Dosen :
Disusun Oleh :
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
masalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam menuliskan makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan oleh
berbagai pihak. Sehingga penulis ingin berterimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis baik bantuan moril, dukungan dalam menuliskan makalah
maupun dalam bentuk matteril sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis berharap semoga makalah ini bias menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dariitu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit.........................................................................6
B. Pembuluh Darah Yang Melewati Kulit.......................................................12
C. Sistem Penghantaran Obat Transdermal.....................................................14
D. Faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi Perkutan........................................17
E. Perjalanan Obat Dalam Tubuh Pada Sediaan Transdermal........................18
F. Evaluasi Biofarmasetik Sediaan Transdermal............................................21
BAB III EMBAHASAN........................................................................................23
A. Anatomi dan fisiologi kulit.........................................................................23
B. Pembuluh darah yang melewati kulit..........................................................24
C. Komponen dan Karakteristik Cairan Kulit.................................................24
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses LDA sediaan Transdermal.......25
E. Perjalanan obat dalam tubuh yang diberikan dalam sediaan Transdermal. 27
F. Evaluasi sediaan transdermal......................................................................28
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit manusia adalah permukaan yang mudah di akses untuk
pengantar obat. Selama tiga dekade terakhir, pengembangan pemberian
obat yang dikendalikan telah menjadi semakin penting dalam industri
farmasi. Respon farmakologis baik dari efek terapeutik yang diinginkan
dan efek merugikan yang tidak diinginkan dari obat tergantung pada
konsentrasi obat di lokasi aksi, bentuk sediaan dan tingkat penyerapan
obat di lokasi aksi. Tablet dan injeksi telah menjadi cara tradisional untuk
pemberian obat ; pilihan baru menjadi semakin populer. Salah satu metode
pengiriman alternatif yang sangat sukses adalah transdermal. Kulit tubuh
dewasa rata-rata mencakup permukaan sekitar 2 m2 dan menerima sekitar
sepertiga dari sirkulasi darah melalui tubuh.
Bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk
menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam
sirkulasi sistemik. Sediaan transdermal merupakan salah satu bentuk
sistem penghantaran obat dengan cara ditempel melalui kulit. Rute
penghantaran obat secara transdermal merupakan rute pilihan alternatif
untuk beberapa obat dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan
penghantaran obat secara konvensional, antara lain dapat memberikan
efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat dengan
dosis konstan, menghindari metabolisme lintas pertama di hati, cara
penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat.
Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat
yang diinginkan dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas
terapeutik dari obat, dan target penghantaran obat ke jaringan yang
dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah
obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeutik
yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit?
2. Bagaimana pembuluh darah yang melewati kulit?
3. Apa komponen dan karakteristik cairan kulit?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses LDA obat perkutan
dari sediaan Transdermal?
5. Bagaimana perjalanan obat dalam tubuh yang diberikan dalam sediaan
Transdermal?
6. Bagaimana Evaluasi biofarmasetik sediaan obat Transdermal?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Anatomi dan fisiologi kulit.
2. Untuk memahami pembuluh darah yang melewati kulit.
3. Untuk memahami komponen dan karakteristik cairan kulit.
4. Untuk memahami factor-faktor yang mempengaruhi proses LDA obat
dari sediaan Transdermal.
5. Untuk memahami perjalanan obat dalam tubuh yang diberikan dalam
sediaan Transdermal.
6. Untuk memahami Evaluasi biofarmasetik sediaan obat Transdermal.
7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epidermis adalah lapisan kulit paling atas atau paling luar yang
dapat kita lihat. Epidermis berlapis-lapis bervariasi dalam ketebalan,
tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel epidermis, mulai dari
0,8 mm pada telapak tangan dan kaki turun ke 0,06 mm pada kelopak
mata. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:
2. Dermis
Lapisan di bawah epidermis adalah dermis, yang berfungsi
mendukung dan mempertahankan keberadaan epidermis, antara lain
dengan memberikan suplai oksigen dan sari makanan, serta mengatur
suhu. Dermis terdiri dari 2 lapisan, yaitu :
- Lapisan papillary, lapisan ini tipis, terletak langsung dibawah
epidermis dan berbentuk tonjolan-tonjolan. Lapisan ini yang
memberikan karakteristik sidik jari yang berbeda pada masing-masing
orang.
- Lapisan reticular, lapisan ini jauh lebih tebal, terdiri dari kolagen, yang
mengisi sebagian besar ruang dibagian dermis.
Dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar
rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam
lapisan ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar
minyak (glandula sebasea).
1) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit,
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan telapak tangan,
telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan
obat-obat tertentu. Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di
dalamnya terlarut berbagai macam garam. terutama garam dapur. Keringat
dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui pori-pori. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
2) Kelenjar palit
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut
mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada
telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian
tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut
hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara
pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan
minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang
dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar
sedangkan folikel rambut mengecil.
Penampang Kulit Jangat (Dermis)
3. Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. hipodermis atau subkutan
jaringan lemak mendukung dermis dan epidermis. Ini membawa pembuluh
darah utama dan saraf pada kulit dan mungkin berisi tekanan sensorik
organ. Untuk pengiriman obat transdermal, obat harus menembus melalui
semua tiga lapisan dan jangkauan ke sistemik sirkulasi sedangkan dalam
kasus obat topical pengiriman penetrasi hanya melalui stratum korneum
adalah retensi penting dan kemudian obat dalam lapisan kulit yang
diinginkan Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi
sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan
menahan panas tubuh.
- Arteri
- Kapiler
3. Sistem Reservoir
Dalam sistem ini reservoir obat tertanam antara lapisan kedap
dukungan dan membran mengendalikan tingkat. Obat melepaskan hanya
melalui tingkat membran pengendali, yang dapat berpori mikro atau non
berpori. Dalam kompartemen wadah obat, obat bisa dalam bentuk larutan,
suspensi, gel atau tersebar dalam matriks polimer padat. Hypoallergenic
perekat polimer dapat diterapkan sebagai permukaan luar membran
polimer yang kompatibel dengan narkoba.
4. Sistem Matrix
a. Obat dalam sistem perekat
Pada tipe ini reservoir obat dibentuk dengan mendispersikan obat dalam
polimer perekat dan kemudian menyebarkan perekat polimer obat oleh
pengecoran pelarut atau peleburan (dalam kasus perekat panas meleleh)
pada lapisan backing kedap. Di atas reservoir, lapisan polimer perekat
unmediated diterapkan untuk tujuan perlindungan.
b. Sistem matriks - dispersi
Pada tipe ini obat ini tersebar merata dalam matriks polimer hidrofilik
atau lipofilik . Obat ini berisi disk polimer tertuju pada sebuah pelat
dasar oklusif dalam kompartemen dibuat dari obat dukungan lapisan
kedap air . Alih-alih menerapkan perekat di muka reservoir obat,
tersebar bersama dengan lingkar untuk membentuk strip pelek perekat .
5. Sistem Microreservoir
Pada tipe ini sistem pengiriman obat adalah kombinasi dari waduk dan
sistem matriks - dispersi . Wadah obat dibentuk dengan terlebih dahulu
menangguhkan obat dalam larutan polimer yang larut air dan kemudian
menyebar solusi homogen dalam polimer lipofilik untuk membentuk
ribuan terjangkau, bola mikroskopis waduk obat . Dispersi ini
termodinamika tidak stabil distabilkan cepat dengan segera silang polimer
in situ dengan menggunakan agen silang.
Hanya bisa digunakan untuk obat dengan potensi tinggi (dosis kecil)
Dapat terjadi “dose dumping”
Patch tidak boleh digunakan pada tempat yang sama terus menerus
karena terdapat kemungkinan toksisitasnya meningkat.
Biaya produksinya mahal.
PEMBAHASAN
1. Absorbsi
Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat ditentukan
oleh gradien konsentrasi obat dari monsentrasi tinggi (pada sediaan yang
diaplikasikan) menuju konsentrasi rendah di kulit. Tahapan dalam absorbsi
TDDS adalah Obat yang diaplikasikan pada kulit akan berpenetrasi ke
dalam stratum cormeum, kemudian akan mengalami partisi dan masuk ke
dalam lapisan epidermis hidup, obat selanjutnya berdifusi ke dalam lapisan
dermis lalu diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik memalui pembuluh
darah kapiler yang ada dalam lapisan dermis kulit. Obat yang dilepaskan
dari sediaan transdermal akan terakumulasi di dalam kulit membentuk
depot obat yang akan terus menerus diabsorpsi bahkan stela patch
dilepaskan.
Uji in vivo dilakukan dengan uji iritasi dan sensitasi kulit pada kelinci
sehat (berat 1,2 – 1,5 Kg). permukaan punggung kelinci (50 cm) harus
dibersihkan dan rambut dihilangkan dari permukaan punggung dengan
mencukurnya dan permukaan punggung dengan perlakuan baik control positif,
normal dan sampel (film patch transdermal). Patch harus dilepas stelah 24 jam
dan kulit diamati hingga selang waktu 72 jam. Dilakukan pemeriksaan adanya
eritema/udema yang dihitung berdasarkan pedoman skor/indeks iritasi mulai
dari tidak ada audema atau iritasi hingga udema atau iritasi berat.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kulit manusia terdiri dari tia lapisan yang saling berhubungan yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis dan hypodermis. Stratum korneum yaitu lapisan
terluat pada jaringan epidermis yang merupakan penghalang utama untuk
penetrasi obat.
2. Pembuluh darah kapiler yang berada di lapisan dermis membawa molekul
obat menuju vena yang ada di lpisan subkutan dan menuju jantung kemudian
ke seluruh tubuh.
3. Lipid merupakan komponen utama dalam mengatur kelembaban dan
kelembutan kulit. Lipid yang terkandung adalah kolesterol, asam lemak bebas
dan sphingolipid. Lapisan lipid ini mengelilingi korneosit dan memberikan
impermeable barrier dengan mencegah perpindahan air dan NMF keluar dari
permukaan lapisan kulit. Kandungan utama dalam keringat adalah natrium
klorida (bahan utama garam dapur) selain bahan lain (yang mengeluarkan
aroma) seperti 2-metilfenol (o-kresol) dan 4-metilfenol (p-kresol). Penguapan
keringat dari permukaan kulit memiliki efek pendinginan karena panas laten
penguapan air yang mengambil panas dari kulit.
4. Perjalanan obat transdermal melewati kulit dipengaruhi oleh beberapa faktir
biologi (kondisi dan usia kulit, aliran darah, lokasi aplikasi, perbedaan spesies)
dan factor fisikokimia, seperti hidrasi kulit suhu, pH, koefisien disudu dan
partisi, konsentrasi obat serta ukuran molekul.
5. Perjalanan sediaan obat transdermal dimulai dari liberasi/pelepasan obat dari
patch kemudian obat akan berpenetrasi ke dalam stratum korneum dan
berdifusi hingga ke dalam lapisan dermis yang kemudian diabsorbsi ke dalam
sirkulasi sistemik memalui pembuluh darah kapiler yang selanjutnya akan
didistribusi hingga mengalami eksresi.
6. Evaluasi biofarmasetika sediaan transdermal dapat siuji dari segi biavibilitasn
dan bioekivalennya dengan indicator terhadap jumlah kadar/konsentrasi dan
kecepatan obat dalam plasma darah, dilakukan dengan cara invitro (dengan uji
iritasi kulit kelinci).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar D, dkk. 2010. A Review: Transdermal Drug Delivery System : A Tool
For Novel Drug Delivery System. International Journal of Drug
Development & Research Volume 3.
2. Gaikwad A. 2013. Transdermal Drug Delivery System: Formulation Aspects
and Evaluation. Comprehensive Journal of Pharmaceutical Sciences Vol
1(1)
3. Yadav. 2013. Theoretical Aspects Of Transdermal Drug Delivery System.
Bulletin of Pharmaceutical Research 2013;3(2):78-89.
4. Bhura, dkk. 2012. Transdermal Drug Delivery System: A Review. The
Pharma Inovation Vol.1 No 4.
5. Moulika, dkk. 2011. Transdermal Drug Delivery System: On
Review.International Journal of PharmTech Research CODEN (USA):
IJPRIF. Vol.3, No.4, pp 2140-2148.
6. Roughead,E. 2010. Prevalence of potentially hazardous drug interactions
amongst Australian veterans. Britsh Journal of Clinical Pharmacology Edisi
70:2. Hal 252-257