Anda di halaman 1dari 34

Makassar, 10 Juli 2019

TRAUMA MEDULA SPINALIS

Stevent Richardo
Pembimbing : Dr.dr.Nasrullah M.,SpBS(K)

DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Pendahuluan
• Trauma medula spinalis memberikan dampak yang berat bagi pasien
baik dari keadaan fisik, psikologi, sosial pasien.
• Insiden trauma medula spinalis bervariasi di seluruh dunia,
diperkirakan 30-40 per satu juta penduduk pertahun, dengan sekitar
8.000.-10.000 kasus per tahun
• Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama
• Menjadi suatu hal penting agar dilakukan pengembangan tatalaksana
yang efektif kejadian trauma medula spinalis5
Anatomi Vertebra
Tulang belakang Antara korpus
terdiri dari : Kurvatura Vertebra vertebra
• 7 vertebra
Servikalis Servikal dipisahkan oleh
servikal, diskus
intervertebralis
• 12 vertebra
torakal, dan Diskus Kurvatura
Kurvatura Thorakal
Intervebralis
• 5 vertebra Thorakalis

lumbaris, serta Foramina


Intervebralis
• sakrum dan
Kurvatura
• tulang koksigeus Kurvatura
Lumbal
Lumbalis

Sakrum
Kurvatura
Sakralis
Koksigeal
Anatomi Vertebra

Pada bagian Procesus Spinosus • Sendi facet,


posterolateral, dua Lamina • ligamen
Superior articular process
pedikel membentuk Procesus transversal interspinous,
pilar di mana atap dan
kanal vertebral Foramen vertebralis
(yaitu, lamina) Facet for tubercle of rib • otot paraspinal
Pedicle
bersandar. berperan pada
Korpus stabilitas tulang
belakang
Anatomi Medula Spinalis
Anatomi Medula Spinalis
Anatomi Medula Spinalis

Fasiculus gracilis
Fasiculus cuneatus Fasiculus interfasicularis

Dorsolateral tract Fasiculus septomarginalis


Of Lissauer Raphespinal tract
Dorsal
spinocelebellar tract Lateral corticospinal
tract
Ventral Rubrospinal tract
spinocelebellar tract
Anterolateral system
Lateral (medulary) Reticulospinal tract
Medial longitudinal fasiculus
Spino-olivary tract
Vestibulospinal tract
Fasiculus propius
Ventral Medial (pontine)
Corticospinal tract Reticulospinal tract
Tectospinal tract
Anatomi Medula Spinalis
Anatomi Medula Spinalis
Vaskularisasi Medula Spinalis
Posterior spinal artery
Basilar artery
Plia plexus Vertebral
artey
Posterior spinal artery
Anterior Posterior
Posterior radicular artery
spinal artery spinal artery
Anterior Central branch
spinal artery

Anterior radicular Posterior


radicular artery
Central branch artery
Great
Posterior spinal Radicular artery
artery (artery of
Adamkiewicz)

Posterior
intercostal
Anterior radicular artery
artery
Lumbar artery
Anterior spinal artery
Lateral
Sacral
artery
Trauma Tulang Belakang
• Trauma  fraktur dan kerusakan ligament  kerusakan dan
ketidakstabilan tulang belakang  terganggu fungsi pendukung dan
perlindungan

• Trauma tulang belakang  dengan/ tanpa cedera neurologi

• Cedera neurologi  komplit / inkomplit; langsung/ waktu tertunda


Trauma Tulang Belakang
• Cedera neurologis inkomplit : Jika ada beberapa motorik sisa atau
fungsi neurologis sensoris di bawah tingkat lesi

• Cedera neurologis langsung dapat disebabkan oleh kerusakan


langsung pada medula spinalis atau akar saraf dari cedera penetrasi

• Cedera neurologis yang tertunda dapat terjadi selama transportasi/


evakuasi pasien, karena pemeriksaan pasien yang tepat dalam
imobilisasi pasien, atau saat terjadi episode hipotensi
Trauma Medula Spinalis
• Trauma medula spinalis didefinisikan sebagai kerusakan pada
medula spinalis yang bersifat sementara atau permanen
sehingga menyebabkan perubahan fungsinya.

• Trauma medulla spinalis dapat dibedakan menjadi : Traumatik dan


non-traumatik
Insiden dan Prevalensi
• Insiden trauma medulla spinalis bervariasi di seluruh dunia

• Menurut konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma


spinal tahun 2006, insidens trauma medula spinalis diperkirakan
30-40 per satujuta penduduk pertahun

• dengan angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam


pertama
Patofisiologi
• terdiri dari fase primer dan fase sekunder

• Gangguan mekanis awal pada medula spinalis merupakan fase cedera


primer

• Cedera fase sekunder adalah proses yang berlarut-larut, yang dimulai


sejak 2 jam setelah cedera primer dan berlanjut sepanjang masa
hidup pasien
Patofisiologi
Fase Sekunder
Early acute (< 48
jam)
- Continued hemorrhage
and necrosis Fase sekunder
Fase primer
o- Ionic dysregulation Subacute (< 14 hari)
Immediate (< 2jam) Fase sekunder
o- Neutrophil invasion - Maximal phagocytic
- Traumatic physical o- Free radical response Intermediate (< 6 bulan) Fase sekunder
injury production and lipid o- Macrophage - Cyst formation Chronic (> 6bulan)
o- Axon severing peroxidation infiltration
o- Increased blood– o- Continued glial scar - Prolonged Wallerian
o- Graymatter o- Blood–spinal cord
spinal cord barrier formation degeneration
hemorrhage barrier repair
permeability - Lesion stabilization
o- Necrotic cell death - Initiation of reactive
o- Oligodendrocyte cell gliosis and glial scar
o- Microglial activation
death and demyelination formation
o- Glutamate-mediated
excitotoxicity
- Inflammation and
immune response
Klasifikasi
Trauma medula spinalis dapat diklasifikasikan menurut :
• Level cedera,
• Keparahan defisit neurologis,
• Sindrom medula spinalis, dan
• Morfologi
Klasifikasi : Level cedera
• Level cedera tulang : mengacu pada posisi tulang belakang
spesifik tempat terjadinya kerusakan

• Level cedera neurologis : menggambarkan segmen paling


caudal dari medula spinalis yang memiliki fungsi sensorik dan
motorik normal di kedua sisi tubuh

Level cedera neurologis ditentukan terutama dengan pemeriksaan


klinis
Klasifikasi : Keparahan Defisit Neurologis
• Komplit paraplegia (cedera torakal)
• Inkomplit paraplegia (cedera torakal)
• Komplit Quadriplegia / tetraplegia (cedera servikal)
• Inkomplit Quadriplegia / tetraplegia (cedera servikal)

Tanda-tanda cedera yang inkomplit termasuk sensasi (termasuk


sensasi posisi) atau gerakan volunter di ekstremitas inferior, sacral
sparing, kontraksi volunter dari sphincter anal, dan fleksi volunter jari
kaki.
Klasifikasi : Sindroma Medula Spinalis
• Central Cord Syndrome
• Anterior Cord Syndrome
• Brown Sequard Syndrome
• Conus Medullaris Syndrome
• Cauda Equina Syndrome
• Posterior Cord Syndrome
Klasifikasi : Morfologi
Dapat berupa :
• Fraktur
• Fraktur dislokasi
• Trauma medula spinalis tanpa kelainan radiografi (SCIWORA), dan
• Trauma penetrasi
Diagnosis
Setelah cedera traumatik, perlu dengan cepat menilai pasien dan
mencoba resusitasi dalam perjalanan ke rumah sakit sesuai protocol
ATLS, meliputi Airway, Breathing, Circulation dengan imobilisasi tulang
belakang

Penegakkan diagnosis trauma medula spinalis :


• Anamnesis riwayat trauma
• Berdasarkan Gejala dan Tanda Klinis
• Gambaran klinis tergantung letak dan luas lesi
Skala Frankel
Penilaian klinis awal adalah hal penting untuk menentukan manajemen dan
outcome, maka dikembangkan system klasifikasi trauma medulla spinalis
berdasarkan pemeriksaan neurologis. Klasifikasi skala Frankel
memberikan penilaian fungsi medulla spinalis dan digunakan sebagai alat
dalam trauma medulla spinalis yang mengklasifikasikan pasien sebagai
• Grade A : disfungsi komplit motoric dan sensorik
• Grade B : disfungsi komplit motoric, disfungsi inkomplit sensorik
• Grade C : disfungsi inkomplit motoric namun lemah,
sensorik normal atau difungsi inkomplit
• Grade D : disfungsi inkomplit motoric, mampu bekerja normal
• Grade E : tidak ada defisit neurologis / pulih
Klasifikasi ASIA
Klasifikasi ASIA mencakup unsur-unsur
pemeriksaan sensorik dan motorik yang pada
akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat
penurunan nilai.

Awalnya dimodifikasi dari klasifikasi Frankel,


ASIA Impairment Scale dibuat pada tahun 1992
dan telah dimodifikasi selama bertahun-tahun
ASIA Impairment Scale
The American Spinal Injury Association Impairment Scale.

Grade Lesion Description

A Complete No motor or sensory function is preserved in the sacral segments S4-S5

B Incomplete Incomplete sensory but no motor function is preserved in the sacral segments S4–S5

C Incomplete Motor function preserved below neurologic level with more than half of muscle function

graded < 3 (grade 0-2)

D Incomplete Motor function preserved below neurologic level with more than half of muscle function

graded ≥3

E Normal Normal sensory and motor function


Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi
oPemeriksaan radiologi digunakan dalam identifikasi, klasifikasi, dan
karakterisasi cedera
oMenentukan rencana perawatan
oMenilai efek perawatan
• Pungsi lumbal
oBerguna pada fase akut trauma medula spinalis
opungsi lumbal ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena posisi fleksi
tulang belakang dapat memperberat dislokasi yang telah terjadi
• Mielografi
o dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari trauma pada daerah lumbal,
sebab sering terjadi herniasi diskus intervertebralis
Tatalaksana
Tujuan tatalaksana adalah menjaga sel yang masih hidup agar terhindar
dari kerusakan lanjut, eliminasi kerusakan akibat proses patogenesis
sekunder, mengganti sel saraf yang rusak, menstimulasi perturnbuhan
akson dan koneksitasnya, memaksimalkan penyembuhan defisit
neurologis.

• Asesmen awal di lapangan dan perawatan pra-rumah sakit


• Tatalaksana di Unit Gawat Darurat / Trauma
• Tatalaksana Bedah Trauma Medula Spinalis
• Operasi dekompresi
• Rehabilitasi
Tatalaksana
Asesmen Awal dan Perawatan pra rumah sakit

• Tujuan utama dari asesmen awal di tempat kejadian adalah


pembentukan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi yang memadai
Tatalaksana
Di Unit Gawat Darurat/ Trauma
Tujuan utama
• Mempertahankan patensi jalan napas
• Mencegah hipoksemia
• Menormalkan tanda-tanda vital
• Menjaga stabilitas tulang belakang
• Mencegah komplikasi medis sekunder
Tatalaksana
Di Unit Gawat Darurat/ Trauma
• Dianjurkan menggunakan alat pemantau jantung, hemodinamik dan
pernapasan pada pasien dengan trauma medulla spinalis yang parah
(cedera servikal atau trauma multisystem) karena sering mengalami
hipotensi, hipoksemia disfungsi paru, ketidakstabilan kardiovaskular.
Perkembangan Tatalaksana
• Terapi neuroprotektif
• Terapi neuroregeneratif
• Transplantasi sel
• Terapi neuromodulasi dan Robotik
Kesimpulan
• Trauma Medula Spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang
menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan
gangguan neurologis

• Tujuan pengobatan pada trauma medula spinalis adalah menjaga sel


yang masih hidup agar terhindar dari kerusakan lanjut, eliminasi
kerusakan akibat proses patogenesis sekunder, mengganti sel saraf
yang rusak, menstimulasi perturnbuhan akson dan koneksitasnya,
memaksimalkan penyembuhan defisit neurologis

• Intervensi bedah merupakan landasan penting

Anda mungkin juga menyukai