Anda di halaman 1dari 32

PERANCANGAN

KONTRAK
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
MPU TANTULAR

Dosen: Dr. Niru Anita Sinaga, SH., MH.


MATERI IV
Jenis-Jenis Kontrak
Jenis-Jenis Kontrak

Tidak ada kesatuan pandangan tentang pembagian kontrak. Ada


ahli yang mengkajinya dari sumber hukumnya, namanya,
bentuknya, aspek kewajibannya, maupun aspek larangannya.
1. Kontrak Menurut Sumber Hukumnya.
Merupakan penggolongan kontrak yang didasarkan pada
tempat kontrak itu ditemukan.
2. Perjanjian Dari Aspek Larangannya
Dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk membuat
perjanjian yang bertentangan dengan Undang-undang,
kesusilaan, dan ketertiban umum
3. Kontrak Menurut Bentuknya.
Didalam KUHPerdata, tidak disebut secara sistematis tentang
bentuk kontrak. Namun berbagai ketentuan yang tercantum
dalam KUHPerdata membagi dua macam:
Kontrak Lisan.
Kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup
dengan lisan atau kesepakatan para pihak (Pasal 1320
KUHPerdata).
Kontrak Tertulis.
Perjanjian hibah yang harus dilakukan dengan akta notaris
(Pasal 1682 KUHPerdata).
− Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dan
ditandatangani oleh para pihak.
− Akta yang dibuat oleh notaris, merupakan akta pejabat.
Contohnya, baerita acara Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dalam suatu PT.
4. Kontrak Timbal Balik.
Perjanjian yang dilakukan para pihak yang menimbulkan hak
dan kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual beli, dan
sewa menyewa.
5. Perjanjian cuma-cuma atau dengan alas hak yang membebani.
Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu
pihak dan adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-
Cuma merupakan perjanjian yang menurut hukum hanyalah
menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak. Contohnya:
hadiah dan pinjam pakai. Sedangkan perjanjian dengan alas
hak yang membebani merupakan perjanjian disamping prestasi
pihak yang satu senantiasa ada prestasi (Kontrak) dari pihak
lain, yang menurut hukum saling berkaitan. Contonya: A
menjanjikan kepada B suatu jumlah tertentu. Jika B
menyerahkan sebuah benda tertentu pula kepada A.
6. Perjanjian Berdasarkan Sifatnya.
Didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang
ditimbulkan dari adanya prjanjian tersebut.
Adua macam, yaitu:
• Perjanjian Kebendaan (Zakelijke Overeenkomst)
Suatu perjanjian yang ditimbulkan hak kebendaan diubah
atau dilenyapkan, hal demikian untuk memenuhi perikatan.
Contoh: Perjanjian pembebanan jaminan dan penyerahan
hak milik.
• Perjanjian Obligatoir
Perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari para pihak
untuk membayar atau menyerahkan sesuatu.
7. Kontrak Menurut Namanya.
Pasal 1319 KUHPerdata => Dua macam kontrak menurut
namanya, yaitu:
Kontrak Nominaat (Bernama).
Kontrak yang dikenal dalam KUHPerdata, Contoh: Jual beli,
tukar-menukar, pinjam-meminjam, pemberian kuasa, sewa-
menyewa, dll.
Kontrak Innominaat (Tidak Bernama).
Kontrak yang timbul, tumbuh, dan berkembang dalam
masyarakat, Cth: Leasing, beli sewa, franchise, kontrak
rahim, joint venture, kontrak karya, keagenan, production
sharing, dll.
Kontrak Nominaat
• Istilah kontrak nominaat merupakan terjemahan dari Nominaat Contract
=>Perjanjian bernama Pasal 1319 KUHPerdata.

Jenis-Jenis Kontrak Nominaat


Kontrak Nominaat diatur dalam Buku III KUHPerdata, yang dimulai dari Bab V s/d
Bab XVIII, yaitu:
1. Jual Beli ( Pasal 1457-1540KUHPerdata)
Jual Beli adalah suatu persetujuan, dimana penjual mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan kepada pembeli suatu kebendaan, dan pihak lain untuk
membayar harga yang dijanjikan (Pasal 1457 KUHPerdata).
Salim, H.S =>Jual beli, yaitu “Suatu perjanjian yang dibuat antar pihak
penjual dan pembeli. Didalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk
menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan
pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek
tersebut.”
Unsur-unsur Jual Beli.
− Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli.
− Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan
harga.
− Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli.
Subjek dan Objek Jual Beli.
− Pada dasarnya, semua orang atau badan hukum dapat
menjadi subjek perjanjian jual beli, yaitu bertindak sebagai
penjual dan pembeli, dengan syarat yang bersangkutan telah
dewasa dan atau sudah menikah.
− Sedangkan yang menjadi Objek jual beli adalah semua
benda bergerak dan tidak bergerak, baik menurut tumpukan,
berat, ukuran, dan timbangannya.

Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli.


Hak penjual :
Penerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli.
Kewajiban pihak penjual:
a. Menyatakan dengan tegas tentang perjanjian jual beli
tersebut.
b. Menyerahkan Barang.
c. Wajib menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun
ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat tersebut, kecuali
telah diperjanjikan.
d. Dll
Hak pembeli
− Menerima barang yang telah dibelinya, baik secara nyata
maupun yuridis.

Kewajiban si pembeli:
− Membayar harga pembelian terhadap barang pada waktu
dan tempat yang telah ditentukan
− Membayar bunga dari harga pembelian, jika barang yang
dijual dan diserahkan memberikan hasil (pendapatan).
2. Tukar-Menukar (Pasal 1541-1546 KUHPerdata
Perjanjian tukar menukar adalah:“Suatu persetujuan, dengan
mana kedua belah pihak mengikat dirinya untuk saling
memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai ganti
barang lainnya.’’ (Pasal 1451 KUHPerdata)

Unsur-unsur Tukar-menukar.
− Adanya subjek hukum.
− Adanya kesepakatan subjek hukum.
− Adanya objek, yaitu barang bergerak dan tidak bergerak, dan
− Masing-masing subjek hukum menerima barang yang
menjadi objek tukar-menukar.
Hak dan Kewajiban Dalam Perjanjian Tukar-Menukar.
− Pihak pertama dan pihak kedua, masing-masing berkewajiban
untuk menyerahkan barang yang ditukar.
− Sedangkan haknya menerima barang yang ditukar.
Resiko Dalam Perjanjian Tukar-Menukar.
− Jika barang yang menjadi objek tukar-menukar musnah diluar
kesalahan salah satu pihak maka perjanjian tukar-menukar itu
menjadi gugur.
− Pihak yang telah menyerahkan barang dapat menuntut kembali
barang yang telah diserahkannya (Pasal 1545 KUHPerdata).
3. Sewa-Menyewa (Pasal 1548-1600 KUHPerdata)
Sewa-menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang
kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu
harga barang yang disanggupi pihak yang terakhir itu (Pasal 1548
KUHPedata).
Subjek dan Objek Sewa-Menyewa.
− Subjek dalam sewa-menyea yaitu pihak yang menyewakan dan
pihak penyewa.
− Pihak yang menyewakan adalah orang atau badan hukum yang
menyewakan barang atu benda kepada pihak penyewa.
− Penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang
atau benda dari pihak yang menyewakan.
− Objek dalam perjanjian sewa menyewa adalah barang dan harga.
− Syarat yang disewakan adalah barang yang halal, artinya tidak
bertentangan dangan undang-undang, ketertiban, dan kesusilaan.
Hak dari pihak yang menyewakan:
Menerima harga sewa yang telah ditentukan.
Kewajiban yang menyewakan, yaitu:
− Menyerahkan barang yang disewakan kepada sipenyewa
− Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa, sehingga dapat
dipakai
− Memberi hak kepada sipenyewa untuk menikmati barang yang disewakan
− Melakukan pembetulan pada waktu yang sama
− Menanggung cacat barang yang disewakan
Hak dari pihak penyewa
− Menerima barang yang disewakan dalam keadaan baik.
Kewajibannya adalah.
− Memakai barang sewa sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik,
artinya kewajiban memakianya seakan-akan barang itu kepunyaannya
sendiri
− Membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan (Pasal 1560
KUHPerdata).
4. Perjanjian Untuk Melakukan Pekerjaan (Pasal 1601-
1617KUHPerdata)
Perjanjian untuk melakukan pekerjaan dibagi menjadi
− Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu
− Perjanjian kerja/perburuhan
− Perjanjian pemborongan pekerjaan
5. Badan Hukum (Pasal 1653-1665 KUHPerdata)
Badan hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang
otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang
memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek
hukum.
Subyek hukum dalam ilmu hukum ada dua yakni, orang dan
badan hukum. Disebut sebagai subyek hukum oleh karena
orang dan badan hukum menyandang hak dan kewajiban
hukum
Menurut Chidir Ali pengertian badan hukum sebagai subyek
hukum itu mencakup hal berikut, yaitu:
− perkumpulan orang (organisasi);
− dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam
hubungan hubungan hukum (rechtsbetrekking);
− mempunyai harta kekayaan tersendiri;
− mempunyai pengurus;
− mempunyai hak dan kewajiban;
− dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan

Syarat -Syarat Badan Hukum


• Adanya sebuah kekayaan yang terpisah.
• Mempunyai suatu tujuan tertentu.
• Memepunyai sebuah kepentingan sendiri.
• Mempunyai suatu organisasi yang teratur
Teori Badan Hukum
• Teori fiksi dari Von Savigny
• Teori Harta Kekayaan Bertujuan (Doel Vermogents Theorie)
• Teori Kekayaan Bersama (Propriete Collective Theorie)
• Teori Organ=> Suatu organisme rill
• Teori Kenyataan Yuridis (Juridisme Realiteitsleere)

6. Persekutuan Perdata (Pasal 1618- 1652 KUHPerdata)


Persekutuan adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan,
dengan maksud untuk membagi keuntungan karenanya (Pasal 1618
KUHPerdata).
Unsur-unsur Persekutuan.
− Adanya konsensus antara dua orang atau lebih.
− Memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dan
− Maksudnya untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
Kewajiban Para Sekutu.
− Masing-masing sekutu berutang kepada persekutuan tentang
segala apa yang disanggupinya.
− Masing-masing sekutu diwajibkan untuk memasukkan sejumlah
uang kepada persekutuan.
− Diwajibkan memberi perhitungan pada perusahaan tentang
keuntungan yang diperoleh dengan kerajinan.
− Masing-masing sekutu diwajibkan memberikan ganti rugi kepada
persekutuan tetang kerugian yang diderita persekutuan yang
disebabkan karena salahnya dari sekutu.
Hak para sekutu
Berhak untuk mendapatkan keuntungan dari hasil sekutu berdasarkan
besar kecilnya yang telah dimasukkan kepersekutuan.
7. Hibah (Pasal 1666-1693 KUHPerdata)
Hibah: Suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah menyerahkan
suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali,
untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang itu.
Unsur unsur perjanjian hibah
− Adanya pemberi dan penerima hibah.
− Pemberi hibah menyerahkan barang kepada penerima hibah.
− pemberian dengan cuma-cuma, dan
− pemberian itu tidak dapat ditarik kembali.
Subjek dan Objek Hibah
Pihak yang terkait dalam perjanjian hibah adalah penghibah
(pemberi hibah) dan yang menerima hibah (penerima hibah)
Bentuk Perjanjian Hibah
Pasal 1682 KUHPerdata: ”Tiada suatu penghibahan pun kecuali
termaksud dalam Pasal 1687 dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang
minut (naskah aslinya) harus disimpan pada notaris dan bila tidak
dilakukan demikian maka penghibahan itu tidak sah
Pasal 1683 KUHPerdata:
“Tiada suatu penghibahan pun mengikat penghibah atau
mengakibatkan sesuatu sebelum penghibahan diterima dengan
kata-kata tegas oleh orang yang diberi hibah atau oleh wakilnya
yang telah diberi kuasa olehnya untuk menerima hibah yang telah
atau akan dihibahkannya itu.
Jika penerimaan itu tidak dilakukan dengan akta hibah itu maka
penerimaan itu dapat dilakukan dengan suatu akta otentik
kemudian, yang naskah aslinya harus disimpan oleh Notaris asal
saja hal itu terjadi waktu penghibah masih hidup; dalam hal
demikian maka bagi penghibah, hibah tersebut hanya sah sejak
penerimaan hibah itu diberitahukan dengan resmi kepadanya
Pasal 1687
Hadiah dari tangan ke tangan berupa barang bergerak yang
berwujud atau surat piutang yang akan dibayar atas tunduk, tidak
memerlukan akta notaris dan adalah sah bila hadiah demikian
diserahkan begitu saja kepada orang yang diberi hibah sendiri atau
kepada orang lain yang menerima hibah itu untuk diteruskan
kepada yang diberi hibah
8. Penitipan Barang ( Pasal 1694-1739 KUHPerdata)
Pentipan barang (Bewargeving) adalah perjanjian untuk
menyimpan barang orang lain dan mengembalikannya, baik
dengan maupun tanpa pembayaran.
Jenis -jenis penitipan barang.
− Penitipan murni (sejati)=>Dapat dilakukan dengan cuma-cuma
dan hanya dikhususkan kepada barang bergerak.
− Penitipan sekestrasi (penitipan dalam perselisihan)=> Penitipan
barang kepada pihak ketiga, yang disebabkan adanya
perselisihan antara sipenitip dengan pihak lainnya atau karena
adanya perintah hakim (Pasal 1730 KUHPerdata).
Subjek dan objek dalam penitipan barang.
− Pada dasarnya, ada dua pihak yang terikat dalam perjanjian
penitipan barang, yaitu Bewaargever adalah orang yang
menyerahkan barang untuk disimpan.
− Sedangkan Bewaarnemer adalah orang yang menerima barang
untuk disimpan.
9. Pinjam Pakai ( Pasal 1740-1753 KUHPerdata)
• Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang
satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan
cuma-Cuma kepada pihak lain, dengan syarat bahwa pihak
yang menerima barang itu setelah memakainya atau setelah
lewat waktu yang ditentukan, akan mengembalikan barang itu.
• Orang yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak
barang yang dipinjamkan itu.
• Segala sesuatu yang dipergunakan orang dan tidak dapat
musnah karena pemakaiannya, dapat menjadi pokok
perjanjian
• Semua perjanjian yang lahir dan perjanjian pinjami pakai, beralih
kepada ahli waris orang yang meminjamkan dan ahli waris
peminjam. Akan tetapi jika pemberian pinjaman dilakukan
hanya kepada orang yang menerimanya dan khusus kepada
orang itu sendiri, maka semua ahli waris peminjam tidak dapat
tetap menikmati barang pinjaman itu
10. Pinjam-meminjam (Pasal 1754-1769 KUHPerdata)
Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak
yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah
tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan
sejumlah uang yang sama dengan jenis dan mutu.

11. Bunga tetap/abadi (1770-1773)


Perjanjian bunga abadi ialah suatu persetujuan bahwa pihak
yang memberikan pinjaman uang akan menerima pembayaran
bunga atas sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali.
− Bunga ini pada hakikatnya dapat diangsur.
− Seseorang yang berutang bunga abadi dapat dipaksa
mengembalikan uang pokok:
1. jika ia tidak membayar apa pun dan bunga yang harus
dibayarnya selama dua tahun berturut-turut;
2. jika ia lalai memberikan jaminan yang dijanjikan kepada kreditur;
3. jika ia dinyatakan pailit atau dalam keadaan benar-benar tidak
mampu untuk membayar.
12. Kontrak untung-untungan (Pasal 1774-1791 KUHPerdata)
Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang
hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua
pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu
kejadian yang belum pasti.

13. Pemberian kuasa (1792-1819)


Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan
pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya
untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang
memberikan kuasa.
• Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum,
dengan suatu surat di bawah tangan bahkan dengan sepucuk
surat ataupun dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula
terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan
kuasa itu oleh yang diberi kuasa.
• Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika
diperjanjikan sebaliknya..
• Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus
• Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi
tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan..
• Penerima kuasa tidak boleh melakukan apa pun yang melampaui
kuasanya.

14. Penanggungan (Pasal 1820-1850 KUHPerdata)


Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi
kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.
• Tiada penanggungan bila tiada perikatan pokok yang sah menurut
undang-undang.
• Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri dalam perjanjian
atau dengan syarat-syarat yang lebih berat dari perikatan yang
dibuat oleh debitur.
• Penanggung tidak hanya dapat diduga-duga, melainkan harus
dinyatakan secara tegas, penanggungan itu tidak dapat diperluas
hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat-syarat
sewaktu mengadakannya.
15. Kontrak perdamaian (Pasal 1851-1864 KUHPerdata)
• Perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi bahwa dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah
pihak mengakhiri suatu perkara yang sedang diperiksa pengadilan
ataupun mencegah timbulnya suatu perkara bila dibuat secara tertulis.
• Untuk dapat mengadakan suatu perdamaian, seseorang harus
berwenang untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang termaktub
dalam perdamaian itu.
• Perdamaian dapat diadakan mengenai kepentingan keperdataan yang
timbul dari satu kejahatan atau pelanggaran.
• Setiap perdamaian hanya menyangkut soal yang termaktub di
dalamnya; pelepasan segala hak dan tuntutan yang dituliskan di situ
harus diartikan sepanjang hak-hak dan tuntutan-tuntutan itu
berhubungan dengan perselisihan yang menjadi sebab perdamaian
tersebut.
Selain Kontrak Diatas masih dikenal jenis kontrak lain, yaitu:
Kontrak tersamar
Kontrak tersamar: Suatu kontrak yang diciptakan oleh hukum atas
dua pihak atau lebih semata-mata dengan tujuan agar tercapai
keadilan diantara pihak-pihak dimaksud, tanpa adanya suatu
pernyataan yang jelas tentang adanya kesepakatan kehendak.
Kontrak tersamar => Tidak ada unsur kesepakatan kehendak di
antara para pihak, tetapi oleh hukum diasumsikan adanya unsur
kesepakatan kehendak tersebut
contoh : Yang merawat pasien, menanami sebidang tanah dan
pemotong rumput.
Kontrak tersamar secara hukum, harus dipenuhi unsur-unsur
sebagai berikut.
1. Manfaat telah diberikan kepada pihak lainnya
2. Pemberi barang atau jasa mengharapkan pembayaran ketika
diserahkannya barang atau jasa yang bersangkutan.
3. Dia bukanlah bekerja sebagai pemberi barang atau jasa secara
sukarela.
Kontrak Baku
Kontrak baku => Kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan
atau dirancang oleh salah satu pihak => Biasanya dilakukan oleh
pihak yang banyak melakukan kontrak yang sama terhadap pihak
lain => Pasal 1338 (1) BW bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Beberapa ahli hukum mencoba mendefinisikan perjanjian/kontrak
baku (standar) tersebut, yaitu antara lain :
1. Marian Darus Badrulzaman menjelaskan perjanjian/kontrak baku
adalah perjanjian yang didalamnya dibakukan syarat-syarat eksonerasi
dan dituangkan dalam bentuk formulir;
2. Sutan Remy Sjahdeini menjelaskan perjanjian/kontrak baku adalah
perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan
oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai
peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan;
3. Abdul Kadir Muhammad mengartikan perjanjian/kontrak baku baku
sebagai perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai
pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum
dengan pengusaha;
4. Black’s Law Dictionary mengartikan perjanjian /kontrak
baku (adhesion contract) adalah format kontrak baku yang
berprinsip take it or leave it yang ditawarkan kepada konsumen di
bidang barang dan jasa tidak memberikan kesempatan pada konsumen
untuk bernegosiasi. Dalam situasi seperti ini konsumen dipaksa untuk
menyetujui bentuk kontrak tersebut. Ciri khas kontrak baku adalah pihak
yang lemah tidak memiliki posisi tawar”
Adapun ciri-ciri dari perjajian/kontrak baku adalah sebagai berikut :
• Proses pembuatannya secara sepihak oleh pihak yang
mempunyai kedudukan atau posisi tawar-menawar yang lebih
kuat daripada pihak lainnya;
• Pihak yang berkedudukan atau posisi tawar-menawarnya lebih
lemah, tidak dilibatkan sama sekali dalam menentukan substansi
kontrak;
• Pihak yang kedudukan atau posisi tawar-menawarnya lebih
lemah, menyepakati atau menyetujui substansi kontrak secara
terpaksa, karena didorong oleh kebutuhan;
• Kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, formatnya tertentu dan
massal (jumlahnya banyak).
Ada beberapa faktor yang membuat perjanjian/kontrak baku
tersebut menjadi sangat berat sebelah, yaitu :
• Kurang adanya atau bahkan tidak adanya kesempatan bagi
salah satu pihak untuk melakukan tawar-menawar, sehingga
pihak yang kepadanya disodorkan perjanjian tidak banyak
kesempatan untuk mengetahui isi perjanjian tersebut, apalagi
terdapat perjanjian yang ditulis dengan huruf-huruf yang sangat
kecil;
• Karena penyusunan perjanjian yang sepihak, maka pihak
penyedia dokumen biasanya memiliki cukup banyak waktu untuk
memikirkan mengenai klausulak-lausula dalam dokumen
tersebut, bahkan mungkin saja sudah berkonsultasi dengan para
ahli atau dokumen tersebut justru dibuat oleh para ahli.
Sedangkan pihak yang kepadanya disodorkan dokumen tidak
banyak kesempatan dan sering kali tidak familiar dengan
klausula-klausula tersebut;
• Pihak yang kepadanya disodorkan perjanjian baku menempati
kedudukan yang sangat lemah, sehingga hanya dapat
bersikap “take it or leave it”.

Anda mungkin juga menyukai