SKIN GRAFT
DITINJAU DARI ASPEK BIOMOLEKULER
Disusun oleh:
Meutia Halida
G99141018
G99141021
Muhammad Luthfiyanto
G99141135
G99141127
Pembimbing:
Amru Sungkar, dr.,Sp.B,Sp. BP-RE
PENDAHULUAN
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan
pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor)
tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu
defek. Pada umumnya skin graft digunakan ketika metode tindakan bedah
rekonstruksi lainnya tidak sesuai atau penyembuhan luka tidak menunjukkan
keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti luka yang
luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan penyembuhan seperti
ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi untuk mencegah
kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari luka
tersebut.(1,2,3)
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap luka yang tidak dapat ditutup
primer mempunyai indikasi untuk dilakukan skin graft. Jaringan yang dapat
ditutup dengan skin graft adalah semua jaringan terbuka yang memiliki
permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup seperti otot, fasia, dermis,
perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura dan jaringan granulasi. Luka yang
kurang suplai pembuluh darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya
tulang,tulang rawan, tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft.
Atau daerah yang seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami
trauma berat menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang
sehingga tidak baik untuk dilakukan skin graft. (4)
Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan sekitar 2500-3000 tahun
yang lalu oleh kasta hindu Tilemaker, dimana skin graft digunakan untuk
merekonstruksi hidung setelah suatu tindakan amputasi sebagai hukuman
pengadilan (Hauben,1982), penggunaan modern selanjutnya yaitu Reverdin
pada tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan tipis yang diletakkan pada
jaringan granulasi. Kemudian Olliver dan Thiersch mengembangkan teknik
split-thickness graft pada tahun 1872 dan 1886 dan Wolfe dan Krause
menggunakan teknik full- thickness graft pada tahun 1875 dan 1893. (1,5)
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan
dapat digunakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha,
pantat, punggung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh
perawatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft. (5,6)
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial dan
vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan
kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang
dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah
sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan
keadaan gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan
sensori, termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk
ekspresi emosi. 1,2,3,4,5
Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling
luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin.
Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma
yang kasar yang terdiri atas keratohialin.
Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis.
Terdiri atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan
pars retikularis. 6,7,8
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak. 6,7,8
B. PEMBAGIAN SKIN GRAFT
7,8,9,10,11,12
1. Autograft 8, 9
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).
Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan
pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.
2. Allograft 10,11
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh
yang lain).
3. Xenograft 11,12
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi atas:
9,10,11,12,13,14
telah menunjukkan
matriks (COMP-Ang1)
BSA
pada
mikroskop
intravital
dan
pada
pewarnaan
molplateletendothelial. 22
Thrombospondin
merupakan
regulator
nitrat
oksida
dan
thrombospondin-1
hidup
melalui
CD47.
Kegagalan
atau
tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah
atau leher. 18, 19
a. Keuntungan dari STSG yaitu :
b.
Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
E.
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi
lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan
ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala dan leher,
retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha. 23,24
Penggunaan
FTSG
diindikasikan
pada
defek
dimana
jaringan
Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer
F.
surgeon,
tepatnya
didepan
permukaan
dipotong
10
11
Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari
lesi malignant dan pre malignant yang mempunyai warna, tekstur
dan kualiti sebasea yang mirip dengan area defek.Lokasi yang sering
jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, pre auricular,
post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan
lipatan inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang
berlebih dibuang pada rencana rekonstruksi.Seperti halnya STSG,
diukur tepat sutura sutura tali pusse disekitar area defek bisa
meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk reparasi
defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa
yang ditransfer ke lokasi donor.
Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan
ketebalan tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal
junction.
12
Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan
tie over.
current
Weck Knives
13
(AC)
Graft-meshing machine
Davol dermatome
2.
Luka bakar
3.
4.
5.
14
15
16
Merokok
Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi
kecil ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan
juga untuk memperluas kulit.
17
Infeksi
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka
umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat
berhasil.
18
19
20
K.
21
tidak
ada
lagi
dibawah
skin
graft.
Bila
evakuasi
22
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian
luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat
melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih
melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri
karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan
berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan
akan bertambah lama.
23
24, 25
Perdarahan
Infeksi
Kontraktur
DAFTAR PUSTAKA
1. Wang, Feng et all. 2008. Activation of Tim-3Galectin-9 pathway improves
survival of fully allogeneic skin grafts. Transplant Immunology. 19, Pp 12
19.
2. Winn, Henry j. et all. 2009. Acute destruction by humoral antibody of rat
skin grafted to mice. The journal of experimental medicine. 137, Pp 893910.
3. S. Chang, B.-C. Chen, D.-F. Du, J. Zhou, X. Zhang, and Z.-H. Chen. 2009.
Anti-Chain And Anti-IL-2R Mabs In Combination With Donor Splenocyte
Transfusion Induce H-Y Skin Graft Acceptance In Murine Model.
Transplantation Proceedings. 41. Pp 39133915.
4. S. Yu, B. Fu, X. He, X. Peng, A. Hu, and Y. Ma. 2011. Antigen-specific tregulatory cells can extend skin graft survival time in mice. Transplantation
Proceedings, 43, Pp 20332040.
5. Kai Yu, Zhiqi Chen, Ismat Khatri, Reginald M. Gorczynski. 2011. CCR4
dependent migration of Foxp3+ Treg cells to skin grafts and draining lymph
24
25
26
22. Kong FY, Chen W, He SJ, Lin ZM, et all. 2013. Mycophenolic acid derivate
118 improves outcome of skin grafts by suppressing IL-17 production. Acta
Pharmacologica Sinica (2013) 34: 921-929
23. Tzeng YS, Deng SC, Wang CH, Tsai JC, et all. 2013. Treatment of
Nonhealing Diabetic Lower Extremity Ulcers with Skin Graft and
Autologous Platelet Gel. Hindawi Publishing Corporation. Volume 2013,
Article ID 837620.
24. Issa F, Hester J, Goto R, Nadig S, Wood K, et all. 2010. Ex vivo-expand
human regulatory T cells prevent the rejection of skin allograft in humanised
mouse model. Europe PMC Funders Group
25. Sagoo P, Ali N, Garg G, Nestle FO, Lechler RI, et all. 2011. Human
Regulatory T Cell with Alloantigen Specifity are more Potent Inhibitors of
Alloimmune Skin Graft Damage than Polyclonal Regulatory T Cell. Sci
Transl Med.
26. Hoefakker S, Balk HP, Boersma WJA, Joost TV, et all. 1995. Migration of
human antigen presenting cells in a human skin graft onto nude mice model
after contact sensitization. Immunology; 86 296-303
27. Byun SJ, Choi KS, park SH, Cho NW, et all. 2007. Cartilage Ologometric
Matrix Protein Angiopoietin 1 Promotes Revascularization Through
Increased Survivin Expression in Dermal Endothelial Cells of Skin Graft in
Mice. The American Journal of Pathology vol.171, No.5, November 2007
28. Lowsky R, Takahashi T, Liu YP, Dejbakhsh S, et all. 2005. Protective
Conditioning for Acute Graft versus host Disease. N Engl J Med 353;13
29. Isenberg JS, Papan LK, Romeo MJ, et all. 2008. Blocade of
Thrombospondin-1-CD47 Interactions Prevents Necrosis of Full Thickness
Skin Graft. Ann Surg. 247(1): 180-190
30. Obhrai JS, Oberbarnscheidt M, Zhang N, et all. 2008. Langerhans Cells Are
Not Required for Efficient Skin Graft Rejection. J Invest Dermatol; 128(8):
1950-1955
31. Horner BM, Ferguson KK, Randolph MA, Spencer JA, Carlson AL, et all.
2010. In vivo observations of cell trafficking in allotransplated vascularized
27
skin flaps and conventional skin graft. J Plast Reconstr Aesthet Surg; 63(4):
711-719
32. Ahmed EB, Wang T, Daniels M, Alegre ML, et all. 2011. IL-6 induced by
Staphylococcus aureus infection prevents the induction of skin allograft
acceptance in mice. Am J Transplant; 11(5): 936-946
33. Rahimpour A, Mattarollo SR, Yong M, Leggatt GR, Steptoe RJ, et all. 2012.
T cells augment rejection of skin grafts by enhancing cross priming of CD8
T cells to skin derived antigen. J Invest Dermatol; 132(6): 1656-1664
34. Anderson BE, Tang AL, Wang Y, Froicu M, Rothstein D, et all. 2011.
Enhancing alloreactivity does not restore GVHD induction but augments
skin graft rejection by CD4 effector memory T cells. Eur J Immunol; 41(9):
2782-2792
35. Benichou G, Yamada Y, Yun SH, et all. 2011. Immune recognition and
rejection of allogenic skin graft. Immunotherapy; 3(6) 757-770
36. Sadis C, Detienne S, Vokaer B, Charbonnier LM, Lemaitre P, et all. 2013.
The Cholinergic Anti-Inflammatory Pathway Delays TLR-Induced Skin
Allograft Rejection in Mice: Cholinergic Pathway Modulates Alloreactivity.
PLOS ONE vol 8, issue 11.
37. Shimizu R, Kishi K. 2011. Plastic Surgery International: Skin Graft.
Hindawi Publishing Corporation. Volume, 2012, Article ID 563493.
38. Thomas L, Tzikas. 2006. Autologous Fat Grafting for Midface Rejuvenation.
Facial Plastic Surgery Clin N Am 14 (2006) 229-240
39. Thorne CH. 2007. Technique and Principles in Plastic Surgery. Grabb and
Smiths Plastic Surgery, Sixth Edition
40. Dennis P, Orgill M.D. 2009. Excision and Skin Grafting of Thermal Burns.
N ENGL J MED 360;9
41. Rana RE, Puri VA, Baliarsing AS. 2004. Principles of Plastic Surgery
revisited. Indian J Plastic Surg Vol 37 Issue 2.
28