Jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji
untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (si pembeli)
berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan
hak milik tersebut (Pasal 1457 KUHPerdata).
Barang yang menjadi obyek perjanjian jual beli harus cukup tertentu, setidak-tidaknya dapat
ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak miliknya kepada si pembeli.
Kewajiban utama pihak pembeli yaitu membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat
sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.
Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian (peristiwa) di
luar kesalahan salah satu pihak.
Mengenai risiko dalam perjanjian jual beli terdapat 3 ketentuan, yaitu:
• Mengenai barang tertentu, ditetapkan bahwa barang itu sejak saat pembelian (saat ditutupnya
perjanjian) adalah tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan si
penjual berhak menuntut harganya (Pasal 1460 KUHPerdata).
• Mengenai barang-barang yang dijual menurut berat, jumlah atau ukuran, risikonya diletakkan
di pundak si penjual hingga barang-barang itu telah ditimbang, dihitung atau diukur (Pasal
1461 KUHPerdata).
• Mengenai barang-barang yang dijual menurut tumpukan, risikonya diletakkan pada si
pembeli meskipun barang-barang itu belum ditimbang, dihitung atau diukur (Pasal 1462
KUHPerdata).
1
Jadi selama barang yang dijual belum diserahkan (dilever), maka risikonya masih harus dipikul
oleh si penjual (yang masih merupakan pemilik) sampai pada saat barang itu secara yuridis
diserahkan kepada si pembeli.
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu
disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 KUHPerdata).
Menurut Pasal 1553 KUHPerdata, dalam sewa menyewa itu risiko mengenai barang yang
dipersewakan dipikul oleh si pemilik barang, yaitu pihak yang menyewakan.
Penitipan adalah terjadi, apabila seorang menerima sesuatu barang dari orang lain, dengan syarat
bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya (Pasal 1694
KUHPerdata).
Berdasarkan Pasal 1695 KUHPerdata, penitipan barang dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
2
Penitipan barang terjadi dengan sukarela atau karena terpaksa (Pasal 1698 KUHPerdata).
• Penitipan barang dengan sukarela terjadi karena sepakat bertimbal balik antara pihak yang
menitipkan barang dan pihak yang menerima titipan (Pasal 1699 KUHPerdata).
• Penitipan barang karena terpaksa adalah penitipan yang terpaksa dilakukan oleh seseorang
karena timbulnya suatu malapetaka, misalnya kebakaran, runtuhnya gedung, perampokan,
karamnya kapal, banjir, dan lain-lain peristiwa yang tak tersangka (Pasal 1703 KUHPerdata).
B. Sekestrasi
Sekestrasi adalah penitipan barang tentang mana ada perselisihan, ditangannya seorang pihak
ketiga yang mengikatkan diri untuk, setelah perselisihan itu diputus, mengembalikan barang itu
kepada siapa yang akan dinyatakan berhak, beserta hasil-hasilnya.
Penitipan ini ada yang terjadi dengan persetujuan dan ada pula yang dilakukan atas perintah
Hakim atau Pengadilan (Pasal 1730 KUHPerdata).
• Sekestrasi terjadi dengan persetujuan, apabila barang yang menajdi sengketa diserahkan
kepada seorang pihak ketiga oleh satu orang atau lebih secara sukarela (Pasal 1731
KUHPerdata).
• Sekestrasi atas perintah Hakim terjadi apabila Hakim memerintahkan supaya barang tentang
mana ada sengketa, dititipkan kepada seorang (Pasal 1736 KUHPerdata).
Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu barang
kepada pihak yang lainnya untuk dipakai dengan cuma-cuma, dengan syarat bahwa yang
menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu waktu tertentu, akan
mengembalikannya (Pasal 1740 KUHPerdata).
Dalam pinjam pakai, pihak yang meminjamkan tetap menjadi pemilik dari barang yang
dipinjamkan (Pasal 1741 KUHPerdata).
3
2. Tidak boleh memakai barang yang dipinjam guna suatu keperluan lain, selainnya yang sesuai
dengan sifatnya barangnya atau yang ditetapkan dalam perjanjian, kesemuanya atas ancaman
penggantian biaya, rugi, dan bunga, jika ada alasan untuk itu.
Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada
pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan
mutu yang sama pula (Pasal 1754 KUHPerdata).
Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam itu, pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik
dari barang yang dipinjam, dan jika barang itu musnah, dengan cara bagaimanapun, maka
kemusnahan itu adalah atas tanggungannya (Pasal 1755 KUHPerdata).