DI SUSUN OLEH :
NIM: 2020040170
2. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang
menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot
dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan
perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan
pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak
terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur adalah:
A. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau
berat yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
B. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami
penekanan.
C. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.
Sebagian besar patah tulang atau fraktur disertai dengan nyeri hebat ketika cedera awal
terjadi. Ini bisa menjadi lebih buruk ketika Anda bergerak atau menyentuh area yang
terluka. Dalam beberapa kasus, Anda bahkan bisa pingsan karena rasa sakit. Anda
mungkin juga merasa pusing atau kedinginan karena syok.
e. Kreatinin, ditandai trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f. Profil koagulasi, ditandai perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
atau cedera hati.
5. Penatalaksanaan Medis
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi Anestesi
Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa. Rasa nyeri, rasa tidak
nyaman pasien, dan rasa lain yang tidak diharapkan. Anestesiologi adalah
ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga atau mempertahankan
hidup pasien selama mengalami “kematian”akibatobat anestesia (Mangku,
2010).
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yang
digunakan para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi
kehilangan rasa secara patologis pada bagian tubuh tertentu, atau bagian
tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa
teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan teknik intravena anestesi
dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan
dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena (Latief, 2007). 1. Teknik General Anestesi General anestesi
menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:
a.) General Anestesi Intravena Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena
b.) General Anestesi Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
c.) Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau
kombinasi teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu:
Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat
anestesi umum yang lain.
Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau obat
general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau
general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik. Anestesi
regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh
sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan
persepsi nyeri saja (Pramono, 2017). Jenis Anestesi Regional menurut Pramono
(2017) digolongkan sebagai berikut:
- Anestesi Spinal
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid disegmen lumbal 3-4
atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang subaraknoid, jarum spinal menembus kulit
subkutan lalu menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda
dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor cerebrospinalis (LCS).
Menurut Latief (2010) anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi abdomen bawah
dan ekstermitas bawah.
Teknik anestesi ini popular karena sederhana, efektif, aman terhadap sistem
saraf, konsentrasi obat dalam plasma yang tidak berbahaya serta mempunyai analgesi
yang kuat namun pasien masih tetap sadar, relaksasi otot cukup, perdarahan luka
operasi lebih sedikit, aspirasi dengan lambung penuh Jebih kecil, pemulihan saluran
cerna lebih cepat (Longdong, 2011).
- Anestesi Epidural Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural,
ekstradural). Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan durameter.
Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan bagian
bawah dengan selaput sakrokoksigeal. Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di
bagian posterior kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik
lokal di ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian
lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal.
Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah
- Anestesi Kaudal Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural,
karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh
ligamentum sakrokoksigeal. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus,
felum terminale, dan kantong dura. Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien
anak-anak karena bentuk anatominya yang lebih mudah ditemukan dibandingkan
daerah sekitar perineum dan anorektal, misalnya hemoroid dan fistula perianal.
3. Teknik Anestesi
General Anestesi
-Pasien dalam posisi telentang (supine)
-Cek infus pasien ,mesin anestesi serta sistem sirkuitnya dan gas anestesi yang akan
digunakan
-O2,N2O dan agent sudah disiapkan (dibuka)
-Menyiapkan alat STATICS(Stetoskop , Laryngoskop , Endotrakeal Tube no.7,5 ,
Gudel , Tape , Mandrin , Connector , Suction)
-Setelah obat premedikasi dan induksi masuk ,kita memastikan pasien sudah dalam
keadaan tidur ,pasang sungkup muka ukuran 3(dewasa) dan berikan pemeliharaan
anestesi dengan sevofluran 2.0%
-Mengawasi pola nafas pasien ,bila tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan nafas
bantuan intermiten secara sinkron sesuai dengan irama nafas pasien, pantau denyut nadi
dan tekanan darah
-Setelah operasi selesai , hentikan aliran gas/obat anestesi inhalasi dan berikan oksigen
100% selama 2-5 menit
4. Rumatan Anestesi
Fase premedikasi
1. Sedasi
Midazolam
Onset: 30 detik-1
2. Analgetik
Contoh Obat
Fentanil
Dosis 2-150mcg/kgbb
Onset: 30 Detik
3. Hipnotik
Propofol
Dosis 1-2,5mg/kgbb
Onset 40 Detik
Atracarium
Fase Intubasi
Fase Maintenance
3. Permasalahan intra
a. Perdarahan
b. hipotensi hipertensi
c. bradikardi takikardia
5. Resiko
- Dapat menyebabkan fluktuasi perubahan fisiologis yang memerlukan intervensi
aktif
- Terkait dengan komplikasi kurang serius seperti mual atau muntah, sakit
tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan dibutuhkan waktu dalam
pengembalian fungsi mental yang normal
- Terkait dengan kondisi hipertermia yang gawat, sebuah kondisi yang jarang,
terkait dengan kondisi otot yang terkena paparan beberapa (tidak semua) zat
anestesi umum yang dapat menyebabkan kenaikan suhu akut dan berpotensi
mematikan, hiperkarbia, asidosis metabolik, dan hyperkalemia.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh:
Nama: Lusi Indah Silvia
NIM: 2018040050
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 12 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Belum Kawin
Golongandarah :-
Alamat : Sekepel 05/01 penyangkringan
No. RM : 00316XXX
Diagnosa medis : Fraktur Radius Ulna Sinistra
Tindakan Operasi : ORIF
Tanggal MRS : 1 November 2021
Tanggal pengkajian : 1 November 2021
Jam Pengkajian: : 19.00
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dg Klien : Ibu kandung
Alamat : Sekepel 05/01 penyangkringan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada tangan kiri
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An. R umur 12 tahun datang ke RSI Kendal bersama
keluarganya pada tanggal 1 November 2021 dengan keluhan
nyeri pada tangan kiri karena jatuh saat olahraga pull up
disekolah Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien di diagnosa
Fraktur Radius Ulna sinistra. Pasien akan direncanakan untuk
dilakukan Tindakan ORIF pada 1 November 2021 pukul 19.00
oleh spesialis Ortopedi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi, jantung,
paru, darah tinggi dan diabetes.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yg
mempunyai riwayat penyakit menurun.
5)Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: -
b) Obat yang sedang dikonsumsi: -
7)Riwayat Alergi : tidak
8)Kebiasaan :
a) Merokok : ya/tidak , jika ya,jumlah :
b) Alkohol : ya/tidak , jika ya,jumlah :
c) Kopi/teh/soda : ya/tidak , jika ya,jumlah : ± 1 cangkir
c. Pola Kebutuhan Dasar
1)Udara atau oksigenasi Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara : Ventilasi Normal
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara : Ventilasi Normal
- Keluhan :-
- Lainnya :
2) Air / Minum sebelum sakit
- Frekuensi : ± 5-6 gelas sehari
- Jenis : Air Putih
- Cara : dengan gelas
- Minum Terakhir: Sebelum operasi
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Frekuensi : ± 4-5 gelas
- Jenis : Air putih
- Cara : Dengan gelas
- Minum Terakhir: jam 13.00
- Keluhan :-
- Lainnya :-
3) Nutrisi / makanan
- Frekuensi : ± 2-3 x sehari
- Jenis : Nasi
- Porsi : 1 porsi
- Diet khusus :-
- Makananyangdisukai : semua suka
- Napsu makan : Normal
- Puasaterakhir : 13.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : ± 2-3 x sehari
- Jenis : Nasi
- Porsi : 1 porsi
- Dietkhusus :-
- Makananyangdisukai : semua suka
- Napsu makan : Normal
- Puasaterakhir : 13.00 WIB, 1 November 2021
- Keluhan :-
- Lainnya :-
4)Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : ± 1-2 x sehari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Bau
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : ± 1-2 x sehari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Bau
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
Lainnya :-
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : ± 4-10 kali sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning
- Bau : Pesing
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : ± 4-10 kali sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning
- Bau : Pesing
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
2) B2 ( BLOOD )
- Konjungtiva : □ anemis ☑ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya ☑tidak
- BJ I : □ tunggal □ ganda ☑regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda ☑regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur
3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : ☑ kompomentis □ apatis □ delirium □
somnolen □ sopor
□ koma
- GCS : Verbal 5 Motorik: 6 Mata : 4
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( ✓+ / -)
b. Reflek trisep ( ✓+ / -)
c. Reflek brachiradialis ( ✓+ / -)
d. Reflek patella ( ✓+ / -)
e. Reflek achiles ( ✓+ / -)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-
kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( ✓+ / -)
b. Reflek chaddok ( ✓+ / -)
c. Reflek schaeffer ( ✓+ / -)
d. Reflek oppenheim ( ✓+ / -)
e. Reflek gordon ( ✓+ / -)
4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 10 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya ☑Tidak □ nyeri
menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya ☑Tidak
- Edema :
7) Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Tindakan Operasi Ansietas
Pasien mengatakan takut dengan
tindakan operasi.
Pasien mengatakan merasa
khawatir dengan tindakan
operasi karena baru pertama
kalinya operasi.
DO:
Pasien tampak gelisah, tidak
tenang, Wajah klien tampak
tegang.
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 130/80 mmHg,
Nadi : 120 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
2. DS: Agen cidera fisik Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada
tangan kiri
P : saat gerak
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: tangan kiri
S: 4
T: hilang timbul
DO:
- Pasien tampak merasa nyeri
II. INTRA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 Intra Anestesi Efek agen anestesi Pola napas tidak efektif
Do:
Pasien tidak sadar
Pasien terpasang LMA ukuran
3
Isoflurane 1,2 , O2 3 lpm
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 114/59 mmHg,
Nadi : 103 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
III. PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
B.INTRA ANESTESI
Alasan prioritas: Karena pola nafas pasien tidak efektif dan belum
sadar.
C.PASCA ANESTESI
CATATAN LAINNYA:
2) Intra Anestesi