EPISTAKSIS
Oleh :
Preseptor :
EPISTAKSIS
Aldo Winanda Aidil Putra, Revi Annisa, Farhan Ramadhan
1.2 Tujuan Penulisan
Affiliasi penulis : Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas RSUP Dr. M.Djamil Padang
Tujuan penulisan case report session ini bertujuan
untuk mengetahui dan memahami mengenai epistaksis.
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat Penulisan
1.1 Latar Belakang
Manfaat penulisan case report session ini adalah
Epistaksis atau perdarahan pada hidung merupakan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
kegawatdaruratan pada THT yang sering ditemukan pada
epistaksis.
unit gawat darurat maupun layanan primer. Insidensi
1.4 Metode Penulisan
epistaksis secara global masih belum diketahui secara pasti.
Penulisan case report session ini disusun
Diperkirakan 60% dari populasi dunia pernah mengalami
berdasarkan laporan kasus dan studi kepustakaan yang
satu kali episode epistaksis selama hidupnya, dan 6%
merujuk kepada berbagai literatur.
diantaranya mencari pertolongan medis.1 Epistaksis bukan
suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan, baik
TINJAUAN PUSTAKA
lokal maupun sistemik. Sebagian besar epistaksis dapat
berhenti sendiri.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG
Di Amerika serikat, epistaksis menyumbangkan Hidung Luar dan Dalam
kasus emergensi kedua terbanyak pada otolaryngology Hidung bagian luar yang menonjol pada garis
setelah sakit tenggorok, dan menyumbangkan 0,5% dari tengah diantara pipi dan bibir atas. Struktur hidung luar
semua kasus emergensi. Angka kejadian tersering pada dibedakan atas bagian, pada bagian yang paling atas
anak anak usia kurang dari 10 tahun, dan orang tua usia adalah kubah tulang yang tak dapat digerakkan,
lebih dari 50 tahun. Pada anak-anak, kejadian epistaksis dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat
sering disebabkan oleh trauma dan kebiasaan mengorek digerakkan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung
hidung, sedangkan pada orang tua disebabkan oleh yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid
penyakit sistemik seperti hipertensi atau adanya dengan bagian-bagian yaitu: 1) pangkal hidung, 2) batang
dengan lokasi anatomi dari tejadinya ruptur pembuluh Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan
darah. Pada sebagian besar kasus epistaksis anterior sering tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
dengan gejala ringan dan hampir semuanya dapat berhenti beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
sendiri. Sementara itu, robekan pada pembuluh darah menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari:
posterior menimbulkan gejala yang lebih berat dan 1) tulang hidung, 2) prosesus frontalis os maxila, 3)
membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.3 prosesus nasalis os frontalis; sedangkan kerangka tulang
Prinsip tatalaksana epistaksis ialah memperbaiki rawan yang terdiri atas beberapa pasang tulang rawan yang
keadaan umum, mencari sumber perdarahan, serta terletak di bagian paling bawah hidung, yaitu 1) sepasang
menghentikan perdahan. Setelah epistaksis teratasi, perlu kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago
dilakukan pencarian faktor penyebab untuk mencegah nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago
epistaksis berulang.
2
Epistaksis yang hebat dapat ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum. 6
menimbulkan kondisi berbahaya seperti aspirasi darah ke Bagian hidung dalam terdiri dari struktur yang
dalam saluran nafas bawah, syok, anemia dan gagal ginjal. membentang dari os. Internum di sebelah anterior hingga
Selain itu, pembuluh darah yang terbuka juga rentan terkena koana di posterior, yang memisahkan rongga hiidung dari
infeksi. Penanganan epistaksis yang tidak tepat dapat nasofaring. Setiap rongga hidung memiliki dinding lateral,
memperparah kondisi penderita.4 dinding medial, atap dan lantai. Pada dinding lateral terdapat
konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah
Dokter Muda THT-KL Periode Mei – Juni 2022
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan Gambar 2. Vaskularisasi Dinding Lateral Hidung
meatus inferior, celah antara konka media dan inferior
disebut meatus media dan sebelah atas konka media
disebut meatus superior.8
suatu kelainan. Perdarahan hidung ini banyak dijumpai perdarahan biasanya ringan, perdarahan berat,
sehari-hari baik pada anak maupun usia lanjut. Kebanyakan dapat dikontrol membutuhkan
ringan dan sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan dengan mudah rawatan rumah
bantuan medis, tetapi epistaksis yang berat merupakan dengan tampon sakit dan
masalah kedaruratan yang dapat berakibat fatal apabila
anterior membutuhkan
tidak segera ditangani. Secara anatomi epistaksis biasanya
tampon posterior
9
dibagi atas pendarahan anterior atau posterior.
lokasi paling sering posterosuperior penderita usia <20 tahun umumnya pendarahan dapat
berhenti sendiri sehingga jarang memerlukan bantuan
berasal dari Little’s dari rongga hidung,
tenaga kesehatan. Penyebab yang paling sering memicu
area atau bagian cukup sulit untuk
epistaksis adalah gangguan sistemik yang dialami 613
anterior dari melokalissi sumber
penderita (58,49%) dan sisanya 387 penderita (36,93%)
dinding lateral perdarahan
karena penyebab lokal seperti trauma, bersin terlalu kuat
12
atau mengeluarkan secret terlalu kuat.
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
yang dapat dilakukan yaitu: nasoendoskopi, foto kepala perdarahan telah terkontrol atau belum. Penderita
(posisi waters, lateral dan caldwell), Cumputed Tomografi sebaiknya tetap tegak namun tidak hiperekstensi untuk
Scan (CT Scan), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). menghindari darah mengalir ke faring yang dapat
9
Pemeriksaan nasoendoskopi dilakukan untuk evaluasi mengakibatkan aspirasi.
bagian kavum nasi dan muara sinus secara langsung
menggunakan tampilan berkualitas tinggi. Ini adalah
prosedur yang biasa dilakukan di bagian THT-KL dan
berfungsi sebagai alat diagnostik objektif dalam
mengevaluasi mukosa hidung, anatomi sinonasal, dan
patologi hidung. Nasoendoskopi dapat dilakukan dengan
13
menggunakan teleskop serat optik atau teleskop kaku.
tekanan yang adekuat. Apabila tampon menggunakan eksterna dapat diembolisasi. Dilakukan angiografi
boorzalf atau salep antibiotik harus dilepas dalam 2 hari, preembolisasi untuk mengevaluasi sistem arteri karotis
sedangkan apabila menggunakan bismuth dan pasta eksterna dan arteri karotis interna. Embolisasi dilakukan
Mencegah Komplikasi
sendiri dengan tatalaksana minimal. Sebagian pasien • Riwayat alergi debu dan udara dingin tidak ada
15
mungkin juga memerlukan tatalaksana berulang. • Riwayat diabetes melitus tidak ada
• Riwayat hipertensi tidak ada
• Riwayat merokok dan mengonsumsi minuman
alkohol tidak ada.
LAPORAN KASUS • Riwayat keganasan tidak ada
IDENTITAS PASIEN • Riwayat mual dan muntah tidak ada
Nama : Tn. BR • Riwayat demam tidak ada
Umur : 26 tahun Riwayat Penyakit Keluarga:
Jenis Kelamin : Laki-laki • Riwayat Adenoid Karsinoma Kistik pada ibu pasien
Pekerjaan : Fotografer • Riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada
Alamat : Pengambiran, Padang • Riwayat DM dan Hipertensi pada keluarga tidak
Status : Belum Menikah ada
Nageri Asal : Indonesia
Agama : Islam Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan:
• Pasien seorang lulusan Desain Komunikasi Visual
dan bekerja sebagai fotografer di salah satu studio di kota
ANAMNESIS
Padang
Seorang pasien laki-laki, berusia 26 tahun datang ke IGD
• Riwayat mengkonsumsi alkohol tidak ada
RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan keluhan keluar darah
PEMERIKSAAN FISIK
dari hidung kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
• Keadaan Umum : sakit sedang
Keluhan Utama:
• Kesadaran :composmentis cooperative
Keluar darah dari hidung kiri sejak 6 jam sebelum masuk
• Tekanan darah : 125/88 mmHg
rumah sakit.
• Frekuensi nadi : 88 x / menit
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Awalnya pasien sedang bersin kuat, tiba-tiba keluar • Suhu : 36,5°C
darah dari lubang hidung sebelah kiri, sekitar 10 lembar tisu. • Pernapasan : 20 x / menit
Kemudian pasien dibawa ke RSUP Dr.M.Djamil Padang, PEMERIKSAAN SISTEMIK
saat di IGD darah sudah berhenti, dan pasien kemudian ● Kepala : Normocephal
dipulangkan. Kemudian keluar darah lagi dari hidung 6 jam ● Mata
yang lalu saat pasien sedang tidur kurang lebih 10 lembar o Konjungtiva : Anemis (-/)
tisu, pasien kemudian berobat ke RSUP Dr.M.Djamil o Sklera : Ikterik (-/-)
Padang. ● Toraks
• Riwayat keluar darah dari hidung tidak ada o Jantung : Tidak diperiksa
• Rasa darah mengalir di tenggorok ada o Paru : Tidak diperiksa
• Hidung tersumbat tidak ada ● Abdomen : Tidak diperiksa
• Nyeri pada hidung tidak ada ● Ekstremitas : akral hangat, edema tidak ada,
• Penurunan penciuman tidak ada CRT<2 detik
• Rasa penuh di telinga tidak ada
• Riwayat mengorek-ngorek hidung ada STATUS LOKALIS THT-KL
• Riwayat trauma pada hidung tidak ada Telinga
• Riwayat bersin kuat ada Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
• Benjolan di leher, ketiak dan selangkangan tidak Kelainan - -
ada Daun Telinga Kongenital
• Riwayat darah sukar berhenti tidak ada Trauma - -
• Nyeri kepala hebat tidak ada Radang - -
• Pandangan ganda tidak ada Kelainan - -
Riwayat Penyakit Dahulu: Metabolik
Dokter Muda THT-KL Periode Mei – Juni 2022
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Bercak/Eksudat - - darah dari hidung kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah
Konka Ukuran Eutrofi Eutrofi sakit. Riwayat keluar darah dari hidung tidak ada. Rasa
Dokter Muda THT-KL Periode Mei – Juni 2022
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
darah mengalir di tenggorok ada. Hidung tersumbat tidak telah dapat ditentukan, maka tidak perlu dilakukan
ada. Nyeri pada hidung tidak ada. Penurunan penciuman pemeriksaan laboratorium.
tidak ada. Rasa penuh di telinga tidak ada. Riwayat Tatalaksana pasien ini yang paling utama adalah
mengorek-ngorek hidung ada. Riwayat trauma pada hidung menghentikan perdarahan. Pada pasien ini teah dilakukan
tidak ada. Riwayat bersin kuat ada. Benjolan di leher, ketiak penekanan langsung pada ala nasi, dilakukan selama 15
dan selangkangan tidak ada. Riwayat darah sukar berhenti menit dengan posisi badan pasien agak kedepan dengan
tidak ada. Nyeri kepala hebat tidak ada. Pandangan ganda kepala sedikit fleksi. Akan tetapi, perdarahan masih juga
tidak ada. belum berhenti sehingga dilakukanlah pemasangan tampon
Pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior didapatkan kavum anterior saat di IGD. Pemasangan tampon anterior dipakai
nasi dekstra lapang, konka inferior dan konka media eutrofi, untuk membantu menghentikan epistaksis. Selain itu pada
serta terdapat cloting. Sedangkan pada kavum nasi sinistra, pasien juga diberikan IVFD RL 1 kolf/8 jam untuk mencegah
didapatkan kavum nasi lapang, konka inferior dan media syok hipovolemik pada pasien. Pada pasien juga diberikan
eutrofi, terdapat septum deviasi spina, adanya ekskoriasi obat injeksi ceftriaxone 2x1 gram, asam tranexamat 3x500
dan darah merembes. Pada tenggorok juga ditemukan mg, dan injeksi vitamin K 3X1 ampul. Setelah masuk ruang
cloting. rawatan, pasien diberikan terapi lanjutan.
Diagnosis utama:
Epistaksis Anterior DAFTAR PUSTAKA
Quo ad vitam : Bonam Epistaksis, dalam Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
Quo ad sanam : Dubia ad bonam tenggorok kepala dan leher edisi ketujuh. Jakarta.P131-135
4. Mangunkusumo, Endang., Retno S Wardani.,
Pada pasien ini didapatkan adanya keluhan keluar darah Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokkan Kepala
dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
dari hidung kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
5. Foshee J, lloreta AM, Nyquist GG, Rosen MR.
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat mengorek-
ngorek hidung dan juga riwayat bersin-bersin kuat. 2016. Epistaxis. In Rhinology hand book.New York.p109-
123
Berdasarkan literatur, kebiasaan mengorek-ngorek hidung
2 6. Sobotta. 2013. Sobbota atlas anatomi manusia.
dapat menyebabkan terjadinya epistaksis. Kemudian dari
pemeriksaan rinoskopi anterior, didapatkan adanya cloting Edisi 22. EEG penerbit buku kedokteran. Jakarta
di kavum nasal kanan dan kiri serta tenggorok, deviasi 7. Dhingra PL, Dhingra Shruti.2018. Disease of Er,
th
septum nasal ke arah kiri, dan terdapat ekskoriasi dan darah Nose and. Throat & Head and Neck Surgery 7 edition. New
Untuk menegakkan diagnosis penyebab terjadinya 8. Santos PM, Lapore ML. Epistaxis. Dalam: Bailey
epistaksis diperlukan serangkaian pemeriksaan, meliputi: BJ. Head and Neck Surgery Otolaringology. Vol. 2. 3rd ed
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Philadelphia. JB Lippincot. 2001. P. 301302.
Pada sebagian besar kasus, penyebab epistaksis sudah 9. Soepardi AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
dapat ditentukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
Bila tidak dijumpai kehilangan darah yang berat, tidak ada kepala dan leher edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK