larutan baku pada panjang gelombang 193,7 nm. Dalam praktik disarankan untuk
membuat minimal empat konsentrasi baku yang berbeda dan satu blanko untuk
absorbansi (A) dengan konsentrasi analit untuk melakukan analisis (Gandjar dan
regresi yaitu Y = 0,007655X – 0,001288. Kurva kalibrasi larutan baku arsen dapat
0.2
0.15
0.1
Y = 0,007655X - 0,001288
0.05
r = 0,9998
0
-0.05 0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi ( µg/L)
konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) arsen sebesar 0,9998.
Nilai ini r ≥ 0,9995 menunjukkan adanya korelasi linear yang menyatakan adanya
dilihat pada Lampiran 10, halaman 61. Berdasarkan hasil perhitungan statistik
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar arsen antara beras dan
hasil tanakannya, perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 92.
Kadar arsen dalam beras dan hasil tanakannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
kadar arsen pada beras dan hasil tanakannya. Ada 4 jenis beras yang diuji yaitu
beras putih, beras cokelat, beras merah dan ketan hitam. Kadar arsen tertinggi
0,3061 mg/kg terdapat pada beras merah, dimana kadar ini sudah melebihi standar
WHO (2014) yaitu 0,3 mg/kg. Sedangkan kadar arsen terendah 0,0693 mg/kg
yang terdapat pada beras putih. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Ginting
(2018) bahwa hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diperoleh kadar arsen
tertinggi pada beras merah mencapai 3,71 mg/kg. Hal yang sama juga dilaporkan
oleh Xue-Liang, dkk., (2007) bahwa penelitian yang dilakukan di Prancis, Italia,
dan Amerika menunjukkan kadar arsen pada beras merah (0,58 mg/kg) lebih
tinggi dibandingkan pada beras putih (0,14-0,25 mg/kg), cokelat (0,28-0,3 mg/kg)
dan hitam (0,16-0,18 mg/kg) yang terdapat pada negara tersebut. Selain itu juga
penelitian yang dilakukan Food Drug Administration pada tahun 2012 hingga
2013 dari 200 sampel dari seluruh wilayah Amerika terdiri dari beras dan produk
makanan olahan dari beras, menemukan bahwa tingginya kandungan arsen dalam
Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kadar arsen pada beras. Jika
kadar arsen pada air irigasi dan lingkungan beras tinggi maka kadar arsen pada
beras juga tinggi, begitu sebaliknya. Hal ini juga berhubungan erat dengan
perbedaan genetik dari beras serta tempat lingkungan beras tumbuh telah
Pada penelitian ini, proses penanakan beras dengan 2 jenis air yaitu air
RO dan air keran. Air yang digunakan dapat mengurangi kadar arsen pada
menggunakan air keran mengalami penurunan kadar sebesar 11,40 %. Pada beras
mengalami penurunan kadar sebesar 10,48 %. Pada beras merah setelah ditanak
sebesar 8,95%. Pada ketan hitam kadar arsen setelah ditanak menggunakan air RO
arsen hingga 8%-58% dan pada penelitian ini menggunakan air dengan kadar
arsen yang rendah. Selain itu, penelitian Sengupta, dkk., (2006) juga
menunjukkan bahwa proses penanakan dapat mengurangi kadar arsen hingga 28%
dan pada penelitian ini menggunakan sumber air (air keran, air sumur dan air
hujan). Demikian pula penelitian Halder, dkk., (2014) menunjukkan bahwa proses
penanakan yang menggunakan air keran dapat menurunkan kadar arsen dari 7,5%
beras yang telah ditanak dapat mengurangi kadar arsen sebesar 2,8% - 13,8%.
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penurunan kadar arsen terbesar
yaitu setelah ditanak dengan menggunakan air RO yaitu 21,93%. Air RO adalah
air yang tidak mengandung mineral dan juga tidak mengandung zat-zat berbahaya
baik zat beracun ataupun bakteri. Hal ini disebabkan karena air RO tidak
mengandung mineral dan pencemaran yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu,
kandungan mineral kalsium dan magnesium sangat rendah dalam air RO (Silalahi,
2014). Maka dalam hal ini, arsen yang ada dalam beras akan lebih mudah diserap
oleh air RO dibandingkan air keran dikarenakan kandungan mineral pada air RO
lebih rendah. SNI (2015) juga menetapkan persyaratan arsen maksimal pada air
mineral alami 0,05 mg/L sedangkan pada air demineral adalah 0,01 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar arsen pada air RO jauh lebih rendah dibandingkan air
keran.
dalam beras dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 109. Indeks keamanan arsen
Arsen adalah suatu metaloid dengan simbol As yang memiliki nomor atom
33 dan merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Di alam, arsen biasa ditemui
- 2- -
sebagai anion, seperti H2AsO4 , HAsO4 , dan H2AsO3 . Arsen dapat
kedua terbesar di dunia setelah Bangladesh, selain itu beras juga menjadi sumber
dikonsumsi bewarna putih, tetapi terdapat juga varietas beras yang memiliki
pigmen warna seperti beras merah, beras cokelat dan beras hitam (Yonathan dan
Suhendra, 2014).
adalah sumber utama paparan arsen bagi manusia. Beras merupakan tanaman
lipat lebih tinggi daripada tanaman lainnya. Kadar arsen pada bulir padi
meningkat lebih tinggi saat ditanam di tanah yang telah terkontaminasi oleh arsen,
seperti: penggunaan pestisida, tanah bekas pertambangan dan air irigasi yang
arsenpada beras mulai dari 0,001 mg/kg sampai 0,42 mg/kg. Kemudian kadar
arsen yang ditemukan pada penelitian Das, dkk., (2004) yaitu rata-rata 0,14 µg/kg.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh (Anonim, 2013) pada tahun 2012
hingga tahun 2013 dari 200 sampel beras dan produk beras, menemukan bahwa
tingginya kandungan arsen dalam beras merah dibandingkan beras putih. Pada
penelitian ini dilakukan penetapan kadar dari seluruh beras yang beredar di
Amerika, hasilnya seluruh beras mengandung arsen dengan berbagai kadar mulai
dari 0,0171 µg/kg pada beras putih dan kadar tertinggi pada beras merah 0,963
Penelitian dengan penetapan kadar arsen dalam beras dan makanan telah
yang distandarkan oleh World Health Organization untuk beras yaitu 0,3 mg/kg
mengenai kandungan arsen dalam beras, terlebih belum adanya regulasi dan
bahwa proses penanakan dapat menurunkan kadar arsen hingga 8%-58% dan pada
penelitian ini menggunakan air dengan kadar arsen yang rendah. Selain itu,
2
Universitas Sumatera
Utara
dapat mengurangi kadar arsen hingga 28% dan pada penelitian ini menggunakan
sumber air (air keran, air sumur, dan air hujan). Demikian pula penelitian Halder,
dkk., (2014) menunjukkan bahwa proses penanakan menggunakan air keran dapat
menurunkan kadar arsen dari 7,5% sampai 66,3%. Akan tetapi, proses penanakan
menggunakan air sumur dapat meningkatkan kadar arsen dari 4,1% hingga 2 kali
lipat, hal ini dikarenakan kadar arsen pada air yang digunakan untuk menanak
tinggi.
kadar arsen pada beras dan hasil tanakannya yang menggunakan air RO (reverse
osmosis) dan air keran pada proses penanakan. Pada penelitian ini proses destruksi
mikrowave ini tidak membutuhkan waktu yang lama, mudah penggunaannya, dan
deteksi kurang dari 0,01 ppm) dan pelaksanaanya relatif cepat dan sederhana, dan
a. Apakah penurunan kadar arsen lebih tinggi pada hasil tanakan yang ditanak
menggunakan air RO ?
b. Apakah asupan harian yang diperoleh dari kadar arsen dalam beras masih
Universitas Sumatera
Utara
1.3 Hipotesis
sebagai berikut:
a. Penurunan kadar arsen lebih tinggi pada hasil tanakan yang ditanak
b. Asupan harian yang diperoleh dari kadar arsen dalam beras tidak dalam
batas aman.
a. Untuk mengetahui penurunan kadar arsen lebih tinggi pada hasil tanakan
b. Untuk mengetahui asupan harian yang diperoleh dari kadar arsen dalam
beras.
Penelitian ini meliputi penetapan kadar arsen yang terdapat pada beras
putih, beras cokelat, beras merah dan ketan hitam lalu membandingkannya dengan
4
Universitas Sumatera
Utara
atom disertai validasi metode akurasi, presisi, batas deteksi dan kuantitasi. Secara
Variabel Terikat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arsen
Arsen adalah metaloid yang ditemukan di alam dalam bentuk organik dan
karsinogen oleh WHO yang terdapat di air, makanan, tanah, dan udara. Arsen
ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang tinggi
Arsen (As) merupakan unsur yang melimpah secara alami dengan nomor
3 0
atom 33, berat atom 74,92 g/mol, berat jenis 5,72 g/cm , titik leleh 817 C, titik
0
didih 813 C, memiliki 2 bentuk padatan, yaitu semi-logam dan mudah patah.
Arsen jarang ditemukan dalam bentuk unsur karena biasanya membentuk berbagai
3+ 5+
macam senyawa kompleks, bisa berupa trivalen (As ) atau pentavalen (As ),
3+
yang terdapat secara luas di alam. Pada umunya, As berupa As-anorganik, yaitu
5+
senyawa As-trioksida, sodium arsenit, dan As-triklorida. Sementara itu, As
anorganik antara lain senyawa As-pentaoksida, asam arsenat, Pb-arsenat, dan Ca-
3+ 5+
arsenat. As-organik bisa berupa As maupun As , antara lain asam arsanilat atau
Arsen berasal dari kerak bumi yang bisa dilepaskan ke udara sebagai hasil
sampingan dari aktivitas peleburan bijih batuan. Arsen dalam tanah berupa bijih,
yaitu arsenopirit (FeAsS) atau orpiment (As2S3), yang pada akhirnya bisa
mencemari air. Arsen merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar, yaitu
menempati urutan keduapuluh dari unsur kerak bumi, sehingga sangat besar
6
Universitas Sumatera
Utara
kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa
terpapar arsen seperti pernah terjadi di Bangladesh, India, dan Cina. Semua batuan
mengandung Arsen 1-5 ppm. Konsentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada
batuan beku sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung arsen
sebesar 0,1-40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm (Widowati, dkk., 2008)
Menurut Darmono (2001) arsen sudah dikenal sejak lama sebagai bahan
obat dan sangat beracun sehingga banyak digunakan sebagai racun pembunuh.
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut.
trivalen dari asam arsenat (H4AsO4) bewarna putih dan padat seperti
gula.
kurang toksik.
selalu berbentuk senyawa kimia baik dengan logam lain, oksida maupun sulfur.
Karena sangat beracun, logam ini tidak begitu banyak kegunaanya seperti halnya
logam-logam lain, juga karena sifatnya yang kurang menguntungkan. Kegunaan
arsen adalah:
Standar yang ditetapkan WHO pada beras 0,3 mg/kg masih sangat tinggi
dan jauh dari tingkat aman serta menunjukkan adanya resiko terhadap kesehatan
seperti kanker kulit, paru-paru dan darah, hal ini menyebabkan banyak negara
yang tidak mengikuti standar WHO dan menetapkan standar yang lebih rendah
lagi. Menurut para peneliti dan ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap
arsen menyarankan, seharusnya standar kadar arsen mendekati nol (Sauve, 2012).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam protoplasma sel secara umum. Hal
tersebut terjadi bila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama sulfhidril
yang berada dalam enzim. Salah satu sistem enzim tersebut ialah kompleks
menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid).
Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut
8
Universitas Sumatera
Utara
dihidrofilik yang biasanya selalu mengaktifkan sistem enzim. Sebagai akibatnya
bila arsen terikat dengan sistem enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
1. Susunan/bentuk senyawa As
2. Jumlah/dosis/konsentrasi As
penurunan IQ
9. Intake As secara oral lebih toksik dibandingkan lewat kulit atau inhalasi.
senyawa dari As
Gejala toksisitas As bisa muncul setelah 8-14 tahun sejak minum air yang
As di dalam air minum, status nutrisi, serta imunitas seseorang (Widowati, 2008).
9
Universitas Sumatera
Utara
Apabila arsen termakan dalam jumlah yang sedikit, tanda dan gejalanya
mungkin tidak akan terlihat, akibatnya diagnosis pasti tidak dapat diketahui.
Tetapi bila termakan dalam jumlah besar, kematian dapat terjadi dengan
mendadak dan biasanya tanpa memperlihatkan gejala klinis. Bau napas yang khas
seperti bawang putih tercium pada napas korban keracunan dan hal ini dapat
dipakai sebagai petunjuk yang kuat dari keracunan arsen akut. Tanda-tanda
toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala
rambut rontok kebotakan (alopesia), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai
dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan
Keracunan kronis terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis rendah) yang
terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan
menurun, dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak
menunjukkan gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen
ini ialah warna gelap pada kulit, kuku menebal, terciri dengan garis putih diatas
Menurut Widowati (2008) bahwa paparan arsen pada manusia bisa terjadi
1. Paparan per oral berasal dari makanan serta minuman yang terkontaminasi
As;
2. Paparan lewat alat pernafasan berasal dari debu udara atau asap
arang;
10
Universitas Sumatera
Utara
3. Tinggal di lingkungan yang tercemar As;
memproduksi As, antara lain industri peleburan Co, peleburan Pb, industri
As/tahun) berasal dari abu hasil letusan gunung berapi, asap kebakaran
alami saat perubahan cuaca serta kegiatan industri, pencucian tanah, dan
aktivitas penduduk.
Arsen dalam makanan telah banyak menjadi perhatian dan diskusi para
ilmuwan di dunia, terlebih pada beberapa tahun belakangan ini terfokus pada
konstribusi arsen pada manusia 66% bersumber dari makanan, 33% dari air, 1%
dari air dan tanah. Paparan arsen pada makanan terbagi menjadi 32% bersumber
dari beras, 15% dari sayur, 10% dari buah dan jus buah, 7% dari bir, jagung dan
11
Universitas Sumatera
Utara
gandum, 2% dari daging dan telur. Di Amerika perkiraan paparan arsen pada
korban sengaja diberi As dosis lebih rendah sehingga selama periode tersebut
korban hanya menderita, seperti sakit maag atau muntaber. As dalam air minum
air minum, yaitu dari 50 µg/L menjadi 10 µg/L. Pengurangan didasarkan pada
bukti secara epidemilogis akan adanya kaitan antara paparan As dan kanker paru
mati rasa pada tangan dan kaki serta diabetes melitus (Widowati, dkk., 2008).
masyarakat di Amerika maka kadar arsen dalam urin sama dengan mengkonsumsi
1 L air minum/hari dimana standar maksimum paparan arsen pada air minum
dengan telah terpapar arsen 10 µg/L, dimana nilai ini adalah standar maksimum
arsen dalam air minum yang ditetapkan WHO. Bagaimana kadar arsen dalam
dan di Asia yang menjadi pengkonsumsi beras terbesar di dunia hingga 450 g
12
Universitas Sumatera
Utara
Penelitian yang dilakukan tahun 2009 di Korea dengan rata-rata konsumsi
beras 180 g/hari dan diperoleh kadar arsen dalam urin 26,6 µg/L (Cleland, dkk.,
2009). Paparan arsen selama masa kehamilan adalah bagian dari permasalahan
dan fokus pemerintah di bidang kesehatan ditambah lagi resiko yang mungkin
terjadi terhadap kesehatan bayi bagi wanita hamil. Penelitian pada bidang
epedimiologi, kadar arsen pada urin ibu hamil berhubungan dengan kematian bayi
dan berat badan yang rendah ketika lahir. Hal ini dikaitkan dengan paparan arsen
Beras secara khusus berhubungan dengan cara yang paling utama dari
paparan arsen pada manusia. Jika dilihat dari ilmu biogeokimia dan fisiologi
tumbuhnya padi, maka kedua hal ini dapat meningkatkan kadar arsen dalam beras.
Namun, dengan adanya variasi dari beras yang sangat luas, hal ini juga
menyebabkan perbedaan kadar arsen dan jenis arsen dalam beras (meharg, dkk.,
2008). Konsumsi beras di Amerika Serikat jauh lebih rendah daripada di negara-
negara Asia, namun meningkat dengan cepat. Saat ini konsumsi beras di Amerika
Sedangkan konsumsi beras di Asia dari 200 hingga 450 g/hari. Di Amerika
paparan utama arsen pada manusia terdapat pada beras dan air minum yang
13
Universitas Sumatera
Utara
perkotaan dan desa yang bersumber dari 30 daerah bercocok tanam yang berbeda.
dunia. Beras, air, sereal, sayuran, susu, dan ikan menjadi konstribusi arsen hingga
90% dari asupan harian arsen. Kadar arsen dalam beras di beberapa negara dapat
melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO arsen pada beras yaitu 0,3 mg/kg.
bahwa kadar arsen tertinggi 3,71 mg/kg terdapat pada beras merah; 3,40 mg/kg
kadar arsen pada beras coklat; 0,33 mg/kg pada beras putih dan 0,13 mg/kg kadar
arsen pada beras hitam. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Food Drug Administration pada tahun 2012 hingga 2013 dari 200 sampel yang
berasal dari seluruh wilyah Amerika, terdiri dari beras dan produk makanan yang
dibuat dari beras. Pada penelitian ini diperoleh bahwa sampel yang menghasilkan
kadar arsen tertinggi terdapat pada beras merah 7,2 mg/kg (Carey, dkk., 2015).
14
Universitas Sumatera
Utara
2.2.1 Perbedaan Spesies Beras
Berdasarkan SNI (2008), beras adalah hasil utama yang diperoleh dari
proses penggilingan gabah hasil tanaman padi yang seluruh lapisan sekamnya
ketersediaan dan menjaga pangan beras maka banyak dikembangkan varietas dan
spesies tanaman beras yang mempunyai hasil yang baik, kualitas biji dan
kandungan nutrisi yang baik serta tahan terhadap serangan hama penyakit (AAK,
1990). Pada penelitian ini digunakan sampel beras dengan empat spesies yang
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monoctyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae
Genus : Oryza
15
Universitas Sumatera
Utara
Pada umumnya beras yang dikonsumsi bewarna putih, terdapat juga
spesies beras yang memiliki pingmen warna seperti beras cokelat, beras merah
dan ketan hitam. Beras yang memiliki warna selain putih memperoleh warna yang
berasal dari pigmen antosianin yang terdapat pada bagian lapisan luar beras
Beras putih adalah beras bewarna putih karena hanya memiliki sedikit
aleuron, karena pada tahap pemprosesan beras putih, bagian terluar yaitu sekam
dan kulit ari yaitu aleuron dibuang sehingga beras putih hanya memiliki sedikit
aleuron. Karena kulit ari dari beras putih hanya memiliki sedikit aleuron. Karena
kulit ari dari beras putih telah hilang selama proses penggilingan akan
menyebabkan kandungan gizi pada beras putih banyak yang hilang. Hal ini yang
merah. Selain itu, konsumsi beras putih yang besar di Indonesia dapat
merupakan beras bewarna yang memiliki aleuron lebih banyak dari beras putih
tapi tidak melebihi kandungan antioksidan yang dimiliki beras merah dan hitam
a. Air Irigasi
kontribusi yang besar terhadap kadar arsen pada beras. Pada proses pertumbuhan
16
Universitas Sumatera
Utara
beras, penggunaan dan penyerpan air yang tinggi selain itu tanah tempat beras
dan air (1:6) dapat mengurangi kadar arsen hingga 50% dari total kadar arsen
yang terdapat pada beras, akan tetapi cara ini dapat mengurangi kandungan nutrisi
dalam beras.
Pada beberapa kebiasaan, lebih dulu beras direndam, dicuci dan dikukus,
cooker, yaitu alat penanak nasi dengan tenaga listrik yang bekerja secara
tangga lebih cepat. Penanakan nasi dengan rice cooker ternyata memberi rasa dan
tekstur nasi yang lebih disenangi daripada cara tradisional (Haryadi, 2006).
Air yang digunakan untuk mencuci dan menanak beras, dapat menjadi
konstribusi arsen pada beras. Jika air yang digunakan memiliki kadar arsen yang
rendah maka kadar arsen pada beras turun, sedangkan kadar arsen yang tinggi
pada proses memasak bergantung pada jumlah air, kadar arsen dalam air dan
waktu memasak (Bae, dkk., 2002). Persiapan dan metode memasak dapat
meningkatkan dan menurunkan kadar arsen dalam makanan. Untuk makanan yang
dimasak dengan merebus, penting untuk menggunakan air yang memiliki kadar
17
Universitas Sumatera
Utara
arsen rendah. Kadar arsen dalam makanan dapat menurunkan arsen sebanyak 60%
ketika kadar arsen dalam air rendah dan kelebihan air dibuang (Diaz dkk., 2004:
Devesa, dkk., 2008). Namun, jika air rebusan mengandung arsen, adsorpsi oleh
yang menyerap banyak air, seperti kacang kering dan beras, sangat rentan
Air keran termasuk air mineral alami. Air mineral merupakan air yang
dibuat dengan proses pemurnian melalui destilasi, deionisasi dan reverse osmosis
(RO). Air RO bersifat agresif untuk melarutkan logam toksik dan penyerapan
logam toksis akan meningkat jika mineral kalsium dan magnesium sangat rendah
dalam air (Silalahi, 2014). SNI (2015) juga menetapkan persyaratan arsen
maksimal pada air mineral alami 0,05 mg/L sedangkan pada air demineral adalah
0,01 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar arsen pada air RO jauh lebih rendah
18
Universitas Sumatera
Utara
2.3.1 Metode Destruksi
unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan,
Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia, yaitu
destruksi basah (oksida basah) destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi
ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang
arsen pada beras adalah penggunaan asam nitrat (HNO3). Selama rentang
destruksi pada analisis arsen pada beras. Penggunaan metode mikrowave ini tidak
(1999), kelebihan pengguanaan alat mikrowave yang tertutup dengan vessel juga
diakibatkan suhu dan tekanan yang tinggi, hal ini sering terjadi pada metode
arsen pada makanan khususnya beras karena selain dapat secara sempurna untuk
pada suhu dan tekanan yang tinggi maka digunakan suhu dan tekanan yang lebih
rendah, dan hal ini sangat efektif agar semua jenis arsen dalam beras dapat stabil
19
Universitas Sumatera
Utara
dan dianalisis, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama (Bohari, dkk.,
beras telah banyak dilakukan. Kelebihan dari metode ini tidak adanya gangguan
dari atom lain seperti yang terjadi pada penggunaan ICP-MS selain itu batas
deteksi dari SSA hingga ppb. SSA biasanya digunakan untuk analisis total arsen
dalam makanan seperti beras dan untuk deteksi arsen yang dalam bentuk hidrat.
Berbeda dengan jenis arsen pada metode ICP-MS, pada beberapa penelitian
sekitar 1 µg/mL dan tidak mampu menentukan untuk tingkay yang lebih rendah.
Ada beberapa zat pereduksi dan sumber atom hidrogen telah diteliti untuk
mereduksi logam menjadi hidridanya. Di dalam merode ini terdapat dua reaksi.
M adalah analit dan m bisa sama dengan n atau tidak. (sebagai contoh As3 dan As5
diperlukan relatif lama dan reaksi yang terjadi sulit dioptimasikan. Untuk itu
digunakan suatu pereaksi baru dan lebih efektif untuk membentuk hidrida yaitu
20
Universitas Sumatera
Utara
NaBH4 + H2O + HCl H3BO3 + NaCl + 8H Ehn + H2
Em+
Unsur As, Bi, Ge, Pb, Sb, Se, Te, dan Sn dapat direduksi membentuk hidrida
menggunakan pereaksi ini, waktu yang perlukan ukup singkat untuk membentuk
hidrida dan mudah diatomisasikan juga dan dapat digunakan dalam analisis multi
Teknik ini dapat dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Larutan
menghasilkan uap hidrida dari analit. Kedua, hidrida dikeluarkan dari bejana
generasi menggunakan arus atau gas inert (biasanya argon atau nitrogen) ke dalam
tabung atomisasi atau sumber eksitasi. Ketiga, hidrida diubah menjadi gas atom
logam kemudian dianalisa dengan SSA. Reaksi yang terjadi selama analisa arsen
berikut ini:
21
Universitas Sumatera
Utara
Gambar 2.1. Komponen spektrofotometer serapan atom (Harris, 2009)
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat
2. Tempat sampel
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu
sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa
nyala (flameless).
3. Monokromator
22
Universitas Sumatera
Utara
4. Detektor
tempat pengatoman.
5. Amplifier
6. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu disosiasi senyawa-senyawa
3. Gangguan spektrum
23
Universitas Sumatera
Utara
4. Gangguan yang berasal dari matriks
nyala. Sifat-sifat matriks sampel yang dapat mengganggu analisis adalah yang
a. Kecermatan (akurasi)
ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku.
dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan
sebenarnya).
tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan
24
Universitas Sumatera
Utara
divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa
ditemukan kembali.
b. Keseksamaan
antara hasill uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk
c. Sekektivitas
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
sampel.
Batas deteksi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat
merupakan kuantitas analit terkecil dalam sampel yang masih dapat memenuhi
25
Universitas Sumatera
Utara
BAB III METODE
PENELITIAN
variabel terikat. Dalam penelitian ini, perlakuan pada beras merupakan variabel
3.1 Alat-Alat
dengan nyala udara-argon lengkap dengan lampu katoda arsen. Gambar alat dapat
3.2 Bahan-Bahan
demineralisata, air keran, air RO dan bahan berkualitas pro analisis keluaran E.
merck yaitu asam nitrat 65%, larutan baku arsen 1000 µg/ml, asam klorida 37%,
Natrium borohidrat.
26
Universitas Sumatera
Utara
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras yang diperoleh
dari beberapa pasar tradisional di Medan. Jumlah beras yang diuji berjumlah 4
beras yang terdiri dari beras putih (Oryza sativa L) dari pasar simpang limun,
beras cokelat (Oryza rufipogon) dari pasar sore padang bulan, beras merah (Oryza
punctata) dari pasar sei kambing dan ketan hitam (Oryza sativa var glutinosa)
dari pasar sore padang bulan. Gambar sampel dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 49.
pertimbangan bahwa semua jenis beras yang dijual di pasar tradisional Medan
adalah homogen.
3.4.2.1 Beras
Beras sebanyak 100 g dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan
hingga kering. Kemudian diblender hingga halus. Bagan alir penyiapan sampel
dengan air keran dan air RO. Kemudian, beras dimasukkan kedalam rice cooker
dengan mengunakan masing-masing air keran dan air RO, dimana perbandingan
27
Universitas Sumatera
Utara
beras dengan air keran/air RO adalah 1 : 2. Setelah tanak, didinginkan lalu
ditimbang 100 g. Kemudian diblender hingga halus. Bagan alir penyiapan sampel
menit agar sampel larut. Vessel dimasukkan ke dalam microwave dengan suhu
0
180 C selama 30 menit hingga destruksi terjadi sempurna yang ditandai dengan
mL dan disaring dengan kertas Whatmann no 41. (SNI, 1998). Bagan alir
ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
ke dalam labu tentukur 500 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda
28
Universitas Sumatera
Utara
dengan akua demineralisata hingga diperoleh konsentrasi (0; 0,005; 0,01; 0,015;
atom pada panjang gelombang 193,7 nm. Nilai absorbansi dan konsentrasi akan
yaitu y = ax+b. Bagan alir pembuatan larutan standar dan pengukuran kurva
arsen dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi
yaitu:
y = ax+b
Keterangan:
y = Absorbansi
x = Konsentrasi
X (µg/mL)xV(mL)xFp
Kadar (µg/g) =
W (g)
29
Universitas Sumatera
Utara
Keterangan:
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel
sampel dianalisis secara statistik. Menurut Sudjana (2002), standar deviasi dapat
(Xi −X )²
SD = −1
Keterangan:
Xi = Kadar arsen
n = Jumlah pengulangan
−
thitung =
𝑆𝐷 /
Data diterima jika t hitung <t tabel dengan nilai t tabel didapat dari daftar distribusi t
dengan dk = n-1. Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 114.
30
Universitas Sumatera
Utara
SD = Standar Deviasi
α = Interval kepercayaan
n = Jumlah pengulangan
dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak
populasi sama (σ1 = σ2) atau berbeda (σ1 ≠ σ2) dengan menggunakan rumus di
bawah ini:
S12
Fo = 2
S2
Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan
t0 = (X1 – X2)
Sp √1/n1 + 1/n2
Sp = Simpangan baku
jika Fo melewati nilai kritis F, dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus :
t0 = (X1 – X2)
31
Universitas Sumatera
Utara
Keterangan : X1 = Kadar rata-rata sampel 1 S1 = Standar deviasi sampel 1
kritis t, dan sebaliknya. Tabe distribusi F dapat dilihat pada Lampiran 19,
halaman 115.
dasar untuk menentukan dan mengetahui toksikologi zat kimia dalam makanan,
air dan lain-lain. Daily Intake (DI) dinyatakan dalam miligram zat kimia
perkilogram berat badan (mg/kg) atau disebut dalam ppm (part per million).
Jumlah asupan beras yang digunakan pada perhitungan DI ini sebanyak 224 g,
berdasarkan pada data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2017
bahwa jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 224 g/hari. Berat
I = C x R x fE x D t
Wb x tAvg
32
Universitas Sumatera
Utara
Setelah diperoleh nilai Daily Intake maka dihitung Excess Cancer Risk
untuk mengetahui apakah nilai tersebut masih aman untuk dikonsumsi dalam
ECR = I x CSF
ECR (Excess Cancer Risk) adalah perhitungan risiko kasus kanker yang
akan terjadi dalam setiap 100.000 penduduk jika nilai asupan sebesar I. ECR ≥ 1 x
-5
10 artinya dalam 100.000 penduduk terdapat tambahan kasus kanker, maka
kadar arsen yang terkandung dalam setiap 1 kg beras tidak aman bila dikonsumsi
-5
dengan jumlah tertentu dan sampai waktu tertentu. ECR < 1 x 10 artinya dalam
100.000 penduduk tidak terdapat tambahan kasus, maka kadar arsen yang
terkandung dalam setiap 1 kg beras masih aman bila dikonsumsi dengan jumlah
method). Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan kedalam vessel lalu
33
Universitas Sumatera
Utara
Kemudian larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom
pada panjang gelombang 193,7 nm. Menurut Harmita (2004), persen perolehan
simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi. Adapun rumus untuk untuk
SD = Standar Devisiasi
Menurut Harmita (2004) batas deteksi (LOD) dan batas kuantitas (LOQ)
𝛶− 𝛶𝑖 2
Simpangan Baku ( 𝑆 ) =
−2
3𝑥
Batas Deteksi (LOD) = 𝑆
𝑙𝑒
10 𝑥
Batas kuantitasi (LOQ) = 𝑆
𝑙𝑒
34
Universitas Sumatera
Utara
BAB IV
larutan baku pada panjang gelombang 193,7 nm. Dalam praktik disarankan untuk
membuat minimal empat konsentrasi baku yang berbeda dan satu blanko untuk
absorbansi (A) dengan konsentrasi analit untuk melakukan analisis (Gandjar dan
regresi yaitu Y = 0,007655X – 0,001288. Kurva kalibrasi larutan baku arsen dapat
0.2
0.15
0.1
Y = 0,007655X - 0,001288
0.05
r = 0,9998
0
-0.05 0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi ( µg/L)
konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) arsen sebesar 0,9998.
Nilai ini r ≥ 0,9995 menunjukkan adanya korelasi linear yang menyatakan adanya
pengukuran absorbansi larutan baku dan perhitungan persamaan garis regresi dan
35
Universitas Sumatera
Utara
4.2 Kadar Arsen dalam Beras dan Hasil Tanakannya
regresi kurva kalibrasi larutan baku arsen. Data hasil analisis kadar sampel dapat
dilihat pada Lampiran 8, halaman 56. Contoh perhitungan kadar arsen dapat
kadar arsen pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 108.
dilihat pada Lampiran 10, halaman 61. Berdasarkan hasil perhitungan statistik
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar arsen antara beras dan
hasil tanakannya, perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 92.
Kadar arsen dalam beras dan hasil tanakannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
36
Universitas Sumatera
Utara
Kadar Arsen (mg/kg)
0.4
0.3
0.2
0.1 Sebelum Ditanak
0 Setelah Ditanak Air Keran
Beras Putih Beras Beras Ketan Setelah Ditanak Air RO
Cokelat merah hitam
Jenis Beras
kadar arsen pada beras dan hasil tanakannya. Ada 4 jenis beras yang diuji yaitu
beras putih, beras cokelat, beras merah dan ketan hitam. Kadar arsen tertinggi
0,3061 mg/kg terdapat pada beras merah, dimana kadar ini sudah melebihi standar
WHO (2014) yaitu 0,3 mg/kg. Sedangkan kadar arsen terendah 0,0693 mg/kg
yang terdapat pada beras putih. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Ginting
(2018) bahwa hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diperoleh kadar arsen
tertinggi pada beras merah mencapai 3,71 mg/kg. Hal yang sama juga dilaporkan
oleh Xue-Liang, dkk., (2007) bahwa penelitian yang dilakukan di Prancis, Italia,
dan Amerika menunjukkan kadar arsen pada beras merah (0,58 mg/kg) lebih
tinggi dibandingkan pada beras putih (0,14-0,25 mg/kg), cokelat (0,28-0,3 mg/kg)
dan hitam (0,16-0,18 mg/kg) yang terdapat pada negara tersebut. Selain itu juga
penelitian yang dilakukan Food Drug Administration pada tahun 2012 hingga
2013 dari 200 sampel dari seluruh wilayah Amerika terdiri dari beras dan produk
makanan olahan dari beras, menemukan bahwa tingginya kandungan arsen dalam
Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kadar arsen pada beras. Jika
kadar arsen pada air irigasi dan lingkungan beras tinggi maka kadar arsen pada
37
Universitas Sumatera
Utara
beras juga tinggi, begitu sebaliknya. Hal ini juga berhubungan erat dengan
perbedaan genetik dari beras serta tempat lingkungan beras tumbuh telah
Pada penelitian ini, proses penanakan beras menggunakan 2 jenis air yaitu
air RO dan air keran. Air yang digunakan dapat mengurangi kadar arsen pada
menggunakan air keran mengalami penurunan kadar sebesar 11,40 %. Pada beras
mengalami penurunan kadar sebesar 10,48 %. Pada beras merah setelah ditanak
sebesar 8,95%. Pada ketan hitam kadar arsen setelah ditanak menggunakan air RO
arsen hingga 8%-58% dan pada penelitian ini menggunakan air dengan kadar
arsen yang rendah. Selain itu, penelitian Sengupta, dkk., (2006) juga
menunjukkan bahwa proses penanakan dapat mengurangi kadar arsen hingga 28%
dan pada penelitian ini menggunakan sumber air (air keran, air sumur dan air
hujan). Demikian pula penelitian Halder, dkk., (2014) menunjukkan bahwa proses
38
Universitas Sumatera
Utara
penanakan yang menggunakan air keran dapat menurunkan kadar arsen dari 7,5%
beras yang telah ditanak dapat mengurangi kadar arsen sebesar 2,8% - 13,8%.
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penurunan kadar arsen terbesar
yaitu setelah ditanak dengan menggunakan air RO yaitu 21,93%. Air RO adalah
air yang tidak mengandung mineral dan juga tidak mengandung zat-zat berbahaya
baik zat beracun ataupun bakteri. Hal ini disebabkan karena air RO tidak
mengandung mineral dan pencemaran yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu,
kandungan mineral kalsium dan magnesium sangat rendah dalam air RO (Silalahi,
2014). Maka dalam hal ini, arsen yang ada dalam beras akan lebih mudah diserap
oleh air RO dibandingkan air keran dikarenakan kandungan mineral pada air RO
lebih rendah. SNI (2015) juga menetapkan persyaratan arsen maksimal pada air
mineral alami 0,05 mg/L sedangkan pada air demineral adalah 0,01 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar arsen pada air RO jauh lebih rendah dibandingkan air
keran.
dalam beras dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 109. Indeks keamanan arsen
39
Universitas Sumatera
Utara
Tabel 4.2 Indeks Keamanan Arsen dalam Beras
No. Sampel Kadar Daily Intake ECR Syarat
Arsen (mg/kg/hari) (Resiko Aman ECR
-5
(mg/kg) kanker) (< 1x10 )
(mg/kg/hari)
-4 -4
1. Beras Putih 0,0693 1,1 × 10 1,6 × 10 Tidak
Aman
-4 -4
2. Beras 0,0830 1,3 × 10 1,9 × 10 Tidak
Cokelat Aman
-4 -4
3. Beras Merah 0,3061 4,7 × 10 7,1× 10 Tidak
Aman
-4 -4
4. Ketan Hitam 0,1091 1,7 × 10 2,5× 10 Tidak
Aman
Catatan: Indeks keamanan arsen dalam beras dihitung berdasarkan konsumsi
beras di Indonesia yaitu 224 g/hari/orang.
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai ECR pada beras putih,
-5
beras cokelat, beras merah, dan ketan hitam lebih besar dari 1 x 10 , artinya
dalam 100.000 penduduk terdapat tambahan kasus kanker, maka beras tidak aman
bila dikonsumsi 224 g selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh
kanker. Asupan harian pada 1 mg arsen dapat menyebabkan efek pada kulit dalam
di Indonesia yaitu 224 g/hari/orang menurut Badan Pusat Statistik Indonesia tahun
2017. Semakin tinggi tingkat konsumsi beras maka akan tinggi juga nilai ECR.
Standar kadar arsen dalam beras yang ditetapkan oleh WHO yaitu 0,3 mg/kg
beberapa negara Asia seperti Cina dan Jepang yang juga mayoritas masyarakatnya
40
Universitas Sumatera
Utara
masih banyak mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, standar WHO
tersebut tidak digunakan, mengingat nilai 0,3 mg/kg masih menimbulkan risiko
kanker. Badan Pengawas Obat dan Makanan Jepang menetapkan 0,01 mg/kg
untuk kadar arsen dalam beras, sedangkan di Cina 0,15 mg/kg. Di beberapa
negara Asia merupakan pengkonsumsi beras yang sangat tinggi dari 200 – 400
Asia lebih banyak berisiko terpapar arsen dari beras (Fu, dkk., 2011; Narukawa,
dkk., 2012).
masing-masing larutan baku arsen dalam sampel dapat dilihat pada lampiran 14,
halaman 110. Nilai uji perolehan kembali arsen dapat dilihat pada Tabel 4.3,
kadar arsen dalam sampel beras dan hasil tanakannya diperoleh 96,79 %. Persen
uji perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang baik pada saat
pemeriksaan kadar arsen dalam sampel beras dan hasil tanakannya. Hasil uji
perolehan kembali ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, rata-rata
41
Universitas Sumatera
Utara
3.4.2 Simpangan Baku Relatif
Nilai simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) untuk arsen
pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungannya dapat dilihat
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat nilai simpangan baku diperoleh 8,70;
(2004), nilai simpangan baku untuk analit dengan kadar part per million adalah
tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) nilai
simpangan baku relatif tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik (Harmita,
2004).
Nilai batas deteksi (LOD) dan kuantitasi (LOQ) untuk arsen pada sampel
dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat dilihat batas deteksi yaitu 0,0007 µg/mL dan
batas kuantitasi yaitu 0,0022 µg/mL. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa
semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada di atas batas deteksi
42
Universitas Sumatera
Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Kadar arsen antara beras dan hasil tanakannya (ditanak menggunakan air
b. Asupan harian yang diperoleh dari kadar arsen dalam beras tidak dalam
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
kadar yang ditetapkan jauh lebih rendah dari yang ditetapkan WHO yaitu
0,3 mg/kg.
43
Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR PUSTAKA
44
Universitas Sumatera
Utara
Chen, B., Corns, W., Stockwell, P. B., dan Hunag, J. H. (2014). Accurate Fast
Screening for Total and Inorganic Arsenic in Rice Grains Using Hydride
Generation Atomic Flourescence Spectrofotometry (HG-AFS). Anal.
Methods. 18 (3): 222-229.
Cleland, B., Tsuchiya, A., Kalman, D., Dills, R., Burbacher, T. M., White, J. W.,
Faustman, E. M., dan Marien, K. (2009). Arsenic Exposure Within The
Korea Community (United State) Based on Dietary Behaviour and Arsenic
Levels in Hair, Urine, Air, and Water. Environmental Health Perspective.
117 (4): 632-634.
Cubadda, F., D’amto, M., Aureli, F., Raggi, A., dan Mantovani, A. (2016).
Dietary Exposure of the Italian Population to Inorganic Arsenic: The 2012-
2014 Total Diet Study. Food and Chemical Toxicology. 3 (3): 7-15.
Darmono. (2001). Lingkunagn Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press. Hal. 132-133.
Das, H. K., Mitra A. K., Sengupta P. K., Hossain A., Islam F., dan Rabbani G. H.
(2004). Arsenic Concentrations in Rice, Vegetables, and Fish in Bangladesh
a Preliminary Study: Enviromental International. 30: 383-387.
Devesa, V., Velez, D., dan Montoro, R. (2008). Effect of Thermal Treatments on
Arsenic Species Contents in Food. Food and Chemical Toxicology. 46: 1-8.
Diaz, P. O., Leyton, I., Munoz, O., Nunez, N., Devesa, V., Suner, M. A., Velez,
D., dan Montoro, R. (2004). Conribution of Water, bread, and Vegetables
(Raw dan Cooked) to Dietary Intake of Inorganic Arsenic in a Rural Village
of Northern Chile. J. Agric. Food Chem. 52 (6): 1773-1779.
Duxbury J. M., Mayer A. B., Lauren J. G., dan Hassan N. (2003). Food Chain
Aspects of Arsenic Contamination in Bangladesh: Effects on Quality and
Productivity of Rice: Journal of Enviromental Science and Health. 38 (1):
61-69.
Fu, Y., Chen., M., Bi, X., He, Y., Ren, L., Xiang, W., Qiao, S., Yan, S., Li, Z,.,
dan Ma, Z. (2011). Occurance of Arsenic in Brown Rice and Its
Relationship to Soil Properties from Hainan Island, China. Environmental
Pollution . 159 (11): 1757-1762.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan III.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298, 305-312,319.
Ginting, E. E. (2018). Analisis Arsen pada Berbagai Jenis Beras yang Beredar di
Kota Medan Dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Tesis. Medan:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hal. 8-60.
Halder, D., Biswas, A., Slejkovec. Z., Chatterjee, D., Jerome, N. Jacks, G., dan
Bhattacharya, P. (2014). Arsenic Species in Raw in Cooked Rice:
Implications for Human Health in Rural Bengal. Science of the Total
Environment. 497 (10): 203.
45
Universitas Sumatera
Utara
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitunganya.
Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1 (3): 117-122, 127-130.
Harris, D. C. (2009). Exploring Chemical Abalysis. Fourth Edition. USA: W. H.
Freeman and Compant. Hal. 441.
Haryadi. (2006). Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 97-99.
Ismunandar. (2007). Kimia Populer: Dari Kasus Merkuri Sampai energi
Matahari. Bandung: ITB. Hal. 1.
Kementerian Kesehatan, RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Hal. 1690.
Kristianingrum, S. (2012). Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan
Efeknya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal. 197.
Meharg, A. A., Adomaco, E., Lawgali, Y., Deacon, C. dan Williams, P. (2007).
Contract C101045: Levels Arsenic in Rice. Literature Review. Hal. 9-10.
Meharg, A. A., Lombi, E., Williams, N. P., Scheckel, G. K., Feldmann, J., Raab,
A., Zhu, Y., dan Islam, R. (2008). Speciation and Localization of Arsenic in
White and Brown Rice Grains. JEnvironmental Science & Technology. 42
(8): 1054.
Narukawa, T., Kurolwa, T., Inagaki, K., Takatsu, A., dan Chiba, K. (2005).
Decomposition of Organoarsenic Compounds for Total Arsenis
Determination in Marine Organism by the Hydride Generation Technique.
Journal Applied Organo Chemistry. 19 (2): 239-241.
Narukawa, T., Hioki, A., dan Chiba, K., (2012). Speciation and Monitoring Test
for Inorganic Arsenic in White Rice. Journal Agriculture Food Chemistry.
58 (14): 813-818.
Oguri, T., Yoshinaga, J., Tao, H., dan Nakazato, T. (2014). Inorganic Arsenic in
The Japanese Diet: Daily Intake and Source. Journal Environt Contam
Toxic. 66: 102-106.
Pal, A., Chowdhury, U. K., Mondal, D., Das, B., Nayak, B., Ghosh, A., Maity, S.,
dan Chakraborti, D. (2009). Arsenic Burden from Cooked Rice in the
Populations of Arsenic Affected and Non-Affected Areas and Kolkata City
in West-Bengal, India. Enviromental Science & Technology. 43 (9): 3351.
Parvanehvar, A. The Fate of Total Arsenic Content in Rice for Several Processing
Variables: Rinsing and High Volume Cook Water. (2015). Chicago:
Proquest. Hal. 36.
Pearson, G. F., Greenway, G. M., Brima, E. I., dan Harris, P. I. (2007). Rapid
Arsenic Speciation Using Ion Pair LC-ICPMS with a Monolitic Silica
Column Reveals Increased Urinary Dma Excretion After Ingestion in Rice.
J. Anal. At. Spectrom. 22 (3): 364.
46
Universitas Sumatera
Utara
Phan, K., Sthiannopkao, S., Heng, S., Phan, S., Huoy, L., Wong, M. H., Huoy, L.,
Wong, M. H., dan Kim, K. W. (2013). Arsenic Contamination in the Food
Chain and Its risk Assement of Population Residing in Thailand. Journal of
Hazardous Materials. 262 (9): 1064-1071.
Raber, G., Stock, N., Hanel, P., Murko, M., Navratilova, J., dan Francesco, K. A.
(2012). An Improved HPLC-ICPMS Method for Determing Arsenic in
Food: Application to Rice, Wheat, and Tuna Fish. Food Chemistry. 134 (9):
524-529.
Sauve, S. (2014). Time to Revisit Arsenic Regulations: Comparing Drinking
Water and Rice. Rivew Article. Sauve BM Public Health. 14 (17): 2-5.
Htttp://www.biomedicentral.om/1471-2458/14/465. Diakses pada tanggal
08 Mei 2018.
Sengupta, M. K., Hossain, M.A., Mukherjee, A., Ahamed, S., Das, B., Nayak, B.,
Pal, A., dan Chakraborti, D. (2006). Arsenic Burden of Cooked Rice:
Traditional an Modern Methods. Food and Chemical Toxicology. 44: 1823-
1829.
Sembel, D. T. (2015). Toksikologi Lingkungan: Dampak Pencemaran dari
Berbagai Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta: CV
Andi Offset. Hal. 113-115.
Sigrist, M., Hibe, N., Brusa, L., Campagnoli, D., dan Beldomenico, H. (2016).
Total Arsenic in Selected Food Samples Argentina: Estimation of Their
Contribution to Inorganic Dietary Intake. Journal Food Chemistry. 210
(20): 96-101.
Silalahi, J. (2014). Dampak Negatif Air Minum Reverse Osmosis (RO) terhadap
Kesehatan. Journal of the Indonesian Medical Association. 64 (5) : 215-217.
Smith, H. A., Marshall, G., Yuan, Y., Ferreccio, B., Liaw, J., Ehrenstein, O.
(2006). Increased Mortality from Lung Cancer and Bronchiectasis in Young
Adults After Sxposure to Arsenic in Utero and in Early Childhood. Journal
Environmental health Prespectives. 114 (8): 1293-1295.
Smith, E., Kempson, I., Juhasz, A. L., Weber, J., Skinner, W. M., dan Grafe, M.
(2009). Localization an Speciation of Arsenic and Trace Element in Rice
Tissues. Chemosphere. 76 (11): 536.
SNI. (1998). Cara Uji Arsen dalam Makanan. SNI.01-4866-1988. Badan
Standardisasi Nasional. Hal. 1-2.
SNI. (2008). Beras. SNI 6128:2008. Badan Standardisasi Nasional. Hal. 1.
SNI. (2015). Air Demineral. SNI 6241:2015. Badan Standardisasi Nasional. Hal.
2.
SNI. (2015). Air Mineral Alami. SNI 6242:2015. Badan Standardisasi Nasional.
Hal. 2.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Hal. 168-
254.
47
Universitas Sumatera
Utara
Tyler, C., dan Allan, A. M. (2014). The Effets of Arsenic Exposure on
Neurological an Cognitive Dysfunction in Human and Rodent Studies: A
Review. Curr Enivir Health Rpt. 1: 132-147.\
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam,
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Edisi I. Yogyakarta: C.V
Andi Offset. Hal. 15-35.
Williams, P. N., Islam, M. R., Adomako, E, E., Raab, A., Hossain, S. A., Zhu, Y.
G., Feldmann, J., dam Meharg, A. A., (2006). Increase in Rice Grain
Arsenic for Regions of Bangladesh Irrigating Paddies with Elevated Arsenic
in GroundWaters. Environmenalt Science & Technology. 40 (16): 4903..
Xu, X. Y., Megrath, S. P., Meharg, A. A., dan Zhao, F. J. (2008). Growing Rice
Accrobically Markedly Decreases Accumulation. Environmental Science &
Tehnology. 42 (15): 5575-5577.
Xue-Liang, R., Qing-Long, L., Dian-Xing, W., dan Qing-Yao, S. (2006).
Varieations in Concentration an Distribution of Helath Related Elements
Affected by Environmental and Genotypic Differences in Rice Grains. Rice
Science. 13 (3): 170-178.
Yonathan, C., dan Suhendra, A. (2014). Perbandingan Pengaruh Nasi Putih
dengan Nasi Merah terhadap Kadar Glukosa Darah. Jurnal Kedokteran. 6
(2): 1-4.
48
Universitas Sumatera
Utara
Lampiran 1. Gambar Sampel
Gambar 1. Beras
Gambar 3. Microwave
Sampel
Sampel
Lampiran 5. Bagan Alir Destruksi Sampel dan Pengukuran Kadar Arsen
Sampel
Larutan Destruksi
Hasil
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Larutan Standar dan Pengukuran Kurva
Kalibrasi Arsen
Dipipet sebanyak 5 mL
Hasil
Lampiran 7. Data Kalibrasi Arsen dengan Spektrofotometer Serapan Atom,
Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi
2 2
No X Y XY X Y
1. 0,0000 -0,0032 0,0000 0,0000 0,00001024
2. 5,0000 0,0381 0,1905 25,0000 0,00145161
3. 10,0000 0,0774 0,7740 100,0000 0,00599076
4. 15,0000 0,1136 1,7040 225,0000 0,01290496
5. 20,0000 0,1504 3,0080 400,0000 0,02262016
6. 25,0000 0,1901 4,7525 625,0000 0,03613801
75,0000 0,5664 10,4290 1375,0000 0,07911574
∑
X= 12,5000 Y= 0,0944
2 2
ΣX – (ΣX) / n
2
(1375,000) – (75,0000) / 6
a = 3,349
437,5
a = 0,007655
b = y – ax
y = ax + b
Lampiran 7. Data Kalibrasi Arsen dengan Spektrofotometer Serapan Atom,
Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi
(Lanjutan)
= 0,0944 – (0,007655)(12,5000)
= - 0,001288
2
XY − X. Y/n
=
X Y
X2 − 2 Y2 − 2
n n
= 0,9998
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Kadar Arsen dalam Sampel
X = Konsentrasi sampel
Y = Absorbansi sampel
Y = 0,007655x - 0,001288
0,0041+ 0,001288
X=
0,007655
= 0,7039 µg/L
= 0,0007039 µg/mL
C x V x Fp
Kadar µg/mL =
W
0,007039 µg/mL x 50 mL x 1
Kadar µg/mL =
0,5078 g
Maka kadar arsen yang terkandung dalam sampel adalah 0,0693 mg/kg
60
Universitas Sumatera
Utara
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0693 -0,0024 0,00000576
2. 0.0674 -0,0043 0,00001849
3. 0,0723 0,0006 0,00000036
4. 0,0832 0,0115 0,00013225
5. 0,0714 -0,0003 0,00000009
6. 0,0663 -0,0054 0,00002916
∑ 0,4299
0,00018611
X = 0,0717
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00018611
=
6−1
=0,00610098
0,0043
t hitung 2 = = 1,7264
0,00610098/ 6
0,0006
t hitung 3 = = 0,2409
0,00610098/ 6
0,0115
t hitung 4 = = 4,6171
0,00610098/ 6
0,0003
t hitung 5 = = 0,1204
0,00610098/ 6
61
Universitas Sumatera
Utara
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,0054
t hitung 6 = = 2,1681
0,00610098/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-4 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0693 0 0
2. 0,0674 -0,0019 0,00000361
3. 0,0723 0,0030 0,000009
5. 0,0714 0,0021 0,00000441
6. 0,0663 -0,0030 0,000009
0,3467 0,00002602
Σ
X = 0,0693
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00002602
=
5−1
= 0,00255049
0
t hitung 1 = =0
0,00255049/ 5
0,0019
t hitung 2 = = 1,6658
0,00255049/ 5
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,003
t hitung 3 = = 2,6302
0,00255049/ 5
0,0021
t hitung 4 = = 1,8411
0,00255049/ 5
0,003
t hitung 5 = = 2,6302
0,00255049/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
b. Perhitungan statistik kadar arsen dalam beras putih setelah ditanak dengan air
RO
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0508 -0,0065 0,00004225
2. 0,0529 -0,0044 0,00001936
3. 0,0520 -0,0053 0,00002809
4. 0,0573 0 0
5. 0,0576 0,0003 0,00000009
6. 0,0729 0,0156 0,00024336
∑ 0,3435
0,00033315
X = 0,0573
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00033315
=
6−1
= 0,00816272
0,0044
t hitung 2 = = 1,3204
0,00816272/ 6
0,0053
t hitung 3 = = 1,5904
0,00816272/ 6
0
t hitung 4 = =0
0,00816272/ 6
0,0003
t hitung 5 = = 0,0900
0,00816272/ 6
0,0156
t hitung 6 = = 4,6813
0,00816272/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-6 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00003923
=
5−1
= 0,00313169
0,0012
t hitung 2 = = 0,8568
0,00313169/ 5
0,0021
t hitung 3 = = 1,4994
0,00313169/ 5
0,0032
t hitung 4 = = 2,2848
0,00313169/ 5
0,0035
t hitung 5 = = 2,4990
0,00313169/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
c. Perhitungan statistik kadar arsen dalam beras putih setelah ditanak dengan
air keran
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0586 -0,0036 0,00001296
2. 0,0558 -0,0064 0,00004096
3. 0,0611 -0,0011 0,00000121
4. 0,0623 0,0001 0,00000001
5. 0,0716 0,0094 0,00008836
6. 0,0637 0,0015 0,00000225
∑ 0,3731
0,00014575
X = 0,0622
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00014575
=
6−1
= 0,00539907
0,0011
t hitung 3 = = 0,4991
0,00539907/ 6
0,0001
t hitung 4 = = 0,0454
0,00539907/ 6
0,0094
t hitung 5 = = 4,2647
0,00539907/ 6
0,0015
t hitung 6 = = 0,6805
0,00539907/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-2 dan ke-5 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0586 -0,0028 0,00000784
3. 0,0611 0,0003 0,00000009
4. 0,0623 -0,0009 0,00000081
6. 0,0637 0,0023 0,00000529
0,2457 0,00001403
Σ
X = 0,0614
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00001403
=
5−1
= 0,00216256
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4, dk = 3 dari tabel
0,0028
t hitung 1 = = 2,5895
0,00216256/ 4
0,0003
t hitung 3 = = 0,2774
0,00216256/ 4
0,0009
t hitung 4 = = 0,8323
0,00216256/ 4
0,0023
t hitung 6 = = 2,1271
0,00216256/ 4
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0869 -0,0051 0,00002601
2. 0,0803 -0,0117 0,00013689
3. 0,1367 0,0447 0,00199809
4. 0,0831 -0,0089 0,00007921
5. 0,0793 -0,0127 0,00016129
6. 0,0855 -0,0065 0,00004225
∑ 0,5518
0,00244374
X = 0,0920
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00244374
=
6−1
= 0,02210765
0,0051
t hitung 1 = = 0,5651
0,02210765/ 6
0,0117
t hitung 2 = = 1,2963
0,02210765/ 6
0,0447
t hitung 3 = = 4,9527
0,02210765/ 6
0,0089
t hitung 4 = = 0,9861
0,02210765/ 6
0,0127
t hitung 5 = = 1,4071
0,02210765/ 6
0,0065
t hitung 6 = = 0,7202
0,02210765/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00004245
=
5−1
= 0,00325768
0,0039
t hitung 1 = = 2,6770
0,00325768/ 5
0,0027
t hitung 2 = = 1,8533
0,00325768/ 5
0,0001
t hitung 3 = = 0,0686
0,00325768/ 5
0,0037
t hitung 4 = = 2,5397
0,00325768/ 5
0,0025
t hitung 5 = = 1,7160
0,00325768/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
e. Perhitungan statistik kadar arsen dalam beras cokelat setelah ditanak dengan
air RO
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0754 0,0029 0,00000841
2. 0,0544 -0,0181 0,00032761
3. 0,0791 0,0066 0,00004356
4. 0,0663 -0,0062 0,00003844
5. 0,1042 0,0317 0,00100489
6. 0,0558 -0,0167 0,00027889
∑ 0,4352
0,0017018
X = 0,0725
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,0017018
=
6−1
= 0,01844885
0,0029
t hitung 1 = = 0,3850
0,01844885/ 6
0.0181
t hitung 2 = = 2,4032
0,01844885/ 6
0,0066
t hitung 3 = = 0,8762
0,01844885/ 6
0,0062
t hitung 4 = = 0,8232
0,01844885/ 6
0,0317
t hitung 5 = = 4,2089
0,01844885/ 6
0,0167
t hitung 6 = = 2,2173
0,01844885/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-5 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0754 0,0092 0,00008464
2. 0,0544 -0,0118 0,00013924
3. 0,0791 0,0129 0,00016641
4. 0,0663 0,0001 0,00000001
6. 0,0558 -0,0104 0,00010816
0,3310 0,00049846
Σ
X = 0,0662
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00049846
=
5−1
= 0,01116311
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 5, dk = 4 dari tabel
0,0092
t hitung 1 = = 1,8428
0,01116311/ 5
0,0118
t hitung 2 = = 2,3636
0,01116311/ 5
0,0129
t hitung 3 = = 2,5840
0,01116311/ 5
0,0002
t hitung 4 = = 0,0200
0,01116311/ 5
0,0104
t hitung 6 = = 2,0832
0,01116311/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
air keran
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0687 -0,0108 0,00011664
2. 0,0786 -0,0027 0,00000729
3. 0,0781 -0,0014 0,00000196
4. 0,0676 -0,0119 0,00014161
5. 0,1055 0,026 0,000676
6. 0,0805 0,001 0,000001
∑ 0,4772
0,0009445
X = 0,0795
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,0009445
=
6−1
= 0,01374409
0,0108
t hitung 1 = = 1,9248
0,01374409/ 6
0,0027
t hitung 2 = = 0,4812
0,01374409/ 6
0,0014
t hitung 3 = = 0,2495
0,01374409/ 6
0,0119
t hitung 4 = = 2,1208
0,01374409/ 6
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,026
t hitung 5 = = 4,6338
0,01374409/ 6
0,001
t hitung 6 = = 0,1782
0,01374409/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-5 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0687 -0,0056 0,00003136
2. 0,0768 0,0025 0,00000625
3. 0,0781 0,0038 0,00001444
4. 0,0676 -0,0067 0,00004489
6. 0,0805 0,0062 0,00003844
0,3717 0,00013538
Σ
X = 0,0743
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00013538
=
5−1
= 0,00581765
0,0056
t hitung 1 = = 2,1524
0,00581765/ 5
0,0025
t hitung 2 = = 0,9609
0,00581765/ 5
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,0038
t hitung 3 = = 1,4606
0,00581765/ 5
0,0067
t hitung 4 = = 2,5752
0,00581765/ 5
0,0062
t hitung 6 = = 2,3830
0,00581765/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,01148927
=
6−1
= 0,04793694
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0.025, n = 6, dk = 5 dari tabel
0,0113
t hitung 1 = = 0,5774
0,04793694/ 6
0,0139
t hitung 2 = = 0,7103
0,04793694/ 6
0,0968
t hitung 3 = = 4,9463
0,04793694/ 6
0,0279
t hitung 4 = = 1,4257
0,04793694/ 6
0,0164
t hitung 5 = = 0,8380
0,04793694/ 6
0,0274
t hitung 6 = = 1,4001
0,04793694/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,3142 0,0081 0,00006561
2. 0,3116 0,0055 0,00003025
4. 0,2976 -0,0085 0,00007225
5. 0,3091 0,003 0,000009
6. 0,2981 -0,008 0,000064
1,5306 0,00024111
Σ
X = 0,3061
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00024111
=
5−1
= 0,00776386
0,0081
t hitung 1 = = 2,3329
0,00776386/ 5
0,0055
t hitung 2 = = 1,5841
0,00776386/ 5
0,0085
t hitung 3 = = 2,4481
0,00776386/ 5
0,003
t hitung 5 = = 0,8604
0,00776386/ 5
0,008
t hitung 6 = = 2,3041
0,00776386/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
dengan air RO
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,2479 -0,0231 0,00053361
2. 0,2459 -0,0246 0,00060516
3. 0,3981 0,1276 0,01628176
4. 0,2417 -0,0288 0,00082944
5. 0,2410 -0,0295 0,00087025
6. 0,2489 -0,0216 0,00046656
∑ 1,6230
0,01958678
X = 0,2705
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,01958678
=
6−1
= 0,06258878
0,0231
t hitung 1 = = 0,0904
0,06258878/ 6
0,0246
t hitung 2 = = 0,9628
0,06258878/ 6
0,1276
t hitung 3 = = 4,9938
0,06258878/ 6
0,0288
t hitung 4 = = 1,1271
0,06258878/ 6
0,0295
t hitung 5 = = 1,1571
0,06258878/ 6
0,0216
t hitung 6 = = 0,8435
0,06258878/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,2474 0,0024 0,00000576
2. 0,2459 0,0009 0,00000081
4. 0,2417 -0,0033 0,00001089
5. 0,2410 -0,0040 0,00001600
6. 0,2489 0,0039 0,00001521
1,2249 0,00004867
Σ
X = 0,2450
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00004867
=
5−1
= 0,00348819
0,0024
t hitung 1 = = 1,5385
0,00348819/ 5
0,0009
t hitung 2 = = 0,5769
0,00348819/ 5
0,0033
t hitung 4= = 2,1154
0,00348819/ 5
0,0040
t hitung 5= = 2,5642
0,00348819/ 5
0,0039
t hitung 6= = 2,5000
0,00348819/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
i. Perhitungan statistik kadar arsen dalam beras merah setelah ditanak dengan
air keran
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,2889 -0,0143 0,00020449
2. 0,2703 -0,0329 0,00108241
3. 0,4254 0,1222 0,01493284
4. 0,2695 -0,0337 0,00113569
5. 0,2735 -0,0297 0,00088209
6. 0,2914 -0,0118 0,00013924
∑ 1,8190
0,018376767
X = 0,3032
(𝑖 − X)
2
𝑆𝐷 =
−1
0,01837676
=
6−1
= 0,06062468
0,0143
t hitung 1 = = 0,5778
0,06062468/ 6
0,0329
t hitung 2 = = 1,3293
0,06062468/ 6
0,1222
t hitung 3 = = 4,9374
0,06062468/ 6
0,0337
t hitung 4 = = 1,3616
0,06062468/ 6
0,0297
t hitung 5 = = 1,2000
0,06062468/ 6
0,0118
t hitung 6 = = 0,4768
0,06062468/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00044757
=
5−1
= 0,01057793
0,0102
t hitung 1 = = 2,1562
0,01057793/ 5
0,0084
t hitung 2 = = 1,7757
0,01057793/ 5
0,0092
t hitung 4 = = 1,9448
0,01057793/ 5
0,0052
t hitung 5 = = 1,0992
0,01057793/ 5
0,0127
t hitung 6 = = 2,6847
0,01057793/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00062704
=
6−1
= 0,01119857
0,0002
t hitung 1 = = 0,0437
0,01119857/ 6
0,0013
t hitung 2 = = 0,2844
0,01119857/ 6
0,0220
t hitung 3 = = 4,8121
0,01119857/ 6
0,0069
t hitung 4 = = 1,5093
0,01119857/ 6
0,0053
t hitung 5 = = 1,1593
0,01119857/ 6
0,0081
t hitung 6 = = 1,7713
0,01119857/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,1133 0,0042 0,00001764
2. 0,1122 0,0031 0,00000961
4. 0,1066 -0,0025 0,00000625
5. 0,1082 -0,009 0,00000081
6. 0,1054 -0,0037 0,00001369
0,5457 0,000048
Σ
X = 0,1091
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,000048
=
5−1
= 0,00346410
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 5, dk = 4 dari tabel
0,0042
t hitung 1 = = 2,7111
0,00346410/ 5
0,0031
t hitung 2 = = 2,0010
0,00346410/ 5
0,0025
t hitung 4 = = 1,6137
0,00346410/ 5
0,0009
t hitung 4 = = 0,5809
0,00346410/ 5
0,0037
t hitung 5 = = 2,3883
0,00346410/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00025481
=
6−1
= 0,00713877
0,0057
t hitung 1 = = 1,9558
0,00713877/ 6
0,0007
t hitung 2 = = 0,2402
0,00713877/ 6
0,0138
t hitung 3 = = 4,7531
0,00713877/ 6
0,0033
t hitung 4 = = 1,1323
0,00713877/ 6
0,0045
t hitung 5 = = 1,5441
0,00048646/ 6
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,0005
t hitung 6 = = 0,1716
0,00048646/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,0835 -0,003 0,000009
2. 0,0885 0,002 0,000004
3. 0,0859 -0,0006 0,00000036
4. 0,0847 -0,0018 0,00000324
5. 0,0897 0,0032 0,00001024
0,4323 0,00002664
Σ
X = 0,0865
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00002684
=
5−1
= 0,00259037
0,003
t hitung 1 = = 2,5897
0,00259037/ 5
0,002
t hitung 2 = = 1,7264
0,00259037/ 5
0,0006
t hitung 4 = = 0,5179
0,00259037/ 5
88
Universitas Sumatera
Utara
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Arsen dalam Sampel (Lanjutan)
0,0018
t hitung 5 = = 1,5538
0,00259037/ 5
0,0032
t hitung 6 = = 2,7623
0,00259037/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
l. Perhitungan statistik kadar arsen dalam ketan hitam setelah ditanak dengan
air keran
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,1029 0,0009 0,00000081
2. 0,0989 -0,0031 0,00000961
3. 0,1200 0,0180 0,000324
4. 0,0950 -0,007 0,000049
5. 0,0938 -0,0082 0,00006742
6. 0,1014 -0,0006 0,00000036
∑ 0,612
0,0004512
X = 0,1020
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00045102
=
6−1
= 0,00949758
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0.025, n = 6, dk = 5 dari tabel
0,0009
t hitung 1 = = 0,2321
0,00949758/ 6
0,0031
t hitung 2 = = 0,7995
0,00949758/ 6
0,0180
t hitung 3 = = 4,6423
0,00949758/ 6
0,007
t hitung 4 = = 1,8053
0,00949758/ 6
0,0082
t hitung 5 = = 2,1148
0,00949758/ 6
0,0006
t hitung 6 = = 0,1547
0,00949758/ 6
Dari hasil analisis statistik di atas, diperoleh satu data ditolak yaitu data
ke-3 (> 2,5706), maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
Xi 2
No. (Xi - X) (Xi-X)
Kadar (mg/kg)
1. 0,1029 0,0045 0,00002025
2. 0,0989 0,0005 0,00000025
4. 0,0950 -0,0034 0,00001156
5. 0,0938 0,0046 0,00002116
6. 0,1014 0,0030 0,000009
0,4920 0,00006222
Σ
X = 0,0984
(𝑖 − X)
𝑆𝐷 = 2
−1
0,00006222
=
5−1
= 0,00394398
0,0045
t hitung 1 = = 2,5513
0,00394398/ 5
0,0005
t hitung 2 = = 0,2835
0,00394398/ 5
0,0034
t hitung 4 = = 1,9277
0,00394398/ 5
0,0046
t hitung 5 = = 2,6080
0,00394398/ 5
0,003
t hitung 5 = = 1,7009
0,00394398/ 5
Dari hasil perhitungan di atas, didapat semua t hitung < t tabel , maka semua
data diterima pada taraf kepercayaan 95% sehingga rata-rata kadar arsen dalam
μ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )
a. Pengujian beda nilai rata-rata kadar arsen pada beras putih sebelum ditanak
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0026
Fo = 2
0,0031
Fo = 0,7034
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
2
( 5 1)0,0026 + ( 5
1)0,00312
=
5+5
2
= 0,0029
Lampiran 11. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Arsen pada Sampel
(Lanjutan)
kadar arsen dalam beras putih sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan
air RO )
arsen dalam beras putih sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
RO )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,0693 - 0,0541
1 1
0,0029
5 5
= 8,2873
perbedaan yang signifikan rata-rata kadar arsen dalam beras putih sebelum
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,3)) adalah = 15,10
S 2
2
2
0,0026
Fo = 2
0,0036
Fo = 0,5848
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
(51) 2
+ ( 4 1 )0,0034
2
=
0,0026
5+42
= 0,0030
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam beras putih sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan
air keran )
arsen dalam beras putih sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
keran )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,0693 - 0,0631
1 1
0,0030
5 4
= 3,0808
perbedaan yang signifikan rata-rata kadar arsen dalam beras putih sebelum
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0033
Fo = 2
0,0112
Fo = 0,0868
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00332 + ( 5 1)0,01122
=
5+5
2
= 0,0083
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam beras cokelat sebelum ditanak dan setelah ditanak
dengan air RO )
arsen dalam beras cokelat sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
RO )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,0830 - 0,0662
1 1
0,0083
5 5
= 3,2004
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0033
Fo = 2
0,0058
Fo = 0,3237
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00332 + ( 5 1)0,00582
=
5+5
2
= 0,0047
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam beras cokelat sebelum ditanak dan setelah ditanak
arsen dalam beras cokelat sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
keran )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,0830 - 0,0743
1 1
0,0047
5 5
= 2,9268
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0078
Fo = 2
0,0036
Fo = 4,6944
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00782 + ( 5 1)0,00362
=
5+5
2
= 0,0061
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam beras merah sebelum ditanak dan setelah ditanak
dengan air RO )
arsen dalam beras merah sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
RO )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,3061 - 0,2438
1 1
0,0061
5 5
= 16,1484
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0078
Fo = 2
0,0094
Fo = 0,6885
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00782 + ( 5 1)0,00942
=
5+5
2
= 0,0086
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam beras merah sebelum ditanak dan setelah ditanak
arsen dalam beras merah sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
keran )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,3061 - 0,2727
1 1
0,0086
5 5
= 6,1407
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0035
Fo = 2
0,0026
Fo = 1,8121
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00352 + ( 5 1)0,00262
=
5+5
2
= 0,0031
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam ketan hitam sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan
air RO )
arsen dalam ketan hitam sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
RO )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,1091 - 0,0865
1 1
0,0031
5 5
= 11,5270
Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (4,4)) adalah = 9,60
S 2
2
2
0,0035
Fo = 2
0,0039
Fo = 0,8054
2
(n1)S
(n1)
2
1 1S 2 2
Sp =
nn2
1 2
( 5 1)0,00352 + ( 5 1)0,00392
=
5+5
2
= 0,0037
Ho : µ1 = µ2 (Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
kadar arsen dalam ketan hitam sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan
air keran )
arsen dalam ketan hitam sebelum ditanak dan setelah ditanak dengan air
keran )
=
x1 - x2
s 1/ n1 1/ n 2
=
0,1091 - 0,0984
1 1
0,0037
5 5
= 4,5725
Persentase penurunan kadar arsen pada beras putih sebelum ditanak dan setelah
Kadar arsen pada beras putih sebelum ditanak adalah 0,0693 mg/kg
Kadar arsen pada beras putih setelah ditanak adalah 0,0541 mg/kg
Kadar rata −ra ta arsen sebelum ditanak − (Kadar rata −rata arsen setelah ditanak )
= Kadar rata −rata arsen sebelum ditanak
x
100%
I = C x R x fE x Dt
Wb x tAvg
Keterangan :
ECR = I x CSF
Keterangan:
-4
I = 1,1 x 10 mg/kg/hari
-4
ECR = 1,1 x 10 mg/kg/hari x 1,5
-4
ECR = 1,6 x 10 mg/kg/hari
Lampiran 14. Hasil % Recovery dan Analisis Kadar Arsen Sesudah Penambahan
110
Universitas Sumatera
Utara
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar Arsen
Absorbansi = 0,1012
0,1012 0,001288
X= = 13,3884 µg/L
0,007655
0,0133884 µg/mL x 50 mL x 1
=
0,5003 g
mg/Kg
1 µg/mL
= x 0,5 mL
0,5011 g
CF - CA
= x 100 %
C*A
(1,338 - mg/kg
0 0,3255) x 100 % = 101,47 %
=
0,9978 mg/kg
Lampiran 16. Perhitungan Simpangan Baku Relatif dalam Sampel
% Perolehan Kembali 2
No. (Xi- X ) (Xi- X )
(Xi)
1. 101,47 4,68 21,90
2. 90,00 -6,79 46,10
3. 112,08 15,29 233,78
4. 92,31 -4,48 20,07
5. 95,48 -1,31 1,72
6. 89,37 -7,42 55,06
∑ 580,71 378,63
X 96,79 63,11
SD =
Xi - X
2
n-1
378,63
=
6 -1
= 8,70
SD
RSD = x 100 %
X
8,70
= x 100 %
96,79
= 8,99 %
Lampiran 17. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
y = 0,007655x + 0,001288
Slope = 0,007655
Konsentrasi
Absorbansi 2
No. (µg/L) Yi Y-Yi (Y-Yi)
Y
X
1. 0,0000 -0,0032 -0,0013 -0,0019 0,00000361
2. 50,0000 0,0381 0,0370 0,0011 0,00000121
3. 10,0000 0,0774 0,0753 0,0021 0,00000441
4. 15,0000 0,1136 0,1135 0,0001 0,00000001
5. 20,0000 0,1504 0,1518 -0,0014 0,00000196
6. 25,0000 0,1901 0,1901 0 0
2
∑(Y-Yi) = 0,0000112
Sy/x Yi
-Y 2
n-2
=
0,0000112
6-2
= 0,00167332
3 x (S y/x)
LOD =
Slope
3 x 0,0016732
=
0,007655
10 x Sy/x
LOQ =
Slope
10 x 0,0016732
=
0,007655
2017. Semakin tinggi tingkat konsumsi beras maka akan tinggi juga nilai ECR.
Standar kadar arsen dalam beras yang ditetapkan oleh WHO yaitu 0,3 mg/kg
beberapa negara Asia seperti Cina dan Jepang yang juga mayoritas masyarakatnya
masih banyak mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, standar WHO
tersebut tidak digunakan, mengingat nilai 0,3 mg/kg masih menimbulkan risiko kanker.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Jepang menetapkan 0,01 mg/kg untuk kadar
arsen dalam beras, sedangkan di Cina 0,15 mg/kg. Di beberapa negara Asia
merupakan pengkonsumsi beras yang sangat tinggi dari 200 – 400 g/hari/orang. Hal
berisiko terpapar arsen dari beras (Fu, dkk., 2011; Narukawa, dkk., 2012).