Penjual. (ps 1474)
• Penjual wajib menyerahkan hak milik atas barang kepada pembeli
• Penjual wajib menanggung kenikmatan yang tenteram bagi si pembeli barang
terutama dari gangguan pihak ketiga.(1491)
• Penjual wajib menanggung cacat barang yang dijualnya kepada pembeli.(1491).
7. Kewajiban pembeli(1513) adalah membayar harga pembelian atas barang berupa
sejumlah uang kepada penjual pada waktu dan tempat yang ditentukan para pihak
dalam perjanjian.
• Cara pembayaran harga barang dapat berupa cara pembayaran cash/tunai ataupun
kredit/angsuran.
• 8. Benda yang dapat dijual dapat berupa benda yang sudah ada pada suatu
perjanjian, ataupun benda yang akan ada di kemudian hari baik secara
absolut maupun relatif (ps. 1334) dan benda tersebut harus berupa benda
yang dapat diperdagangkan (ps. 1332).
• Benda yang sifatnya relatif belum ada artinya bahwa suatu benda dapat
dijual belikan walaupun benda tersebut belum berada di tangan si penjual.
Contohnya bahwa benda tersebut dipesan terlebih dahulu dari luar negeri.
• Benda yang sifatnya absolut belum ada secara konkret misalnya hasil
panenan, ijon dll. Kedua hal ini dibolehkan karena jual beli sifatnya adalah
konsensual.Yang penting bahwa benda yang dijual tersebut dapat
diidentifikasi.
• Dalam praktek jual beli real estate/Perumahan dapat terjadi bahwa jual beli
rumah telah terjadi tetapi rumahnya belum dibangun, sementara si pembeli
dapat membayar harga rumah baik cash, cicilan maupun dengan uang muka
(Kapling Siap Bangun/KSB/ Strata Title System/jual beli inden).
• Perkembangan Perjanjian Jual Beli melahirkan variasi seperti :
1. Perjanjian Jual beli angsuran/cicilan.
2. Perjanjian Sewa beli,
3. Perjanjian Sewa guna usaha (Leasing Agreement),
4. Consumer Finance (Pembiayaan Konsumen),
5. Perjanjian Jual beli On line ,jual putus, indent(Beli pesan)dll.
• Disamping perjanjian jual beli tersebut, masih banyak perjanjian tidak
bernama lainnya seperti perjanjian production sharing, joint venture,
keagenan, distributor/dealer, lembaga Trust, Factoring, Modal ventura,
hukum bisnis syariah dll.
Perjanjian bernama= kontrak nominaat. Benoemde overeenskomst
P.Tidak bernama= kontrak innominaat, onbenoemde overeenstkomst.
PERJANJIAN TUKAR-MENUKAR/BARTER(1541-1546)
• Perjanjian tukar-menukar adalah suatu perjanjian dimana kedua
belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu
barang secara timbal balik . Contohnya, A pemilik seekor Kuda
jantan menyerahkan kuda tersebut kepada B yang ditukar
dengan seekor Lembu dari B.
• Adapun sifat perjanjian tukar-menukar adalah bersifat
konsensuil artinya bahwa perjanjian tersebut sudah sah dan
mengikat bagi para pihak jika para pihak sudah sepakat
menyangkut obyek berupa barang atau benda yang mau
ditukarkan satu sama lainnya. Kesepakatan itu tentunya belum
memindahkan hak milik, karena untuk perpindahan hak milik,
diperlukan tindakan hukum Levering (penyerahan).
• Pada asasnya setiap benda yang dapat diperjualbelikan, dapat
ditukarkan asalkan kedua belah pihak merupakan pemilik barang.
Menurut pasal 1545 bahwa” jika suatu barang tertentu yang telah
dijanjikan untuk ditukar, musnah diluar kesalahan pemiliknya, maka
persetujuan dianggap gugur dan siapa yang dari pihaknya telah
memenuhi persetujuan, dapat menuntut kembali barang yang ia
telah berikan dalam tukar menukar”. Isi pasal 1545 ini merupakan
peraturan tentang risiko yang juga menjadi pedoman umum bagi
risiko pada perjanjian jual beli. Jika A berjanji menukarkan kudanya
dengan lembu dari B, ternyata Kudanya A mati ditelan banjir
melewati sungai ke kampung B, maka risiko berada di tangan A dan
jika B telah terlebih dahulu menyerahkan Lembunya ke tangan A,
maka B dapat menuntut agar lembu tersebut dikembalikan kepada
B.
• Menurut pasal 1546, maka segala ketentuan hak dan kewajiban para pihak
dalam jual beli, berlaku juga untuk tukar menukar. Walaupun demikian, harus
diakui bahwa dalam jual beli, obyek perjanjian adalah barang dengan uang,
sedangkan pada tukar menukar, obyeknya adalah barang dengan barang.
• Variasi Tukar menukar adalah perjanjian imbal beli/imbal dagang tampak
gabungan dari jual beli dengan tukar menukar. Misalnya, Pemerintah
Indonesia dalam membeli pesawat jenis Sukhoi dari Rusia dengan harga 1
milyar dollar AS, ternyata bahwa uang $ 1 milyar tersebut dibayar Indonesia
dengan memberikan sejumlah barang berupa komoditi-komoditi seperti karet
dan kelapa sawit kepada Rusia. Dalam imbal beli, maka awalnya merupakan
jual beli yang diakhiri dengan tukar menukar.
• Variasi lainnya adalah perjanjian Tukar Tambah dan Tukar Guling
Tanah(Ruilslag).
 
PERJANJIAN SEWA-MENYEWA
 
• Perjanjian sewa-menyewa(1548 KUH Perdata) adalah perjanjian dimana salah satu pihak (Yang
menyewakan)atau pemilik suatu barang, memberi atau menyerahkan kenikmatan atas barangnya
kepada pihak yang lainnya(penyewa) dengan membayar harga sewa atas barang yang dinikmatinya
untuk jangka waktu tertentu.

• Suatu perjanjian sewa-menyewa bersifat konsensuil artinya suatu perjanjian sewa sudah mengikat
bagi para pihak dengan adanya kesepakatan para pihak menyangkut barang yang disewa dan harga
sewanya.

• Dalam sewa-menyewa tidak ada pengalihan kepemilikan atas barang tetapi hanya pemberian
kenikmatan/pemakaian dari pihak yang menyewakan kepada pihak penyewa.

• Legal ownership(pemilikan secara hukum/yuridis) tetap berada pada pihak yang menyewakan
sedangkan penyewa hanya mempunyai economic ownership(pemilikan secara ekonomis).
• Segala macam benda dapat disewakan dan harga sewa pada umumnya berupa uang dan secara khusus,
dapat berupa jasa.
• Menurut pasal 1550 KUH Perdata, pemilik barang/Yang
menyewakan barang, mempunyai kewajiban-kewajiban :
1. Menyerahkan barang kepada pihak penyewa,
2.Memelihara barang yang disewakan berupa pembetulan atau per
baikan kecuali perbaikan kecil.
3. Memberikan kepada si penyewa berupa kenikmatan yang ten-
teram yang berarti bebas dari gangguan pihak ketiga.
4. Menanggung cacat atas barang yang disewakan.
• Pasal 1560 KUH Perdata mengatur kewajiban-kewajiban si penyewa
yaitu:
1. Memelihara barang sewa sebagai bapak rumah tangga yang baik.
2. Membayar harga sewa sebagaimana telah disepakati oleh para
pihak.
3. Melakukan perbaikan/pembetulan terhadap barang sewa .
• Mengenai risiko sewa-menyewa diatur pada pasal 1553 KUH
Perdata yang pada intinya menentukan bahwa sewa-menyewa
gugur demi hukum dalam hal barang yang disewakan musnah
tanpa kesalahan salah satu pihak.
• Apabila sebuah rumah disewakan A kepada B untuk jangka waktu 1
tahun dimana B telah membayar harga sewa, tetapi tiba-tiba rumah
itu terbakar atau musnah karena gempa, maka perjanjian sewa
batal demi hukum, risiko di tangan A (pemilik barang) dan B berhak
menuntut kembali harga sewa yang telah dibayarnya kepada A.
• Ketentuan pasal 1553 KUH Perdata ini juga dipergunakan sebagai
pedoman umum untuk penyelesaian risiko pada perjanjian jual beli.
• Suatu perjanjian sewa-menyewa dapat dibuat para pihak baik dalam bentuk
tertulis maupun tidak tertulis(lisan).
• Jika sewa dibuat secara tertulis, maka perjanjian sewa akan berakhir demi hukum,
dengan habisnya jangka waktu sewa sebagaimana tercantum dalam perjanjian
tersebut.
• Jika perjanjian sewa tidak secara tertulis, maka sewa tersebut tidak berakhir pada
suatu waktu tertentu dan jika Yang menyewakan berniat untuk mengakhiri sewa,
ia harus terlebih dahulu memberitahukannya kepada penyewa dengan
memperhatikan jangka waktu menurut kebiasaan setempat(1579 KUH Perdata).
• Pada asasnya jual beli tidak memutuskan sewa(1576 KUH Perdata) dan jual beli
itu ditafsirkan secara luas menjadi setiap peralihan hak, baik karena jual beli,
warisan, hibah, tukar-menukar, dll.
• Dalam sewa dikenal Pand beslaag yaitu penyitaan yang dilakukan pemilik
rumah terhadap perabot rumah tangga penyewa karena penyewa wanprestasi.
PERJANJIAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN
Pekerjaan dalam pengertian hukum adalah perbuatan atau
kegiatan yang dilakukan oleh subyek hukum secara terus-menerus,
terang-terangan dan berdasarkan kualitas tertentu dengan tujuan
untuk memperoleh penghasilan.
• Perbuatan/kegiatan, mempunyai rincian tugas (job description) menurut peraturan
yang berlaku,
• Terus menerus, terdapat suatu jangka waktu tertentu/lama yang dibuat dalam suatu
kontrak kerja,
• Terang-terangan, ada suatu landasan hukumnya berupa Surat Pengangkatan Jabatan,
• Kualitas tertentu, ada keahlian/keterampilan khusus yang dikeluarkan oleh lembaga
pendidikan/pelatihan, seperti ijasah, sertifikat, dll.
• Penghasilan, merupakan hasil akhir dari pekerjaan yang dapat berupa gaji, upah ,
honor , komisi, fee ,dll.
• Adapun perjanjian untuk melakukan pekerjaan terdiri dari 3 jenis yakni :
1. Perjanjian jasa,
2. Perjanjian perburuhan/ketenagakerjaan,
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
 
• Ad. 1. Perjanjian jasa;
Jasa adalah semua kegiatan usaha dan pemberian pelayanan yang berdasarkan perikatan dan
yang menyebabkan suatu barang, fasilitas atau hak-hak, menjadi tersedia untuk dipakai.
1. Subyek hukum perjanjian jasa disebut sebagai pemberi/penyedia jasa dan penerima jasa. Seorang
atau perusahaaan pemberi jasa biasanya merupakan ahli di bidangnya masing-masing dan oleh
karena itu, pemberi jasa berhak untuk mendapatkan upah atau honor atas jasa-jasa yang telah
diberikan kepada orang lain.

2. Seorang pemberi jasa mempunyai kewajiban untuk menyediakan suatu barang, hak atau fasilitas
untuk digunakan oleh penerima jasa. Demikian seorang penerima jasa wajib untuk membayar fee,
upah atau honor pemberi jasa dan ia berhak untuk memakai atau memanfaatkan suatu barang, hak
ataupun keterampilan pemberi jasa. Apabila salah satu pihak wanprestasi maka ia harus membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya.
ad.2. Perjanjian perburuhan/ketenagakerjaan;
 
Perjanjian ketenagakerjaan di Indonesia tidak lagi merupakan hubungan
perdata murni antara buruh dengan majikan, karena pemerintah/negara sudah
ikut serta mencampuri hubungan ketenagakerjaan sejalan dengan konsep
welfare state dan hal ini disebut sebagai hubungan tripartit.
Peraturan perburuhan merupakan peraturan hukum perdata yang mempunyai
unsur hukum publik, dan merupakan hukum sektoral yang tumbuh dan
berkembang menjadi suatu sistem hukum tertentu.
Pasal 1601-1617 KUH Perdata hanya merupakan peraturan pelengkap dari
peraturan ketenagakerjaan dewasa ini seperti UU.No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, UU.No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, UU Serikat Pekerja dan peraturan-peraturan
pelaksanaannya. Disnaker
ad.3. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan;
 
Perjanjian pemborongan merupakan suatu perjanjian antara seseorang ataupun badan hukum (pihak yang
memborongkan) dengan pihak yang memborong pekerjaan (pemborong) dimana pihak yang memborongkan menghendaki
suatu hasil pekerjaan dari pihak pemborong dan pihak pemborong ini mendapatkan suatu upah pemborongan dari hasil
pekerjaannya.

Pada umumnya terdapat 2 macam perjanjian pemborongan pekerjaan yaitu:


1. Pemborong (developer) di samping memborong pekerjaan, juga harus menyediakan bahan-bahan untuk pekerjaan
pemborongan,
2. Pemborong hanya melakukan pekerjaan tanpa menyediakan bahan-bahan untuk pekerjaan borongan.
Pada jenis pertama berarti terdapat beban tanggung jawab yang lebih besar di pundak pemborong karena di samping
harus menyelesaikan pekerjaan, pemborong juga bertanggung jawab atas musnah atau hilangnya bahan-bahan sebelum
diserahkan kepada pihak yang memborongkan(pemilik proyek).
Pada jenis kedua, tanggung jawab pemborong lebih ringan karena ia hanya bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan
untuk musnah atau hilangnya bahan-bahan, pemborong tidak bertanggungjawab kecuali karena kesalahannya.

Untuk proyek Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah diatur secara khusus misalnya pada Perpres
No.12 Tahun 2021 sebagai perubahan dari Perpres no.16 Tahun 2018. Penunjukan langsung :Rp.200 jt ke bawah.
 
PERSEKUTUAN PERDATA/MAATSCHAP/VENNOOTSCHAP/PARTNERSHIP
 
• Menurut pasal 1618, Persekutuan perdata (partnership) merupakan suatu perjanjian dengan
mana 2 orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam kekayaan bersama
dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh karenanya secara ekonomi.
• Persekutuan perdata merupakan bentuk kerja sama bisnis/organisasi bisnis yang paling tua
dan paling sederhana. Paling tua karena persekutuan perdata merupakan bentuk kerja sama bisnis
pertama sebagai hasil perkembangan kerja sama yang menggantikan bentuk usaha perorangan.
• Seorang pelaku bisnis dengan usaha perorangan menanggung sendiri tanggung jawab usaha secara
total yang dapat berakibat bahwa orang tersebut akan bangkrut jika usaha mengalami kerugian
besar.
• seseorang mulai mengadakan kerja sama dengan orang lain dengan nama persekutuan perdata,
sehingga risiko bisnis dapat ditanggung secara bersama, keuntungan dapat dinikmati bersama dan
pertanggungjawaban menjadi lebih ringan dibanding dengan usaha perorangan serta ekspansi
usaha dapat dilakukan dengan adanya kerja sama bisnis tersebut, dimana ekspansi ini sangat sulit
dilakukan dengan bentuk usaha perorangan . PARTNERSHIP. LAW FIRM. Tuahman &ASSOCIATES
• Dari isi pasal 1618 KUH Perdata di atas dapat ditegaskan bahwa ada dua
unsur utama persekutuan perdata yakni:
1. para pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan ,
2. maksud atau tujuan para pihak adalah untuk mencari keuntungan
ekonomis yang akan dibagi-bagi oleh para anggota.
• Kedua unsur ini menjadi faktor pembeda persekutuan perdata dengan
perkumpulan biasa (pasal 1653 KUH Perdata) .

• Pemasukan atau inbreng para sekutu kepada kekayaan bersama itu, dapat
berupa:
1. Inbreng Barang,
2. Inbreng Uang,
3. Inbreng Tenaga/kerajinan/keterampilan.
• Tata cara pembagian keuntungan ditentukan secara bersama-sama oleh
para pihak yang membentuk persekutuan.
• Jika para pihak tidak ada menentukan besar kecilnya pembagian
keuntungan bagi masing-masing anggota, maka berlakulah ketentuan pasal
1633 sampai dengan pasal 1635 KUH Perdata yang pada pokoknya
menentukan bahwa keuntungan persekutuan dibagi secara bersama-sama
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pembagian harus dilakukan menurut nilai/harga dari pemasukan/inbreng
masing-masing anggota persekutuan.
2. Semua sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja, hanya
mendapatkan keuntungan yang sama rata, kecuali ditentukan lain.
3. Bagi sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja, keuntungannya
disamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau barang yang terkecil
nilai/harganya.
• Pertanggungjawaban para pihak dalam persekutuan adalah bahwa masing-
masing sekutu mempunyai tanggung jawab terpisah dalam setiap tindakan
hukum keluar(1642 KUH Perdata).
• Tindakan keluar adalah atas nama sendiri dan merupakan tanggung jawab
masing-masing. Keluar, setiap anggota bertindak dan bertanggung jawab
secara pribadi/sendiri atas perikatan-perikatan yang dilakukannya, tetapi
kedalam persekutuan, mereka bertanggungjawab secara bersama-sama
yang berarti bahwa masing-masing anggota perekutuan bertanggung jawab
sebanding dengan inbreng masing-masing.
• Misalnya pada Persekutuan Tisani di atas, maka apabila Tiur meminjam uang
ke Bank dan Tiur tidak mampu mengembalikan pinjaman(wanprestasi),
maka Sandra dan Nindya tidak ikut bertanggungjawab terhadap hutang Tiur
tersebut, karena masing-masing mereka mempunyai tanggung jawab
terpisah dalam tindakan keluar persekutuan.
• Persekutuan Perdata merupakan pengembangan dari usaha perseorangan yang berarti bahwa dalam
usaha perorangan, hanya 1 orang yang melakukan kegiatan usaha , modal sendiri , tanggungjawab
sendiri dan keuntungan sendiri. Selanjutnya, 2 orang atau lebih bekerjasama dengan modal bersama,
keuntungan bersama dengan tanggung jawab terpisah/sendiri yang disebut sebagai Pesekutuan
Perdata(Maatschap).

• Pengembangan Persekutuan Perdata ini adalah Perusahaan dengan bentuk Firma yakni perusahaan
dibawah nama bersama, keuntungan bersama, modal bersama, dan tanggung jawab bersama(solider,
renteng).
• Kemudian berkembang Perseroan Komanditer(CV) yakni Firma plus pesero komanditer yang hanya
mempunyai tanggung jawab terbatas.
• Selanjutnya Perseroan Terbatas(PT) lahir dimana semua pemegang saham, mempunyai tanggung
jawab yang terbatas.

• Kemudian lahirlah perusahaan kelompok(Consern, Group) yang melahirkan adanya PT di dalam PT.
Ada perusahaan induk yang mempunyai beberapa anak perusahaaan dimana kesemuanya masing-
masing berbadan hukum PT.
• Dalam mendirikan suatu persekutuan perdata, tidak terikat pada suatu bentuk atau
formalitas tertentu, sehingga persekutuan perdata/ partnership dapat didirikan baik secara
lisan maupun secara tertulis dan tidak ada ketentuan tegas tentang permodalan. Yang
penting adalah bahwa para anggota memasukkan inbreng yang dapat berbentuk uang,
barang ataupun tenaga.
• Menurut pasal 1646, pada umumnya penyebab suatu persekutuan perdata berakhir :
1. Dengan meninggalnya salah satu angggota persekutuan, ditempatkan di bawah pengampuan
atau pailit.
2. Dengan mufakat/persetujuan para pihak,
3. Barang yang digunakan untuk mencapai tujuan persekutuan, telah musnah/habis.
4. Dengan berakhirnya tenggang waktu yang semula ditetapkan pada waktu pendirian
persekutuan.
Di samping 4 alasan di atas, dimungkinkan juga alasan alasan lain yang menghentikan
operasional persekutuan, dan sebagai akibat penghentian persekutuan, maka kekayaan/asset
persekutuan harus dibagi oleh para anggota dengan dasar hukum menurut ketentuan KUH
Perdata tentang pembagian budel warisan seseorang yang meninggal dunia.
 
PERKUMPULAN/PERHIMPUNAN(VERENIGING
(1653-1665 KUHPerdata)

Perhimpunan adalah suatu bentuk kerja sama yang didirikan oleh


beberapa orang yang hendak mecapai suatu tujuan yang tidak mencari
keuntungan secara ekonomis, dengan mengatur segala sesuatu kerja sama
dalam anggaran dasar/statuta rumah tangga tertentu.

Istilah-istilah lain dari perhimpunan adalah Lembaga, assosiasi, serikat,


ikatan. Dalam setiap perkumpulan terdapat himpunan orang-orang yang
bekerjasama untuk tujuan yang bersifat nirlaba (organisasi non bisnis). Hal ini
menjadi perbedaan mendasar antara perhimpunan dengan persekutuan
perdata yang bersifat laba(organisasi bisnis).
• Suatu perhimpunan dapat berstatus non Badan Hukum ataupun Badan Hukum.
Menurut pasal 1655 KUH Perdata, terdapat perkumpulan yang berbadan hukum,
yang terdiri dari:
1. Badan Hukum yang didirikan Pemerintah seperti Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Desa dan Kelurahan, Badan Usaha Milik Negara(BUMN), BHMN/BHP, dll.
2. Badan Hukum yang diakui negara seperti Gereja Katolik, HKBP, GBKP, GKPI, dll.
3. Badan Hukum yang diperijinkan seperti IKADIN, AAI, PERADI, KAI, IDI, dll.
4. Badan Hukum yang didirikan oleh partikelir untuk tujuan tertentu.

• Suatu perkumpulan menjadi Badan Hukum , harus melalui pengakuan dari


Menteri Kehakiman(Lembaran Negara tahun 1870 No. 64). Pengakuan sebagai badan
hukum berakibat bahwa perkumpulan tersebut berstatus sebagai subyek hukum
yang berdiri sendiri, dapat memiliki harta kekayaan sendiri, berhak menggugat ke
Pengadilan dan pengurus menjadi wakil persekutuan dalam setiap tindakan keluar.
• Segala sesuatunya menyangkut batasan kekuasaan para pengurus
dalam tindakan hukum keluar dan menyangkut perbuatan-perbuatan
hukum yang dibolehkan dan yang dilarang, ditentukan dalam
anggaran dasar perkumpulan.
• Apabila perbuatan pengurus melampaui wewenangnya maka
berlakulah ketentuan pasal 1656 KUH Perdata yang pada intinya
menyatakan bahwa perbuatan pengurus yang melampaui wewenang
itu, mengikat bagi perkumpulan apabila perbuatan itu sungguh-
sungguh mempunyai manfaat karenanya atau perbuatan itu kemudian
disetujui secara sah dalam rapat anggota perkumpulan.
• Dengan demikian, perkumpulan hanya akan terikat jika perkumpulan
mendapat manfaat ataupun setelah adanya pensahan rapat anggota
terhadap perbuatan yang telah dilakukan oleh pengurus tersebut.
• Menurut isi pasal 1658 KUH Perdata, maka para pengurus diwajibkan untuk memberikan
perhitungan dan pertanggungjawaban kepada segenap anggota perkumpulan serta setiap
anggota berwenang untuk memanggil para pengurus ke muka Hakim/Pengadilan.
• Hakim dapat memutuskan bahwa pengurus harus melakukan perhitungan dan
pertanggungjawaban (prestasi berbuat sesuatu) dan pembebanan uang paksa mana kala
putusan mengenai pertanggungjawaban itu tidak dituruti oleh pengurus.
• Adapun tentang hak suara setiap anggota perkumpulan(1659 KUH Perdata),
ditentukan bahwa masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak suara yang
sama dan pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak, kecuali ditentukan lain
dalam anggaran dasar/statuta perkumpulan. (AD dan RT).
• Para anggota perkumpulan tidak mempunyai tanggung jawab secara pribadi terhadap
perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh perkumpulan sehingga utang-utang atas nama
perkumpulan, hanya dilunasi melalui pendapatan dan penjualan barang-barang
perekumpulan itu sendiri (1661 KUH Perdata). Demikian juga hak-hak para anggota
perkumpulan adalah besifat pribadi dan tidak berpindah kepada ahli waris anggota (1664
KUH Perdata), kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar perkumpulan.
• Ketentuan umumnya adalah bahwa hak anggota perkumpulan hanya ada selama dia masih hidup dan hak itu
menjadi ikut mati dengan meninggalnya anggota perkumpulan itu, akan tetapi dapat diperjanjikan juga
secara khusus bahwa hak-hak seorang anggota dapat berpindah kepada ahli warisnya.

• Suatu perkumpulan dapat berakhir/bubar karena berhentinya tujuan/pokok perkumpulan, ditentukan


dalam anggaran dasar, pelepasan keanggotaan para anggota atau karena meninggalnya para anggota
perkumpulan (1663 KUH Perdata).

• Jika perkumpulan bubar, maka anggota yang masih ada atau anggota yang ada paling terakhir wajib melunasi
hutang perkumpulan kepada pihak ketiga berupa sejumlah kekayaan perkumpulan yang masih ada dan
mereka hanya diperkenankan untuk membagi-bagi sisanya. Para anggota yang terakhir ini berstatus sebagai
ahli waris yang menerima warisan dari perkumpulan dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan
harta peninggalan (ahli waris beneficiair).

• Ahli waris beneficiair adalah ahli waris yang menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk
mengadakan pencatatan harta peninggalan(milik perkumpulan). Jika mereka lalai untuk melakukan
pencatatan dan pemanggilan para kreditor dalam jangka waktu 3 bulan, maka mereka dapat dituntut untuk
membayar seluruh utang perkumpulan dan beban itu dapat beralih kepada ahli warisnya (1665 KUH Perdata).
 
PERJANJIAN HIBAH (SCHENKING, DONATION)
 
• Menurut pasal 1666 KUH Perdata, hibah adalah suatu perjanjian dimana si penghibah di waktu hidupnya dengan Cuma-Cuma
dan tidak dapat ditarik kembali,menyerahkan sesuatu barang guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.

• Suatu perjanjian hibah (pemberian) termasuk perjanjian Cuma-Cuma karena prestasi hanya berada di tangan salah satu pihak
saja (pemberi hiban), sedangkan pihak lainnya (penerima hibah) tidak melakukan prestasi apapun. Oleh karena itu lah perjanjian
hibah disebut juga sebagai perjanjian Unilateral (sepihak).

• Hibah harus dibedakan dengan pemberian pada warisan melalui testament(surat wasiat).

• Pemberian pada hibah bersifat tindakan secara kontraktual/perjanjian sedangkan pemberian pada surat wasiat (hibah wasiat)
tidak mempunyai unsur kontraktual. Istilah “di waktu hidupnya” pada perjanjian hibah menegaskan bahwa si pemberi hibah
dapat memberikan/menghibahkan sesuatu barang kepada pihak lainnya(penerima hibah)semasa dia masih hidup dan tidak dapat
ditarik secara sepihak , sedangkan pada legaat(hibah wasiat) dalam hukum waris, pemberian tersebut baru terjadi setelah
pemberi hibah wasiat, meninggal dunia dan legaat itu sewaktu-waktu dapat dirobah si pemberi legaat pada waktu hidupnya.

• Adapun sifat perjanjian hibah adalah konsensuil obligatoir sehingga suatu hibah sudah sah dengan adanya kesepakatan para
pihak memyangkut objek dan syarat-syarat penghibahan dan dengan kesepakatan tersebut, lahirlah kewajiban yang dilanjutkan
dengan penyerahan (Levering) hak milik atas barang dari si penghibah kepada si penerima hibah. Di samping itu hibah juga
disebut juga sebagai perjanjian formil dimana suatu perjanjian hibah baru sah jika memenuhi formalitas-formalitas tertentu.
• Misalnya bahwa hibah untuk benda tidak bergerak seperti tanah, baru sah jika dilakukan dengan akte notaris (1682 KUH
Perdata) ,kecuali hibah untuk benda-benda bergerak bertubuh dan piutang atas tunjuk yang cukup dengan penyerahan
secara nyata dan tidak diperlukan akte notaris (1687 KUH Perdata).

• Adapun benda-benda yang dapat dihibahkan adalah benda-benda yang sudah ada, sedangkan benda-benda yang masih akan
ada di kemudian hari, tidak dapat dihibahkan(batal). Jika benda yang sudah ada dihibahkan secara bersamaan dengan benda
yang masih akan ada,maka hibah hanya sah untuk benda-benda yang sudah ada tersebut.

• Dalam suatu hibah dapat diperjanjikan bahwa si penghibah dapat menikmati benda-benda yang dapat dihibahkan.

• Menurut pasal 1672 maka si penghibah dapat memperjanjikan bahwa benda yang telah dihibahkannya dapat kembali
padanya jika si penerima hibah sendiri maupun keturunannya akan meninggal lebih dahulu dari si penghibah. Jika benar-
benar penghibah belakangan meninggal, maka segala bentuk pengalihan/pengasingan barang yang telah dihibahkan, harus
dibatalkan dan kembali ke tangan si penghibah, bebas dari segala beban dan hipotik yang telah diletakkan di atasnya sejak
penghibahan (1673 KUH Perdata).

• Ketentuan pasal 1673 KUH Perdata itu tentunya tidak berlaku untuk penghibahan benda bergerak karena pembeli yang
membeli suatu barang bergerak dari seorang penjual yang menjual barang hasil hibah/ pemberian orang lain, dilindungi oleh
pasal 1977 ayat 1 tentang bezitter yang baik dilindungi oleh undang-undang .
• Selanjutnya menurut pasal 1675 dikenal hibah wasiat “lompat tangan” yakni penunjukkan seorang ahli waris atau pemberian
barang dalam suatu testamen dengan ketentuan bahwa si waris atau si penerima hibah wasiat dilarang untuk
memindahtangankan barang-barang warisan, sedangkan barang-barang tersebut setelah mereka meninggal, harus diberikan
kepada seseorang atau orang lain lagi yang ditunjuk dari testamen tersebut.
• Seorang pemberi hibah harus sudah dewasa sedangkan si penerima hibah dapat berupa orang yang belum dewasa (diwakili
orang tua).
• Dilarang penghibahan kepada dokter yang merawat si penghibah., dan juga bagi notaris yang membuat akte hibah.

• Risiko dari suatu barang yang tidak jadi dihibahkan sebagai akibat dari keadaan memaksa, dibebankan kepada si
berpiutang (penerima hibah) sesuai dengan isi pasal 1237 KUH Perdata.
• misalnya A berjanji mengibahkan sebuah mobil kepada B, ternyata sebelum mobil diserahkan, mobil tersebut
terbakar maka risiko atas kebakaran tersebut(beban kerugian) ditanggung oleh B(si penerima hibah)dengan
pengertian bahwa B tidak beruntung atas pemberian tersebut dan B tidak bisa menuntut A untuk mengganti mobil
tersebut.

• Suatu perjanjian hibah dapat ditarik atau dihapuskan dalam hal-hal sebagai berikut:
1.Karena tidak dipenuhinya syarat-syarat penghibahan misalnya si penerima hibah tidak memenuhi-
syarat yang sudah ditetapkan oleh si penghibah sebelumnya.
2.jika si penerima bersalah melakukan atau membantu melakukan kesalahan yang bertujuan
mengambil jiwa si penghibah atau suatu kejadian lainnya.
3.jika si penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah setelah pem-
beri hibah,jatuh miskin.

 
 
• PERJANJIAN PENITIPAN BARANG (1694) 
Perjanjian penitipan adalah perjanjian dimana seseorang bersedia menerima sesuatu barang orang lain dengan syarat bahwa
penerima titipan (bailee )wajib menyimpan barang dan mengembalikannya kepada orang lain tersebut(bailor) dalam wujud
asalnya. Perjanjian penitipan bersifat Riil artinya penitipan terjadi jika telah ada perbuatan nyata berupa penyerahan sesuatu
barang kepada penerima titipan.
• Jenis-jenis Perjanjian Penitipan:
1.Penitipan sejati/murni/biasa
2. Sekestrasi
Ad 1.Penitipan sejati yaitu penitipan yang dibuat dengan Cuma-Cuma tentang benda-benda/barang yang bergerak.
Suatu penitipan murni dapat diadakan secara Cuma-Cuma ataupun atas beban (upah penitipan) asalkan telah
diperjanjikan oleh para pihak.
• Perjanjian penitipan ini dapat terjadi secara:
1. Sukarela yaitu melalui kesepakatan perjanjian,
2.Terpaksa yaitu penitipan yang terpaksa dilakukan oleh seseorang karena terjadinya suatu malapetaka seperti
kebakaran, banjir atau Force Majeure.
• Pada penitipan maka si penerima titipan wajib merawat barang titipan yang dipercayakan kepadanya. Jika barang titipan
rusak/hilang karena kelalaian si penerima titipan(wanprestasi) maka ia harus bertanggung jawab kepada penitip, terlebih
lagi jika si penerima titipan menawarkan diri sebagai penerima titipan dengan meminta upah penitipan.
• Jika objek titipan musnah/rusak/hilang karena Force Majeure/keadaan memaksa/overmacht maka risiko si tangan si
penitip(Pemberi titipan/pemilik barang). Mengenai barang yang dititipkan oleh tamu pada penginapan/hotel/losmen dll,
maka pemilik hotel bertanggung jawab atas kelalaian, pencurian oleh pelayan, bahkan pencurian oleh orang lain. Jika
pemilik hotel membatasi tanggung jawab dengan Klausula Eksonerasi, maka hal itu tidak diperbolehkan oleh hukum. (psal
18 UU No.8 Thun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
• Putusan MA no.3416/Pdt/1985, kegiatan usaha parkir merupakan perjanjian penitipan barang sehingga hilangnya barang
atau kenderaan pemilik sebagai pengguna jasa parkir menjadi tanggungjawab pengelola parkir.
Ad 2. Sekestrasi
• Sekestrasi adalah penitipan barang yang tersangkut dengan perselisihan dimana barang
dititipkan kepada pihak ketiga dan setelah perselisihan selesai, barang tersebut
dikembalikan kepada yang berhak.
• Penitipan barang kepada pihak ketiga dalam suatu perselisihan ini (sekestrasi) dapat
terjadi karena kesepakatan kedua belah pihak yang bersengketa atau karena putusan
hakim. Sekestrasi ini dapat dibuat juga untuk benda tidak bergerak disamping benda-
benda bergerak.
• Lembaga Trust.
1. Trust merupakan lembaga pengelolaan/pengurusan harta kekayaan seseorang
(settlor) oleh orang lain (Trustee) untuk kepentingan pihak ketiga (beneficiary).
2. Settlor menyerahkan pengelolaan harta kekayaannya kepada Trustee untuk di-
gunakan demi kepentingan pihak ketiga.
3. Artis X menyerahkan pengelolaan keuangan/harta kekayaannya diurus oleh pi-
hak manajemennya (Y) secara jangka panjang dan untuk digunakan demi anak-
anaknya (Z). Legal ownership asset berada pada Trustee, sehingga harta pribadi
Trustee harus dipisah dari asset Settlor.
4. Trust didasarkan pada fiduciary relationship.
PERJANJIAN PINJAMAN (Ps. 1740)
 
• Pada umumnya, perjanjian pinjaman dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yakni :
1.Perjanjian Pinjam Pakai,
2.Perjanjian Pinjam Mengganti/P.Pinjam meminjam.
 
Ad 1. Perjanjian pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
suatu barang kepada pihak lain untuk dipakai secara Cuma-Cuma dengan syarat bahwa yang
menerima barang (pemakai), setelah memakainya atau setelah lewat waktu tertentu, akan
mengembalikannya kepada pemilik semula. Sifatnya unilateral, Cuma-Cuma dan riil yakni ada
tindakan “Memberikan sesuatu kepada orang lain”.
• Objek pinjam pakai adalah:
1.Bendanya adalah benda yang tidak habis karena pemakaian,
2.Kepemilikan tidak beralih yakni barang tetap milik yang meminjamkan.
3.Peminjam hanya berhak untuk memakai barang secara Cuma-Cuma. Subjek
adalah pemberi barang(yang meminjamkan)dan penerima barang (yang meminjam).
• Kewajiban Peminjam :
– menyimpan dan memelihara barang
– wajib memakai barang sesuai dengan perjanjian
• Kewajiban yang meminjamkan:
• Tidak boleh menarik kembali barang sebelum lewat waktu
yang ditentukan,
• Bertanggung jawab atas cacat barang.
• Jika peminjam wanprestasi maka peminjam wajib
mengganti kerugian kepada yang meminjamkan.
• Ad.2. Perjanjian Pinjam Meminjam/Mengganti
Menurut pasal 1754 KUH Perdata, pinjam mengganti adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada orang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian
dengan syarat bahwa yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu
yang sama pula.
• Sifat perjanjian adalah riil.
• contoh perjanjian pinjam meminjam adalah pinjaman uang, beras, kopi, gula,dll.
• Dengan adanya perjanjian pinjam meminjam, akan menimbulkan utang-piutang bagi para pihak.
• Perjanjian dengan memperjanjikan bunga pinjaman, diperbolehkan dalam hukum perdata. Bunga adalah
keuntungan yang diharapkan dari uang pokok.
• Pada umumnya hukum memperbolehkan pinjaman uang dengan membebankan bunga uang pokok yang
harus dibayar oleh peminjam kepada pemilik uang/pihak yang meminjamkan.
• Jenis bunga terdiri dari bunga moratoir (LN.No.22 Tahun 1948 jo 1250 Pdt, 6% setahun), bunga
konvensional (yg diperjanjikan) dan bunga kompensatoir.
• Bunga kompensatoir adalah bunga yang dituntut kreditor untuk dibayar debitor yg wanprestasi karena
kreditor telah terlebih dahulu bayar bunga kepada pihak ketiga.
• Woeker ordonantie 1938 atau UU Riba melarang bunga yang terlalu tinggi dalam pinjam meminjam. UU
ini masih berlaku sampai sekarang.
• Adapun perjanjian kredit bank merupakan perjanjian yang
termasuk ke perjanjian pinjam meminjam uang/mengganti
yang tunduk pada pasal 1754 dan seterusnya.
• Demikian juga perjanjian simpanan di bank berupa
simpanan giro, tabungan, deposito dan sertifikat deposito
tunduk pada pasal 1754 KUH Perdata dan bukan ke
perjanjian penitipan barang.
• Jika penabung memasukkan sejumlah uangnya ke Bank,
berarti bank tersebut meminjam uang penabung untuk
dimanfaatkan oleh bank dan bank wajib
mengembalikannya ke penabung beserta bunga pinjaman .
PERJANJIAN UNTUNG-UNTUNGA(1774-1791)
• Adalah persetujuan yang pelaksanaan kewajibannya tergantung
pada suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi.
• Jenis-jenisnya :
1. Perjanjian asuransi/pertanggungan ,
2.Bunga cagak hidup,
3. Perjudian, pertaruhan.
• Dalam suatu perjanjian untung-untungan maka pelaksanaan
kewajiban, sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang
belum tentu yang mana jika peristiwa itu ternyata terjadi secara
de facto,akan menentukan untung ruginya salah satu pihak.
• Ad.1. Perjanjian Asuransi /Pertanggungan
• Perjanjian asuransi adalah suatu perjanjian dimana di
penanggung(perusahaan asuransi) dengan menerima premi (berupa
uang) menyanggupi untuk memberikan penggantian kerugian kepada
orang yang kepentingannya ditanggung sebagai akibat dari suatu
kejadian yang tidak tentu yang dialami oleh si tertanggung(nasabah).
• Dengan perjanjian asuransi maka terjadi Peralihan Risiko dari
tertanggung kepada penanggung dengan syarat bahwa sitertanggung
harus membayar kontra prestasi berupa premi asuransi.
• Perjanjian pertanggungan dalam KUH Perdata menjadi induk
pengaturan hukum asuransi dalam KUH Dagang sehingga KUH Perdata
merupakan Lex generalis sedangkan KUH Dagang sebagai lex specialis.
Ad 2. Bunga Cagak Hidup (Bunga selama hidup)
• Perjanjian bunga cagak hidup adalah perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk memberikan sejumlah uang
kepada pihak lain dengan syarat pihak lain itu tiap-tiap kali (tiap bulan atau tiap tahun)memberi tunjangan kepada
pihak pertama sampai pihak pertama tersebut meninggal. Unsur untung-untungan adalah panjang atau pendeknya
umur pihak pertama. Semakin panjang umur pihak I, ia akan untung tetapi jika umurnya pendek, ia akan rugi. Cagak
hidup ini mirip dengan tunjangan dan merupakan kebalikan asuransi jiwa.
 
• Ad.3 Perjudian/Pertaruhan(Gambling)
• Pada perjudian maka para pihak mengambil peranan secara langsung dalam suatu permainan dimana hasil
permainan menghasilkan untung rugi(kalah,menang) bagi para pihak. Kemenangan digantungkan pada nasib ataupun
kepandaian. Pada pertaruhan maka para pihak justru berada diluar suatu permainan.
• Permainan olahraga dikecualikan dari perjudian/pertaruhan. (1789 KUH Perdata).
Contoh-contoh:
• Perjudian adalah judi jackpot, joker, togel, judi online dll.
• Pertaruhan adalah taruhan pacuan kuda, taruhan uang final piala Eropah 2020, Taruhan Final Piala Champions 2009
antara Manchester United dengan Barcelona, dll.
• Undian dan Lotre termasuk perjudian kecuali dilegalisir oleh pemerintah, sedangkan pertandingan Olahraga bukanlah
perjudian/pertaruhan walaupun olahraga tersebut bertujuan untuk menang atau kalah. Menurut 1788 KUH Perdata,
UU tidak memberikan suatu tuntutan hukum dalam halnya suatu utang yang terjadi karena perjudian/pertaruhan.
Hal ini ditentukan sesuai dengan “Natuurlijke Verbintenis” (Perikatan Alam/bebas).
• PERJANJIAN PEMBERIAN KUASA (1792-1819)
• Perjanjian pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan perintah kepada
pihak lain untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum, perintah mana diterima oleh pihak lain tersebut.
• Contoh :PT Tisani memberikan kuasa kepada Todung Mulya Lubis untuk mengurus perkara PT.Tisani yang
bersengketa dengan PT.Angin Ribut.
• PT Tisani sebagai pemberi kuasa (Last Gever)
• PT Angin Ribut lawan PT Tisani
• Todung Mulya Lubis merupakan pengacara (Penerima kuasa) dari pihak PT Tisani berdasarkan perjanjian
pemberian kuasa.
• Dengan pemberian kuasa maka lahirlah perwakilan. Suatu kekuasaan untuk mewakili orang lain dapat terjadi:
– Karena persetujuan yaitu perjanjian antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa,
– karena UU yaitu orangtua mewakili anak di bawah umur..
• Dalam kaitan antara pemberian kuasa dengan perwakilan maka terdapat :
• perwakilan langsung
• perwakilan tidak langsung
– Pada perwakilan langsung maka si penerima kuasa mewakili pemberi kuasa dengan memberitahukannya kepada setiap pihak III bahwa si kuasa berbuat atas
suruhan orang lain(pemberi kuasa).
– Pada perwakilan tidak langsung, si kuasa seolah-olah bertindak atas nama sendiri karena si kuasa tidak memberitahukannya kepada pihak III.

• Pada hukum dagang dikenal penerima kuasa yang disebut sebagai orang-orang perantara dalam perdagangan
seperti komisioner, makelar dan keagenan/distributor/dealer.
• Makelar adalah perantara perdagangan atas nama orang lain (pemberi kuasa) yang bertugas untuk
mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjual barang bagi penjual barang. Makelar tidak
bertanggung jawab atas penyerahan ataupun pembayaran. Tugasnya hanya utk mempertemukan
penjual dengan pembeli. Upahnya berupa provisi atau courtage.
• komisioner merupakan perantara perdagangan yang dalam tugasnya mengurus kepentingan orang lain
atas namanya sendiri. Komisioner ikut bertanggungjawab sendiri atas tindakannya dalam perjanjian
antara penjual dengan pembeli. Upahnya adalah komisi.
• Bentuk perjanjian pemberian kuasa dapat secara lisan ataupun tertulis walaupun prakteknya adalah
umumnya tertulis. Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan upah dan tanpa upah (Pro deo)
• Macam-macam Pemberian Kuasa:
• pemberian kuasa umum /mutlak yakni si kuasa diperintahkan mewakili pemberi kuasa untuk
keseluruhan /beberapa kepentingan pemberi kuasa,
• pemberian kuasa khusus yakni si kuasa bertindak mewakili si pemberi kuasa, hanya untuk suatu hal
tertentu atau untuk beberapa hal tertentu saja.
• jual beli tanah/properti sering menggunakan surat kuasa jual yakni pelimpahan wewenang dari pemilik
properti kepada agen properti untuk membantu menjual tanah/properti.
• Apabila properti dapat terjual maka dilanjutkan dengan AJB (Akte Jual Beli Tanah) melalui PPAT.
• Pembeli membayar BPHTB(Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) 5% dari Nilai Jual Tanah.
• Pada umumnya seorang penerima kuasa mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas sebagaimana telah
diperjanjikan, menanggung biaya-biaya, bertanggungjawab atas kelalaiannya dan wajib untuk melaporkan segala
sesuatunya kepada si pemberi kuasa . Di pihak lainnya, seorang pemberi kuasa berkewajiban untuk memenuhi segala
perikatannya kepada si penerima kuasa walaupun si penerima kuasa tidak berhasil untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya sebagaimana diharapkan pemberi kuasa dan wajib untuk mengembalikan segala biaya yang telah dikelurkan
si kuasa, serta wajib untuk memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami si kuasa dalam mengurus kepentingan si
pemberi kuasa. 
• Di dalam pejanjian pemberian kuasa dikenal kuasa dengan hak substitusi yakni bahwa si penerima kuasa diberi
wewenang oleh si pemberi kuasa untuk menunjuk orang lain (pihak ketiga) untuk melaksanakan tugas-tugas dari si
penerima kuasa. Pemberi substitusi (penerima kuasa) bertanggung jawab atas segala perbuatan dari penerima
substitusi (pihak ketiga).
• Perkembangan bisnis melahirkan perjanjian tidak bernama yakni perjanjian Keagenan (Agency) baik sebagai agen
tunggal ataupun distributor. Campuran Eropah Continental dengan Common Law.
• Agen adalah perantara perdagangan yang bertindak atas nama suatu perusahaan tertentu untuk menjual barang/jasa
dari prinsipalnya. Keuntungannya adalah Komisi Penjualan. Perjanjian ini bisa melalui letter of appointment(LoA)
(surat penunjukan).
• Agency ini lebih lanjut diatur dalam Permendag No.11 Tahun 2006. Perusahaan Keagenan harus terdaftar di
Kementerian Perdagangan dan mempunyai STP (Surat Tanda Pendaftaran).
• Agen tidak bertanggungjawab terhadap kerugian konsumen karena agen hanya perantara dari produsen. Jika
konsumen menuntut produsen, produsen eksepsi bdsrkan 1340 KUH Perdata. Konsumen yang dirugikan jangan
menuntut hanya berdasarkan wanprestasi tetapi mesti berdasarkan Tort (unlawful act).
• Menurut pasal 1813, maka cara-cara berakhirnya pemberian kuasa :
• Dicabut oleh pemberi kuasa
• Dikehendaki oleh penerima kuasa
• Salah satu pihak mati,pailit atau dibawah curatele(dibawah
pengampuan), Dll .
• Suatu pemberian kuasa erat kaitannya dengan istilah keagenan dan
trust.
• Keagenan (AGENCY) adalah perwakilan berdasarkan pemberian kuasa.
• Trust adalah pemberian kuasa oleh seseorang kepada orang tertentu
yang dipercayai untuk mengurus dan memelihara harta kekayaannya si
pemberi kuasa guna kepentingan seorang pihak III.
PENANGGUNGAN HUTANG (Ps. 1820)
• Perjanjian penanggungan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
pihak III guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatan si berhutang, manakala si berhutang (debitor) tidak memenuhi
perikatannya kepada si berpiutang(kreditor).
• Penanggungan utang atau garansi diadakan untuk kepentingan kreditor dan sifat
perjanjiannya adalah assesoir dari suatu perjanjian pokok.
• Seorang Garantor/Borg/Penanggung, baru wajib membayar hutang debitor
apabila harta debitor tidak cukup membayar hutang ke kreditor lama dan
garantor dapat meminta agar harta debitor terlebih dahulu disita ataupun
dilelang. (ps.1831)
• Selanjutnya jika garantor/penjamin telah membayar hutang debitornya ke
kreditor maka garantor berhak untuk menuntut kembali si debitor untuk
membayar hutangnya berdasarkan subrogasi (Pergantian kreditor) ps.1400 jo
1840 KUH Perdata.
DADING/PERDAMAIAN ( Pasal 1851)

• Perjanjian perdamaian adalah perjanjian dengan mana kedua belah pihak yang bersengketa
memperjanjikan akan mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung atau mencegah
timbulnya suatu perkara dengan jalan perdamaian.
• Perjanjian perdamaian bersifat formal (tertulis). Kekuatan hukum suatu perjanjian perdamaian
sama dengan suatu putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap (In kracht van gewijsde)
kecuali perdamaian terjadi karena paksaan, kekhilafan ataupun penipuan/palsu (pasal 1858).
• Sifat-sifat perjanjian perdamaian adalah bertujuan untuk mengakhiri suatu perselisihan
/sengketa, dan rumusan perdamaian disepakati para pihak (1320 KUH Perdata), ditandatangani
para pihak, tertulis, dilandasi oleh keputusan hakim, serta hakim tidak boleh merubah isi
perdamaian kecuali cacat materil (menyimpang).
• Adapun diktum putusan hakim adalah memerintahkan agar para pihak mentaati perdamaian
dan melaksanakan isi perdamaian tersebut (Titel eksekutorial).
• Sidang mediasi adalah tertutup.
•  Pada sidang mediasi perceraian dikenal Kaukus.
• Pada setiap kasus Perdata/dagang diwajibkan untuk melakukan Perdamaian sebelum
kasus/perkara tersebut disidangkan melalui gugat ginugat di Pengadilan. Mediasi dapat
diakukan di dalam atau di luar Pengadilan.
• Jalur Perdamaian itu dilakukan melalui Mediasi dimana mediatornya dapat berupa
mediator dari Hakim Pengadilan Negeri atau mediator dari luar yang sudah mempunyai
Lisensi sebagai Mediator.
• Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Mediasi menyebutkan Mediasi
adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh Mediator.
• Menurut Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Proses mediasi
berlangsung paling lama 30 hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan mediasi.
• Jika mediasi berhasil,putusannya disebut putusan perdamaian (akta dading) setelah
terlebih dahulu para pihak merumuskan secara tertulis isi kesepakatan dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Putusan perdamaian bersifat final dan
berkekuatan hukum tetap.
$$$$$$$$$$$$$$

Anda mungkin juga menyukai