Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI


PASIEN Tn.B DILAKUKAN TINDAKAN ORIF CLAVICULA (CLOSED FRACTURE CLAVICULA)
DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RSO PROF DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

DISUSUN OLEH

PARAGISTA YASINTYA GALUH PUSPITASARI


(2020040120)

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2022/2023


A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan
sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Apley dan Solomon, 2017).
Fraktur klavikula adalah putusnya hubungan tulang klavikula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputar atau tertarik keluar (outtretched
hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, trauma ini dapat
menyebabkan fraktur klavikula (Apley dan Solomon, 2017).
2. ETIOLOGI
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan
apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula
yaitu :
 Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama
proses melahirkan
 Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan yang lainnya
 Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada
pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat
 Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,keganasan
clan lain-lain
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut Helmi (2012), tanda dan gejala fraktur klavikula yaitu keluhan nyeri pada bahu depan,
adanya riwayat trauma pada bahu atau jatuh dengan posisi tangan yang tidak optimal, dan
penderita mengeluh kesulitan dalam menggerakkan bahu. Temuan pada pemeriksaan fisik lokalis
yang biasa muncul adalah
a. Look yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan pada dada untuk
mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada bahu depan terlihat
dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit.
b. Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan. Nyeri terjadi akibat adanya luka insisi
operasi serta oedem di area fraktur menyebabkan tekanan pada jaringan interstitial sehingga
akan menekan noiceptor dan menimbulkan nyeri.
c. Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thoraks
akibat oedem dan nyeri pada luka fraktur maupun luka insisi menyebabkan pasien sulit
bergerak, sehingga akan menimbulkan ganguan atau penurunan lingkup gerak sendi.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PEMERIKSAAN PENUNJANG TERKAIT
Menurut (Huda dan Kusuma, 2015) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut.:
a. X-ray , bertujuan menentukan lokasi/ luasnya fraktur
b. Scan tulang, bertujuan memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
c. Anteriogram, bertujuan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap, ditandai hemokonsentrasi meningkat, menurun pada perdarahan,
peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan
e. Kreatinin, ditandai trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f. Profil koagulasi, ditandai perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,transfusi atau cedera
hati.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan fraktur klavikula yang sederhana dapat dilakukan dengan manajemen
nonoperatif. Mayoritas fraktur klavikula 1/3 tengah tidak memerlukan reduksi. Fraktur terbuka,
fraktur yang sangat displaced dengan risiko pada kulit, atau fraktur dengan cedera neurovaskular
umumnya memerlukan reduksi operatif dan fiksasi.[4,17]
a. Fraktur Klavikula 1/3 Tengah
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula 1/3 tengah yang non-displaced dapat dilakukan
secara nonoperatif. Sebagian besar kasus akan mengalami union yang baik, dengan
kemungkinan non
-union <5%.[14,15]
Manajemen nonoperatif meliputi pemakaian simple sling untuk kenyamanan. Sling ini
dilepas setelah nyeri hilang (umumnya dalam 1–3 minggu) dan pasien disarankan untuk
mulai menggerakkan tangannya.
b. Fraktur Klavikula 1/3 Distal
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula 1/3 distal umumnya bersifat nonoperatif karena
pergeseran biasanya minimal dan ekstraartikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak
bisa mencegah pergeseran lebih jauh. Penatalaksanaan meliputi pemakaian sling selama 2–3
minggu sampai nyeri menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi perlahan sesuai nyeri yang
dapat ditoleransi pasien.
Teknik operasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan plate dan screw korako
klavikular, fiksasi plat hook, jahitan dan sling techniques dengan graft ligamen Dacron, serta
yang terbaru adalah locking plates klavikula.[18,19]
c. Fraktur Klavikula 1/3 Proksimal
Fraktur klavikula 1/3 proksimal jarang terjadi. Kebanyakan fraktur jenis ini bersifat ekstra
artikular. Mayoritas penatalaksanaan yang dilakukan bersifat nonoperatif, kecuali jika per
geseran fraktur mengancam struktur mediastinum. Fiksasi fraktur bisa berhubungan dengan
komplikasi, seperti migrasi implan ke mediastinum, terutama pada penggunaan K-wire.[18]

B. PERTIMBANGAN ANESTESI

1. DEFINISI ANESTESI

Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana
untuk mematikan rasa. Rasa nyeri, rasa tidak nyaman pasien, dan rasa lain yang tidak
diharapkan.

Menurut Pramono (2015), anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang
meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/proprioseptif, sedangkan analgesia yaitu
hilangnya sensai sakit/nyeri, tetapi modalitas yang lain masih tetap ada. Anestesi umum atau
general anesthesia mempunyai tujuan agar dapat menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar,
dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat diprediksi. Anestesi umum
disebut juga sebagai narkose atau bius. Anestesi umum juga menyebabkan amnesia yang
bersifat anterograd, yaitu hilangnya ingatan saat dilakukan pembiusan dan operasi sehingga saat
pasien sudah sadar, pasien tidak mengingat peristiwa pembedahan/pembiusan yang baru saja
dilakukan.

Istilah yang digunakan para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi
kehilangan rasa secara patologis pada bagian tubuh tertentu, atau bagian tubuh yang dikehendaki
(Boulton, 2012).

2. JENIS ANESTESI
a. General Anestesi
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi
sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif. General anesthesia atau anestesi umum
adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan
menyebabkan amnesia yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi
umum atau yang disebut trias anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu membuat
pasien tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidak merasakan sakit, dan
relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet (Pramono, 2017).

b. Regional Anestesi

Anestesi regional memberikan efek mati rasa terhadap saraf yang


menginervasi beberapa bagian tubuh, melalui injeksi anestesi lokal pada
spinal/epidural, pleksus, atau secara Bier block (Mohyeddin, 2013). Anestesi
regional memiliki keuntungan, diantaranya adalah menghindari polifarmasi,
alternatif yang efektif terhadap anestesi umum, anesthesia yang dapat
diperpanjang, pasient dapat tetap dalam keadaan sadar, dan dapat dilakukan
pemberian makanan atau minuman yang lebih dini (Mohyeddin, 201

3. TEKNIK PADA GENERAL ANESTESI


a. General anestesi intravena
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena (Mangku,
2010).
b. Anestesi umum inhalasi

Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi
obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yangmudah menguap melalui alat/ mesin
anestesi langsung ke udara inspirasi

c. Anestesi imbang

Merupakan teknik anestesi dengan menggunakan kombinasi obat-obatan baik obatanestesi


intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik anestesi umum dengan
analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal.

Pada Kasus Asuhan Kepenataan Anestesi Tindakan Operasi ORIF CLAVICULA dengan
General Anestesi dilakukan dengan pemasangan ETT (Endotracheal Tube). Intubasi Trakhea
adalah tindakan memasukkan pipa trakhea kedalam trakhea melalui rima glotis, sehingga
ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakhea antara pita suara dan bifurkasio
trakhea

Ukuran ETT

Usia Diameter (mm) Jarak sampai bibir


Premature 2.0 – 2,5 10 cm
Neonates 2,5 – 3,5 11 cm
1 – 6 bulan 3.0 – 4.0 11 cm
6 bulan – 1 tahun 3,5 – 4.0 12 cm
1 – 4 tahun 4.0 – 5.0 13 cm
4 – 6 tahun 4,5 – 5,5 14 cm
6 – 8 tahun 5.0 – 5,5 15 – 16 cm
8 – 10 tahun 5,5 – 6.0 16 – 17 cm
10 – 12 tahun 6.0 – 6,5 17 – 18 cm
12 – 14 tahun 6,5 – 7.0 18 – 22 cm
Dewasa Wanita 7.0 – 8.0 20 – 24 cm
Dewasa pria 7,5 – 8,5 20 – 24 cm

Untuk intubasi oral panjang pipa yang masuk 20 – 23 cm. Pada anak-anak dipakai rumus
(Latief, 2007):

Diameter (mm) = 4 + Umur/4 = tube diameter (mm) Rumus lain: (umur + 2)/2

Ukuran panjang ET = 12 + Umur/2 = panjang ET (cm)


Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih besar dan
lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan dengan melihat
besarnya jari kelingkingnya.

Pipa endotrakheal terbuat dari karet atau plastik. Untuk operasi tertentu misalnya di
daerah kepala dan leher dibutuhkan pipa yang tidak bisa ditekuk yang mempunyai spiral
nilon atau besi (Non Kinking). Untuk mencegah kebocoran jalan nafas, kebanyakan pipa
endotrakheal mempunyai balon (cuff) pada ujung distalnya. Pipa tanpa balon biasanya
digunakan pada anak-anak karena bagian tersempit jalan nafas adalah daerah rawan
krikoid. Pada orang dewasa biasa dipakai pipa dengan balon karena bagian tersempit
adalah trachea.

4. RUMATAN ANESTESI
Berdasarkan status fisik pasien pra anestesi, ASA (The American Society of
Anesthesiologists) membuat klasifikasi yang membagi pasien ke dalam 5 kelompok atau
kategori sebagai berikut :

a) ASA I : Pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik


b) ASA II : Pasien penyakit bedah dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
c) ASA III : Pasien penyakit bedah dengan penyakit sistemik berat yang disebabkan
karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam jiwa

d) ASA IV : Pasien penyakit bedah dengan penyakit sistemik berat yang secaara
langsung mengancem kehidupannya

e) ASA V : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah
tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam 24 jam pasien akan
meninggal.

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat (CITO) dengan mencantumkan
tanda darurat (E = Emergency), misalnya ASA I E atau ASA III E.

5. RESIKO
Meski dapat memberikan bantuan pernapasan pada pasien, intubasi endotrakeal juga
memiliki risiko, yaitu:

 Pendarahan dan cedera pada batang tenggorokan, mulut, lidah, gigi, dan pita suara
 Penumpukan cairan di jaringan dan organ
 Pneumonia aspirasi
 Sakit tenggorokan
 Suara menjadi serak
 Erosi atau pengikisan jaringan lunak di saluran napas
 Ketergantungan pada ventilator, sehingga pasien tidak dapat bernapas normal dan
membutuhan trakeostomi
 Robekan di rongga dada yang menyebabkan paru-paru tidak berfungsi
 Reaksi alergi terhadap obat bius yang digunakan
6. WEB OF CAUTION (WOC)

WEB OF CAUTION (WOC) ORIF CLAVICULA

Sumber : https://id.scribd.com/doc/116141834/Woc-Cf-Clavicula
C. TINJAUAN TEORI ASKAN PEMBEDAHAN KHUSUS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet, 2007 dalam Haryanto 2008).

Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek fisiologis,


psikologis, sosial, maupun spiritual.

a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien

b. Data Objektif
Data yang yang didapatkan dari observasi petugas kesehatan.

2. MASALAH KESEHATAN ANESTESI


Penilaian klinis mengenai respon manusia terhadap kondisi kesehatan/kehidupan, atau
kerentanan untuk respon tersebut, oleh pasien. Berikut diagnose masalah kesehatan pada Tn. B dengan
Orif Clavicula :

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakkan tangan dan kaki kirinya, kekuatan otot menurun,
rentang gerak (ROM) menurun, kondisi fisik tampak lemah
c. Risiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Risiko gangguan integritas kulit
faktor risiko : faktor mekanik (misalnya tekanan), immobilitas fisik, kelembaban kulit,
tulang menonjol berhubungan dengan dengan perubahan pigmentasi, perubahan
sirkulasi, perubahan turgor (elastisitas kulit)
e. Gangguan Pertukaran Gas
f. Koping individu tidak efektif (ansietas) berhubungan dengan krisis situasional
g. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
3. RENCANA INTERVENSI
Pada tahap ini penata anestesi membuat rencana Tindakan kepenataan anestesi untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Perencanaaan kepenataan anestesi
adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah langkah pemecahan masalah dan
prioritasnya.

Berikut intervensi kepenataan anestesi pada Tn. B dengan Orif Clavicula :


a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan ( Muttaqin, 2012).
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil :
1) Intensitas nyeri 0 – 2
2) Ekspresi wajah rileks.
Intervensi
1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit.
3) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
4) Observasi TTV tiap 4 jam
5) Kolaborasi dalam memberikan terapi analgetik.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakkan tangan dan kaki kirinya, kekuatan otot menurun,
rentang gerak (ROM) menurun, kondisi fisik tampak lemah
Kriteria hasil:
1) Pergerakan ekstemitas meningkat (5)
2) Kekuatan otot meningkat (5)
3) Rentang gerak (ROM) meningkat - (5)
4) Kelemahan fisik menurun (5)
Intervensi :
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
3) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
4) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
5) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Risiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera tidak terjadi

Kriteria hasil:

1) Kejadian cidera menurun

2) Tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas membaik

Intervensi :

1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera

2) Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera

3) Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera serius

4) Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat digunakan


5) Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas pelayanan
Kesehatan

6) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga

7) Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri.

d. Risiko gangguan integritas kulit

faktor risiko : faktor mekanik (misalnya tekanan), immobilitas fisik, kelembaban kulit,
tulang menonjol berhubungan dengan dengan perubahan pigmentasi, perubahan sirkulasi,
perubahan turgor (elastisitas kulit)

Tujuan : diharapkan gangguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil:

1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

2) Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami
gangguan

3) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya


sedera berulang

4) Mampu melindungi kulit dan mempertahan kan kelembaban kulit dan perawatan
alami

5) Sensasi dan warna kulit normal

Intervensi :

1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.

2) Hindari kerutan padaa tempat tidur.

3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

4) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.

5) Monitor kulit akan adanya kemerahan.

6) Lakukan masase dengan mengoleskan minyak atau lotion pada derah yang tertekan.

7) Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor faktor risiko pasien (skala Braden)

e. Gangguan Pertukaran Gas

Tujuan : pertukaran gas pada pasien adekuat

Kriteria hasil:

1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang


adekuat

2) Memelihara kebersihan paru-parudan bebas dari tanda-tanda


distress pernafasan

3) Suara nafas yang bersih, tidak sianosis, tidak dipsnea

4) Tanda-tanda vital dan analisa gas darah dalam rentang normal

Intervensi :

Manajemen Jalan napas

1) Monitor bunyi napas tambahan

2) Berikan posisi semi- fowler atau fowler untuk memaksimalkan ventilasi

3) Berikan oksigen bila perlu

4) Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu

Pemantauan Respirasi

1) Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya napas

2) Monitor pola napas

3) Auskultasi bunyi napas untuk mengetahui adanya suara napas


tambahan

4) Monitor nilai analisa gas darah (AGD)

f. Koping individu tidak efektif (ansietas) berhubungan dengan krisissituasional
Kriteria hasil :
1) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
2) Mengkaji situasi terbaru dengan akuratmendemonstrasikan ketrampilan
pemecahan masalah.
Intervensi :

1) Kaji   tingkat   ansietas   pasien,tentukan bagaimana pasien menangani


masalahnya sebelumnya dan sekarang
2) Berikan informasi yang akurat
3) Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan masalah yang dihadapinya
4) Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan
peran sakitpasien

g. Risiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan Perdarahan
Kriteria Hasil :
1) Tanda – tanda vital pasien dalam batas normal
2) Perdarahan terkontrol
3) Nadi dalam batas yang diharapkan (N : 70-88 x/menit)
4) Irama jantung dalam batas yang diharapkan (Reguler)
5) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan (RR : 16-24x/menit)
6) Nilai Hb normal
Intervensi :
1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dankekuatan nad, frekuensi napas, TD,
MAP)
2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,CRT)
4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/deformitas,
open wound/luka terbuka, tendemess/nyeri tekan,swelling/bengkak)
6) Pertahankan jalan napas paten
7) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
8) Pasang jalur IV Pasang kateter urine untuk menilai produksiurine
9) Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
10) Kolaborasi pemberlan infus cairan, kristalold  1 – 2 L padadewasa
20 mL/kgBBpada anak
11) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu:

4. EVALUASI
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/116141834/Woc-Cf-Clavicula

http://eprints.ums.ac.id/21989/1/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7726/9/Lampiran%20-%20lampiran.pdf

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Nanda nic-noc aplikasi jilid 1. Jakarta: Mediaction Brunner
and Suddarth. (2010). Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta

Black & Hawks. (2014). Keperawatan medical bedah. Indonesia: Cv . Pentasada Media Edukasi. Brunner
& Suddarth. (2015). Buku ajar keperwatan medical bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Boulton, T B. (2012).
Anestesiologi Edisi 10. Jakarta : EGC

Carpenito dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Jakarta

Diagnosa Keperawatan SDKI. Asuhan Keperawatan Risiko Syok [D.0036]


https://mediaperawat.id/asuhan-keperawatan-resiko-syok-d-0036/

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2194/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3563/4/Chapter2.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2194/3/BAB%20II.pdf
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI


PASIEN Tn.B DILAKUKAN TINDAKAN ORIF CLAVICULA (CLOSED
FRACTURE CLAVICULA)
DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RSO PROF DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

PARAGISTA YASINTYA GALUH PUSPITASARI


(2020040120)

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI FAKULTAS ILMU

KESEHATAN

ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2022


I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
II.
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Golongan darah :B
Alamat : Cemara Semarang 001/007,Semarang,Jawa Tengah
No. CM : 003719XX
Diagnosa medis : Closed Fracture Clavicula (S),
Allman Group 1,Comminutive Type (AO:15.2A)
Tindakan Operasi : ORIF Clavicula S-Plate
Tanggal MRS : 14 Desember 2022
Tanggal pengkajian : 14 Desember
2022
Jam Pengkajian : 19.50
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.P
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dg Klien : Orang
Tua
Alamat : Cemara Semarang 001/007,Semarang,Jawa Tengah
Riwayat
Kesehatan
3) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri bahu kiri
b. Saat pengkajian
Nyeri bahu kiri post kecelakaan lalu lintas
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dalam kondisi sadar diantarkan oleh keluarganya ke ruang IGD
di RSO Prof Dr. R. Soeharso Surakarta pada tanggal 14 Desember
2022 pada pukul 13.57 dengan keluhan nyeri pada bahu bagian kiri
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengatakan bahu dan
lengan bagian kiri menjadi tumpuan atau jatuh lebih dulu dari
motornya. Pasien didiagnosis Orif Clavicula dan dijadwalkan operasi
pada tanggal 14 Desember 2022

5) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, perdarahan tidak normal, asma, anemia

6) Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan didalam keluarganya


tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit sistemik

7) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
8) Riwayat pengobatan/konsumsi obat
- Obat yang pernah dikonsumsi: Paracematol
- Obat yang sedang dikonsumsi: Tidak ada
9) Riwayat Alergi : Tidak
10) Kebiasaan
Merokok : Tidak
Alkohol : Tidak
Kopi/teh/soda :
Ya ,teh dan kopi ( 1x
sehari )

b. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau oksigenasi
Sebelum sakit
 Gangguan pernafasan : Tidak ada
 Alat bantu pernafasan: Tidak ada
 Sirkulasi udara : Normal
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak

ada Saat ini

 Gangguan pernafasan : Tidak ada


 Alat bantu pernafasan: Tidak ada
 Sirkulasi udara : Normal
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
2) Air/Minum
Sebelum sakit

 Frekuensi : ± 5-6 gelas sehari


 Jenis : Air putih
 Cara : Minum dengan gelas
 Minum terakhir : Saat di rumah
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak

ada Saat ini

 Frekuensi : ± 3-4 gelas sehari


 Jenis : Air putih
 Cara : Minum dengan gelas
 Minum terakhir : Jam 12.00 WIB
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
3) Nutrisi/makanan
Sebelum sakit

 Frekuensi : ± 3-4 kali sehari


 Jenis : Nasi
 Porsi : 1 porsi
 Diet khusus : Tidak ada
 Makanan yang disukai : Nasi goreng
 Napsu makan : Baik
 Puasa terakhir : Tidak
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak

ada Saat ini

 Frekuensi : ± 3-4 kali sehari


 Jenis : Nasi
 Porsi : 1 porsi
 Diet khusus : Tidak ada
 Makanan yang disukai : Nasi goreng
 Napsu makan : Baik
 Puasa terakhir : Iya
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit

 Frekuensi : ± 1-2 kali sehari


 Konsistensi : Padat
 Warna : Kuning kecoklatan
 Bau : Berbau
 Cara (spontan/dg alat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak
ada Saat ini

 Frekuensi : 1 kali sehari


 Konsistensi : Padat
 Warna : Kuning kecoklatan
 Bau : Berbau
 Cara (spontan/dg alat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
 Frekuensi : ± 6-7 kali sehari
 Konsistensi : Cair
 Warna : Kuning
 Bau : Berbau ringan/tidak menyengat
 Cara (spontan/dg alat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak

ada Saat ini

 Frekuensi : ± 3-4 kali sehari


 Konsistensi : Cair
 Warna : Kuning
 Bau : Berbau ringan/tidak menyengat
 Cara (spontan/dg alat) : Spontan
 Keluhan : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada
5) Pola Aktivitas dan Istirahat
a) Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan dan minum √

Mandi √

Toileting √
Berpakaian √

Berpindah √

0 : Mandiri, 1 : Alat bantu, 2 : Dibantu orang lain, 3 : Dibantu orang lain dan
alat, 4 : Tergantung total

b) Istirahat dan
Tidur Sebelum
sakit

 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak



N0 Problem Rencana intervensi Implementasi Evaluasi Nama &
(Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut Tujuan : nyeri berku a.Kaji lokasi dan intensit 1. Mengkaji lokasi S: Pasien mengatakan nyeri bahu dan
b/d rang sampai hilang as nyeri dan intensitas dada kiri dengan skala nyeri 5 , nyeri
diskontinuitas b. Pertahankan imobilisa nyeri hilang timbul
Kriteria hasil :
jaringan si bagian yang sakit. 2. Mempertahankan O : Pasien tampak meringis menahan
tulang c. Anjurkan teknik relak imobilisasi bagian nyeri
a. Intensitas nyeri 0
sasi nafas dalam. yang sakit
–2 A : masalah belum teratasi
d. Observasi TTV  3. Menganjurkan
b. Ekspresi wajah ril P : Intervensi dilanjutkan
e. Kolaborasi dalam me teknik relaksasi
eks. a.Kaji lokasi dan intensitas nyeri
mberikan terapi analgeti nafas dalam
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang s
k. 4. Mengobservasi
akit.
TTV
c. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
5. Berkolaborasi
d. Observasi TTV 
dengan
e. Kolaborasi dalam memberikan terapi a
memberikan
nalgetik.
terapi analgetik
2 Koping Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat ansietas 1. Mengkaji tingkat S:
individu diharapkan ansietas pasien,tentukan ansietas pasien
- Pasien mengatakan cemas
tidak efektif berkurang dengan kriteria bagaimana pasien 2. Memberikan
berkurang
(ansietas) - Tampak rileks menangani informasi yang
Pasien mengatakan siap
Berhubungan dan masalahnya Akurat
dilakukan Tindakan operasi
dengan krisis melaporkan sebelumnya dan 3. Memberikan
O:
situasional ansietas sekarang kesempatan pada
berkurang. 2. Berikan informasi klien untuk - Pasien tampak lebih rileks
- Mengkaji yang akurat mengungkapkan
situasi terbaru 3. Berikan kesempatan masalah yang A : Masalah ansietas teratasi
dengan akurat pada klien untuk dihadapinya
mendemonstra mengungkapkan 4. Mencatat P:
sikan masalah yang perilaku dari - Hentikan intervensi
ketrampilan dihadapinya orang terdekat - Lanjutkan
pemecahan 4. Catat perilaku dari atau keluarga
masalah orang terdekat atau yang - Tindakan operasi
keluarga yang meningkatkan
meningkatkan peran peran sakit pasien
sakit pasien

Anda mungkin juga menyukai