SKIN GRAFT
Oleh:
Ratna Oktaviani G99142018
Rizky Ardiana Vitasari G99152080
M Arief Luthfi Parama G99152077
Pembimbing:
dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp. BP-RE
0
DAFTAR ISI
1
A. PENDAHULUAN
Skin graft adalah tindakan pembedahan berupa pemindahan sebagian atau
seluruh bagian tebal kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai
vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Skin
graft digunakan ketika metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak cocok
atau penyembuhan luka tidak menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya
digunakan pada kasus-kasus luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang
tidak menunjukkan penyembuhan seperti ulkus diabetik, dan ulkus vascular. Skin
graft berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah
perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.(1,2,3)
Umumnya setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer diindikasikan
untuk dilakukannya tindakan skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin
graft adalah semua jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka dengan
vaskularisasi yang cukup seperti otot, fascia, dermis, perikondrium, periosteum,
peritoneum, pleura dan jaringan granulasi. Luka yang kurang suplai pembuluh
darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya tulang,tulang rawan,
tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Atau daerah yang
seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami trauma berat
menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang sehingga tidak
baik untuk dilakukan skin graft. (4,22)
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan
dapat digunakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha,
pantat, punggung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh
perawatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft. (4,5,6)
Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan oleh Tagliacozzi thn 1597
dalam karyanya De Ceertorum Chirurgia Per Insitionem yang menjelaskan flaf
lengan bawah untuk merekonstruksi hidung. Bunger thn. 1823 melakukan
pemindahan kulit dari paha ke hidung, Reverdin thn. 1869 melakukan eksisi kulit
kecil dan tipis (epidermis graft) yang diletakkan di permukaan granulasi dan
beliau berpendapat bahwa ketahanan hidup graft membutuhkan pertumbuhan
2
pembuluh darah baru dari resipien juga menjelaskan ketahanan hidup Split
Thickness graft lebih baik dibanding Full Thickness graft. Thiersch thn 1886
mengemukakan dan mengembangkan tentang thin split thickness skin graft.
Schone thn. 1912 dan Lexer thn 1914 menjelaskan bahwa graft ini tidak tahan
hidup tidak lebih dari 3 minggu setelah transplantasi. Setelah itu muncul nama-
nama yang berperan dalam perkembangan skin grafting.Pada perang dunia II
memacu perkembangan di bidang pencangkokan yang menimbulkan masalah baru
dan bentuk-bentuk kelainan yang baru pula.Hanya dengan kemajuan diatas
revolusi bedah plastik dan rekonstruksi dapat di capai. (1,2,14)
B. KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
melindung manusia dari lingkungan sekitar, juga merupakan organ essensial dan
vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan
kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa
adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai
lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi.
Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori,
termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi
emosi.
Gambar 1
Penampang lingtang dari kulit
3
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis serta lapisan subkutis. (19,20,21)
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel
squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki
pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis,
menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis.
a. Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling
luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang
kasar yang terdiri atas keratohialin.
d. Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri
atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit. (14,20,21)
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis. (14,20,21)
3. Subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan daridermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak. (14,20,21)
4
C. JENIS SKIN GRAFT
Berdasarkan asalnya, skin graft dibagi menjadi:
1. Autograft
Graft dari kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama (dari
tubuh yang sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika
kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan
donor.
2. Homograft
Graft yang digunakan (donor) berasal dari individu lain yang sama
spesiesnya dengan resipien (berasal dari tubuh yang lain).
3. Heterograft
Graft yang digunakan berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies
dengan resipien (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. (14,16,18)
5
tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah
wajah atau leher. (17)
Berdasarkan ketebalannya, STSG dibagi jenisnya :
- Thin : 8-12 /1000 inci atau bagian lapisan dermis
- Intermediate: 14-20 /1000 inci atau bagian lapisan dermis
- Thick : 22-28 /1000 inci atau dermis sering dipergunakan
6
Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan :
Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
Pisau khusus :ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan
udara(13,17)
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi
lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan
ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala dan leher,
retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha. (6)
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan
disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki
lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang
sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus
medial, konka dan jari.
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
o Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
o Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
o Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
o Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
o Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
o Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
o Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer
o Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari
defek yang ada dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor.
7
Kemudian dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin
1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam epidermis.
Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan
tegang. Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut
terangkat. (4,5,6,24)
Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur
dengan tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size
defek supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat,
atau aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor
haruslah permukaan yang rata.
Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin
dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
8
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
Dimulai dengan melukis sterile tongue depressor diarea donor
didepan surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom
(alat pemotong kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan
graft
Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang
tetap pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan
dermatom harus dalam arah taking off/ landing pesawat.
Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam
NaCl yang steril.
Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan hati-
hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing,
staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu
dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area
donor ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7 hari untuk
mencegah infeksi. Kulit yang di graft ditekan mengikuti ratio yang
butuhkan. (23)
Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik
dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples
keduanya bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi
dan harvest bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa bergranulasi
terutama untuk transplantasi pada jaringan yang avaskuler.
Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat
seperti kulit normal disekitarnya. (12,16,17,23)
9
Gambar 2
Split Thickness Skin graft
10
Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi
luka dan sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur
hemostatis sempurna.
Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan
kasur diatas skin graft.
Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada
skin graft.
Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie
over.
Setelah dibalut, dipasang perban elastik. (6,11,12,13)
11
C. Alat-alat Skin Graft
12
menggunakan verbal elastic. Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang
verban elastic seperti muka atau leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu
dilakukan tie over yaitu saat penjahitan skin graft beberapa simpul disisakan
panjang untuk fiksasi. (25,27)
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu
diperhatikan yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan
selama 2-3 minggu. Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu
penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG memerlukan periode
kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu. (27)
13
Gambar 7. Arm Graft
14
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Pasien yang mempunyai risiko mengalami komplikasi selama operasi
skin graft diantaranya :
Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
Merokok
Penderita penyakit kronis
Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot(10)
15
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Skin Graft
Suksesnya transplantasi dari suatu tindakan Skin Grafting berhubungan
dengan take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah
resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take
yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian akan
melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging
pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran
darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu. (9,10)
Setelah kulit dilepas dari donor akan berubah pucat karena terputus
oleh suplai darah dikenal sebagai kontraksi primer akibat serabut elastin dari
dermis. Setelah graft ditempelkan ke resipien secara perlahan akan nampak
perubahan warna graft menjadi pink akibat efek kapiler yang terjadi 12 jam
pertama. Graft secara pasif menyerap nutrient sehingga menjadi udema.
Kemudian akan terjadi anastomose kapiler resipien dengan graft 22 jam dan
menetap 72 jam setelah penempelan graft.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik
antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan
adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara
graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan resipiennya.
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang
16
terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft
itu sendiri. (1,13,24)
Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari
resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take
dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan
yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri
dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan
evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan
adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48
jam dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan
darah harus segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft
tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya
dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut
dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada
lagi di bawah skin graft. (27)
Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over. (9,25)
17
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan
pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4
pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan
lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau
mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan
infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan
memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak
graft. (23,25,27)
18
hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan
dicabut. (9)
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana
skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat
baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada
penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastik
sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. (10)
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari
skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan
hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi
kecil pada skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut
selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan
dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi
dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan
dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin
graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan
pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah. (10)
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah
proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 14
hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari.
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian
luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat
19
melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih
melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri
karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah
disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan
bertambah lama. (10)
Gambar 10. Bagian tubuh yang sering digunakan untuk donor skin graft
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan
biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila
diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari
ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer,
dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti
perawatan luka split thickness graft. (9,10,14)
20
membuat kulit menjadi seperti jala, dengan metode ini memungkinkan untuk
menutup defek luka yang luas dengan satu kali operasi. Melalui metode ini
kulit dapat diperluas 1,5 9 kali. Alat yang digunakan adalah Zimmer skin
mesher, caranya kulit diletakan diatas dermacarrier pada permukaan yang
beralur kemudian dimasukan ke alat pemotong/mesher, kemudian
putaran / engkol mesher diputar sehingga kulit diatas dermacarrier
melewatinya dan terpotong
2. Over grafting :
Adalah tindakan skin grafting diatas skin graft yang sudah sembuh dengan
tujuan untuk menambah ketebalan.
3. Imediate skin graft :
Suatu tindakan skin grafting untuk menutup defek luka yang dilakukan segera
setelah episode pertama.
4. Delayed skin graft
a. Memudahkan skin grafting
Pada pengertian ini untuk luka-luka trauma yang terkontaminasi dan
diragukan vitalitas jaringannya. Ditunggu sampai kondisi tenang atau sampai
terbentuk jaringan granulasi supaya take lebih besar.
b. Menunda penempelan skin graft
setelah skin graft diambil dari daerah donor, kulit disimpan dalam suhu 40C
Tindakan ini dilakukan pada keadaan:
- Penderita tak sadar, sehingga perlu ditunggu sampai sadar kemudian
dilakukan penempelan
- Luka resipien masih banyak rembesan-rembesan yang diduga akan
mengganggu take
- Luka resipien kotor/terinfeksi penempelan dilakukan setelah resipien
tampak sehat dan bersih
- Ragu-ragu jaringan yang saat ini tampak vital tapi masih berubah menjadi
non vital.
21
J. KOMPLIKASI SKIN GRAFT
Komplikasi yang umumnya terjadi dari tindakan skin graft antara lain :
Perdarahan
Graft yang tidak dipasang secara proper mencegah perlekatan fibrosa
dan revaskularisasi sehingga akhirnya dapat menyebabkan perdarahan dari
rusaknya jaringan vaskular yang ada di bawahnya. (18)
Infeksi
Bila lokasi donor memiliki lebih dari 1 x 105 mikroorganisme, maka
graft akan sulit menempel dan dapat berpotensi terjadi infeksi dan dapat
pula mengakibatkan sepsis. (18,20)
Kontraktur
Teknik operasi yang kurang baik serta proses penyembuhan luka yang
kurang sempurna dapat mengakibatkan kontraktur. Kontraktur akan lebih
rentan terjadi apabila penanaman graft pada persendian. (18)
Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi
22
DAFTAR PUSTAKA
ii. Grande DJ. "Skin Grafting." eMedicine , 18 Juni 2013 [diakses 17 Maret
2015]. http://emedicine.medscape.com/article/1129479-overview.
vi. Sander EA, Lynch KA, Boyce ST. Development of the mechanical
properties of engineered skin substitutes after grafting to full-thickness
wounds. British Journal of Biomechanical Engineering. 2014.
136(5):051008.
23
ix. Afzali B, Lechler R, Lombardi G. 2010. Graft Rejection: Immunological
Suppression. In: Encyclopedia of Life Sciences (ELS). John Wiley &
Sons, Ltd: Chichester. DOI: 10.1002/9780470015902.a0001231.pub2
x. Orgill DP. Excision and Skin Grafting of Thermal Burns. N Engl J Med
2009;360:893-901.
xi. Semer NB. 2001. Practical plastic surgery for nonsurgeons. Philadelpia:
Hanley & Belfus.
xii. Robinson JK, Hanke W, Sangelmann RD, Siegel DM. 2005. Surgery of the
skin: procedural dermatology. St. Louis, MO: CV Mosby
xiii. Heng MCY. Utilizing free skin grafts in the repair of surgical wounds.
Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications, 2012,
2, 201-211
24
21. Cell biology lab histology/tissues Study Guide faculty [online]. [diakses 17
Maret 2015] Available from URL : tamu-commerce.edu/fmiskevich.
22. Reus WF, Mathes SJ: Wound closure. In Jurkeiwicz MJ, Krizek TJ, Mathes
SJ, Ariyan S (eds): Plastic Surgery: Principles and Practice. St. Louis,
Mosby, 1990, pp 2022.
23. Miller T. 1988. Basic Principles of Surgery. In: Plastic Surgery Volume I.
Editors : William C. Grabb, James W. Smith. Boston: Little, Brown &
co.
24. Edgerton M. 1988. The Art of Surgical Technique. Baltimore: Williams &
Wilkins
25. Revis, Don R., Jr., MD, and Michael B. Seagal, MD. "Skin Grafts, Full-
Thickness." eMedicine , 6 Juni 2012 [diakses 17 Maret
2015]. http://www.emedicine.com/ent/topic48.htm .
26. Renz EM, Cancio LC. 2010. Acute burn care. United States Army
David A F, (2016). Split Thickness Skin Graft to Lower Leg. J Orthop Trauma,
30(8).
25
Saad M A, Jie D, Zengshuan M, Edward E T, (2016). A Novel Nude Mouse
Model of Hypertrophic Scarring Using Scratched Full Thickness Human Skin
Grafts. Wound Healing Society, 5(7): 299-313.
26