Anda di halaman 1dari 38

FASCIOTOMY

dr. Heriadi Hamid

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PENDAHULUAN

FASIOTOMI Prosedur klinis yang diindikasikan untuk SKA

Kombinasi peningkatan tekanan jaringan interstisial yang sifatnya tidak selaras


Satu/lebih insisi fasia dengan fasia dan struktur tulang pembentuk kompartemen fasia
dan satu-satunya terapi
efektif SKA

Konduksi saraf tidak akan terpengaruh jika iskemik hanya 2 jam dan SKA didiagnosis dan
diterapi dalam 6 jam setelah onset, maka akan mengurangi kerusakan fungsional secara
keseluruhan

Campbell WC, Canale ST, Beaty JH. Campbell's Operative Orthopaedics. Philadelphia, Pa: Mosby/Elsevier; 2008. 2737-743.
Tintinalli JE, Stapczynski JS. Tintinalli's Emergency Medicine: a Comprehensive Study Guide. New York, NY: McGraw-Hill; 2011. Chapter 8.
INDIKASI

Terdapat tanda dan gejala SKA Tekanan diastolik yang dikurangi tekanan
● Nyeri yang tidak sesuai dengan jaringan (Δ p) menghasilkan nilai kurang
temuan klinis dari 30 mm Hg (apabila pasien parastesia)
● Nyeri dengan peregangan pasif otot
yang terlibat
● Nyeri dengan palpasi kompartemen
yang terlibat
● Peningkatan tekanan di dalam
kompartemen yang diukur

*Tanda dan gejala tersebut tidak harus ada untuk melakukan fasiotomi, tanda lain seperti ekstremitas yang tidak berdenyut juga dapat
menjadi tanda sindroma kompartemen

Gamulin A, Lübbeke A, Belinga P, Hoffmeyer P, Perneger TV, Zingg M, et al. Clinical and radiographic predictors of acute compartment syndrome in the treatment of tibial plateau fractures:
a retrospective cohort study. BMC Musculoskelet Disord. 2017 Jul 18. 18 (1):307. [Medline].
Masquelet AC. Acute compartment syndrome of the leg: pressure measurement and fasciotomy. Orthop Traumatol Surg Res. 2010 Dec. 96 (8):913-7. [Medline].
KONTRA-INDIKASI
Sindrom kompartemen dengan temuan yang
lambat
Fasiotomi yang dilakukan 3-4 hari setelah onset sindrom
kompartemen dapat menyebabkan infeksi dan gagal ginjal dalam
kondisi otot devaskularisasi dan nekrotik

Gambar di samping adalah myonekrosis: otot yang dipotong


dari pasien dengan fraktur femur dan sindrom kompartemen
tungkai yang dilepaskan >10 jam sejak onset. Pasien kemudian
diamputasi di atas lutut

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
PRA-OPERATIF (PERSIAPAN)

1
ANESTESI Anestesi umum sering dilakukan bila situasinya memungkinkan

● Nyeri yang tidak sesuai dengan temuan klinis


● Handscoon steril
2 ● Duk Steril
ALAT ● Retraktor jaringan lunak
● Pisau bedah
● Gunting bedah
● Elektrokauter
● V.A.C. Luka atau dressing besar

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
OPERATIF

FASIOTOMI FASIOTOMI FASIOTOMI


KRURIS FOREARM MANUS
● Teknik insisi ganda ● Teknik insisi volar ● Teknik insisi volar
● Teknik insisi tunggal ● Teknik insisi dorsal ● Teknik insisi dorsal

FASIOTOMI FASIOTOMI
FEMORALIS PEDIS
● Teknik insisi lateral
● Teknik insisi medial
FASIOTOMI KRURIS

1 TEKNIK INSISI GANDA


● Pasien diposisikan terlentang
● Buat dua sayatan longitudinal 15-20 cm
● Insisi anterolateral digunakan untuk dekompresi kompartemen anterior dan
lateral
● Insisi posteromedial digunakan untuk dekompresi kompartemen posterior
superfisial dan profunda

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
A. INSISI ANTEROLATERAL

1. Buat sayatan kulit sepanjang 15-20 cm, dengan berpusat antara


krista tibialis dan batang fibula
• Marker proksimal dibuat untuk insisi kira-kira 3 cm di distal
setinggi tuberositas tibialis
• Marker distal adalah maleolus lateral
2. Lakukan diseksi subkutan untuk mengekspos fasia di atas
kompartemen anterior dan lateral.
3. Identifikasi septum intermuskular antara kompartemen anterior dan
lateral.

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
4. Insisi melintang fasia, berpusat di atas septum intermuskular
Insisi meluas ke kompartemen anterior dan lateral. Identifikasi dan lindungi nervus
peroneal superfisial di kompartemen lateral saat melakukan insisi
5. Lepaskan kompartemen anterior
Insisi fasia di atas kompartemen anterior secara longitudinal pada insisi fasia transversal.
Jika dari proksimal, arahkan gunting ke batas lateral patela. Sedangkan jika distal,
arahkan ke bagian tengah sendi pergelangan kaki
6. Lepaskan kompartemen lateral
Insisi fasia di atas kompartemen lateral, sejajar dengan batang fibula, dengan
memperpanjang insisi fasia transversal secara longitudinal. Jika dari proksimal, hentikan
sayatan sekitar 5 cm di distal kepala fibula untuk meminimalkan risiko cedera pada saraf
peroneal komunis. Jika distal, arahkan gunting ke arah maleolus lateral untuk
meminimalkan risiko cedera nervus peroneal superfisial

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
INSISI ANTEROLATERAL

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
B. INSISI POSTEROMEDIAL

1. Buat insisi pada kulit, kira-kira panjangnya 15-20 cm


Sekitar 2 cm posterior ke batas posteromedial tibia. Marker proksimal untuk insisi
kira-kira setinggi 3 cm di distal tuberositas tibialis. Marker distal adalah maleolus
medial
2. Lakukan diseksi subkutan untuk mengekspos fasia di atas kompartemen
posterior superfisial dan profundal
Diseksi anterior akan menunjukkan batas posteromedial tibia. Identifikasi dan
lindungi vena dan saraf safena
3. Lepaskan kompartemen posterior superfisial
Insisi fascia kira-kira 2 cm di bagian posterior sayatan kulit tepatnya di atas otot
gastrocnemius. Perpanjang insisi fasia secara longitudinal ke seluruh kompleks
gastrocnemius-soleus

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
4. Lepaskan kompartemen posterior profunda
Membedah kompartemen posterior superfisial dari batas posteromedial tibia. Kemudian
lepaskan fasia yang menutupi soleus dan secara proksimal lepas jembatan soleus. Lalu,
buat insisi fasia secara longitudinal di sepanjang otot fleksor digitorum longus (FDL).
Insisi fasia secara longitudinal di sepanjang otot tibialis posterior jika diperlukan.
Lindungi bundel neurovaskular tibialis posterior, yang terletak di antara FDL dan fleksor
halusis longus

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
INSISI POSTEROMEDIAL

Fasiotomi: 10 jam sejak onset sindrom


kompartemen akibat fraktur femur. Perhatikan
blister pada panah. Pasien kemudian menjalani
amputasi di atas lutut akibat myonekrosis

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI KRURIS
2 TEKNIK INSISI TUNGGAL

● Mulailah insisi lateral di kaput fibula dan rentangkan secara distal sepanjang jalur fibula ke
ankle, diikuti dengan diseksi subkutan
● Identifikasi septum intermuskular antara kompartemen anterior dan lateral, dengan hati-hati
melindungi saraf peroneal superfisial di daerah ini
● Mulai 1 cm anterior septum intermuskular untuk melepaskan kompartemen anterior
● Mulai 1 cm posterior dari septum untuk melepaskan kompartemen lateral
● Identifikasi kompartemen posterior superfisial dan lakukan fasiotomi kompartemen posterior
superfisial di atas kompleks gastrocnemius-soleus

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
● Tarik kompartemen lateral ke anterior dan kompartemen peroneal superfisial di posterior
untuk membuka kompartemen posterior yang dalam
● Identifikasi membran interoseus pada aspek posterior fibula dan lepaskan kompartemen
posterior dalam dari jaringan ini

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
TEKNIK INSISI TUNGGAL

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI FOREARM

● Pasien diposisikan terlentang


● Pendekatan dua insisi digunakan jika pelepasan kompartemen volar dan
dorsal diperlukan
● Insisi volar digunakan untuk mendekompresi kompartemen volar dan massa
bergerak sedangkan insisi dorsal digunakan untuk mendekompresi
kompartemen dorsal.

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI FOREARM

Sindrom kompartemen forearm pada pasien


gangguan pembekuan darah setelah arteri
radial tertusuk saat melakukan pengambilan
sampel arteri untuk analisa gas darah

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
A. TEKNIK INSISI VOLAR
● Insisi tipe S mencakup pelepasan terowongan karpal
● Marker distal : batas distal terowongan karpal
● Marker proksimal : sisi ulnaris lipatan fleksi siku
● Sayatan lengan bawah berbentuk S dimulai dan diakhiri di sepanjang batas ulnaris
lengan bawah dan terletak di sepanjang tepi radial lengan bawah

STEP MELAKUKAN FASIOTOMI FOREARM DENGAN INSISI VOLAR


1. Dimulai sekitar 3 cm distal dari lipatan fleksi pergelangan tangan, berpusat di antara
puncak tenar dan hipotenar
2. Insisi secara proksimal dan longitudinal, ke aspek distal lipatan fleksi pergelangan tangan

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
3. Arahkan insisi miring melintasi lipatan fleksi pergelangan tangan, ke aspek ulnaris lengan
bawah bagian distal
4. Lanjutkan secara proksimal dengan insisi melengkung berbentuk S di sepanjang lengan
bawah
5. Bentuk S dimulai dari distal
• Lakukan diseksi subkutan untuk mengekspos fasia di atas gumpalan yang bergerak dan
otot lengan bawah superfisial
• Secara proksimal, identifikasi dan bagi lacertus fibrosis; melindungi arteri brakialis yang
mendasari dan saraf median
• Sayatan secara longitudinal pada fasia di atas fleksor karpi ulnaris
• Buka kompartemen dalam lengan bawah dengan retraksi fleksor karpi ulnaris dan fleksor
digitorum superfisialis lateral
6. Insisi secara longitudinal pada fasia yang menutupi otot-otot profunda lengan bawah
7. Identifikasi dan lepaskan fasia di atas massa yang bergerak; hal ini termasuk
brachioradialis dan ekstensor pergelangan tangan

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
8. Kearah distal untuk lakukan pelepasan terowongan karpal:
• Insisi palmar fascia untuk membuka ligamentum karpal transversal
• Insisi ligamentum karpal transversal di sepanjang sisi ulnaris
• Identifikasi dan lindungi saraf median (sedikit fleksi pergelangan tangan biasanya
memfasilitasi ini)
• Visualisasikan dan insisi fasia antebrachial
• Jahit flap kulit secara longgar di atas saraf median (jika saraf median terbuka)
9. Perhatikan kompartemen bagian dorsal untuk menentukan apakah perlu dilakukan
fasiotomi

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
TEKNIK INSISI VOLAR

Lengan bawah setelah pelepasan kompartemen. Nervus medianus ditunjukkan pada bintang

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
B. TEKNIK INSISI DORSAL
● Pendekatan insisi dorsal umumnya untuk melepaskan kompartemen punggung
lengan bawah
● Marker proksimal dibuat untuk insisi kira-kira 2 cm di distal epikondilus lateral.
● Marker distal dibuat pada bagian tengah pergelangan tangan.

STEP MELAKUKAN FASIOTOMI FOREARM DENGAN INSISI DORSAL


1. Buat insisi kulit longitudinal kira-kira 10 cm
2. Diseksi subkutan untuk mengekspos fasia di atas kompartemen dorsal
3. Insisi longitudinal pada fasia di atas otot ekstensor digitorum communis.
4. Mengidentifikasi dan membedah interval antara ekstensor digitorum communis dan otot ekstensor karpi radialis
untuk mengakses fasia profunda
5. Insisi fasia bagian dalam dibuat secara longitudinal di atas otot kompartemen dorsal profunda

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
TEKNIK INSISI DORSAL

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI MANUS

● Pasien diposisikan terlentang


● Pendekatan yang dilakukan adalah empat sayatan, dua sayatan di dorsal dan
dua di volar manus
● Insisi volar digunakan untuk mendekompresi kompartemen tenar dan
hipotenar
● Kemudian insisi dorsal digunakan untuk mendekompresi kompartemen
daerah interoseus dan kompartemen adduktor jempol

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI MANUS

Lokasi sayatan dorsal di atas metacarpal Lokasi sayatan tenar di atas aspek radial
kedua dan keempat. Menyediakan akses ke ibu jari metacarpal dan tandai untuk
kompartemen interoseus dorsal dan volar sayatan hipotenar di atas aspek ulnar dari
dan kompartemen adductor ke ibu jari metacarpal kelima

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
A. TEKNIK INSISI VOLAR

1. Dua sayatan longitudinal terpisah dibuat, di atas kompartemen tenar dan hipotenar
2. Lepaskan kompartemen Thenar dengan cara sebagai berikut:
• Buat sayatan kulit longitudinal di sepanjang tepi radial ibu jari metacarpal
• Identifikasi dan lepaskan fasia di atas otot tenar
2. Pelepasan kompartemen hipotenar dapat dilakukan sebagai berikut
• Buat sayatan kulit longitudinal di sepanjang batas ulnaris jari kelingking metacarpal
• Identifikasi dan lepaskan fasia di atas otot hipotenar

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
B. TEKNIK INSISI DORSAL

1. Dua sayatan longitudinal terpisah dibuat, di atas kompartemen tenar dan hipotenar
2. Buat dua sayatan kulit longitudinal yang berpusat di atas metakarpal dua dan empat
3. Diseksi dilakukan di sepanjang batas radial dan ulnar dari metakarpal dua dan
empat hingga setinggi fasia interossei dorsal
4. Insisi fasia keempat otot dorsal interosseous
5. Lanjutkan diseksi tumpul di sepanjang sisi ulnaris metacarpal dua untuk
mendekompresi otot interosseus volar pertama dan adduktor pollicis
6. Lanjutkan diseksi tumpul di sepanjang sisi radial metakarpal empat dan lima untuk
mendekompresi otot interosseus volar dua dan tiga.

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
TEKNIK INSISI VOLAR DAN DORSAL

Insisi dorsal tunggal dibuat untuk


Akibat trauma: status setelah
mendapatkan akses ke kompartemen
melepaskan kompartemen (robekan
interoseus doral dan insisi hipotenar untuk
traumatis memberikan akses ke
mendapatkan akses ke kompartemen
kompartemen interoseus tenar volar)
hipotenar

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI FEMORALIS

● Pasien diposisikan terlentang


● Umumnya hanya satu sayatan yang digunakan, terletak di atas paha bagian
lateral
● Sayatan lateral digunakan untuk mendekompresi kompartemen anterior dan
posterior
● Sayatan kedua, yang terletak di atas paha medial, digunakan jika diperlukan
pelepasan kompartemen medial

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI FEMORALIS

Lokasi insisi paha dimulai tepat di distal garis intertrochanteric

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
A. TEKNIK INSISI LATERAL
1. Buat sayatan kulit memanjang di sepanjang paha lateral, sebagai berikut:
• Dipusatkan di atas aspek lateral tulang paha
• Meluas dari garis tengah trokanter mayor ke epikondilus lateral
2. Lakukan diseksi subkutan untuk mengekspos pita iliotibial
3. Sayatan secara longitudinal pita iliotibial di sepanjang sayatan kulit
4. Identifikasi dan buat sayatan secara longitudinal pada fascia yang berada di atas broadus
lateralis
5. Membedah vastus lateralis dari septum intermuskular lateral dan menggumpalkan
semua perforator
6. Buat sayatan 1- 2 cm di septum intermuskular lateral, dan rentangkan secara
longitudinal, biasanya menggunakan gunting Metzenbaum, di sepanjang sayatan kulit
7. Kompartemen anterior dan posterior telah dilepaskan

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
B. TEKNIK INSISI MEDIAL
1. Buat sayatan kulit longitudinal kira-kira 20 cm di sepanjang paha anteromedial, yang
berpusat di atas otot adductor
2. Lakukan diseksi subkutan untuk mengekspos fasia di atas kompartemen medial
3. Sayat secara longitudinal pada fasia di sepanjang sayatan kulit
4. Insisi dan lepaskan septum intermuskular medial, jika diperlukan.

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
FASIOTOMI PEDIS
1. Buat sayatan kaki medial mulai dari bawah malleolus medial sampai ke aspek proksimal dari
metatarsal pertama
2. Lepaskan fasia yang menutupi halusis penculik dan fleksor digitorum brevis
3. Insisi dan lepaskan septum intermuskular medial secara longitudinal
4. Secara lansung bedah dan lepaskan kompartemen sentral, lateral, dan intrinsic
5. Buat dua sayatan pada punggung kaki memanjang, satu di antara metatarsal kedua dan ketiga
dan yang lainnya antara metatarsal ketiga dan keempat
6. Bagilah fasia superfisial dan angkat otot interoseus dari metatarsal untuk selanjutnya
mendekompresi kompartemen
7. Biarkan luka terbuka. Oleskan pembalut besar atau alat penutup luka dengan bantuan vakum

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
TEKNIK INSISI VOLAR DAN DORSAL

Lokasi sayatan kaki medial dari tepat di bawah Lokasi sayatan di dorsal: satu di antara
malleolus medial sampai ke aspek proximal dari metatarsal kedua dan ketiga dan satu di antara
metatarsal pertama metatarsal ketiga dan keempat

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
PASCA-OPERATIF
Extremitas terkena dinaikkan Diganti di samping tempat
selama 24–48 jam setelah tidur/ruang operasi sesuai
operasi situasi klinis
EXTREMITAS BALUTAN

NEKROSIS PENUTUPAN KULIT PRIMER


Bila ada tanda nekrosis otot, Saat bengkak mereda atau jika
kembali ke ruang operasi untuk tertunda dan tidak dapat dilakukan
eksisi otot yang nekrotik dalam 5 hari, lakukan
pencangkokan kulit dengan
ketebalan terpisah

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
PASCA-OPERATIF

Sesuai standar dan lakukan


pemeriksaan luka pasca operasi
PELEPASAN JAHITAN/STAPEL

REHABILITASI
Tergantung cedera yang
mendasari penyebab sindrom
kompartemen dan kebutuhan
untuk fasiotomi

Arató E, Kürthy M, Sínay L, Kasza G, Menyhei G, Masoud S, et al. Pathology and diagnostic options of lower limb compartment syndrome. Clin Hemorheol Microcirc. 2009. 41 (1):1-8. [Medline].
THANK
YOU! CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, infographics & images by
Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai