MAKALAH
‘’ Langkah – Langkah Absorbsi Obat Melalui Kulit ‘’
OLEH :
Nim : F201801128
Kelas : B3 Farmasi
JURUSAN S1 FARMASI
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul sistem ‘’ Langkah – Langkah Absorbsi
Obat Melalui Kulit ‘’ tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada Mata kuliah FTS di
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Syaiful Katadi
selaku dosen mata kuliah system FTS. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
I.3 Tujuan............................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
II.1 Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit...........................7
( pelepasan )........................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................15
III.1 Kesimpulan...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit ( pelepasan )
2. Menetrasi melaui startum comeum
3. Permeasi bahan obat ke dalam korium
4. Resorpsi kedalam peredaran darah
5. Pengangkutan dan distribusi oleh darah
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa
dengan kulit ( pelepasan )
2. Untuk mengetahui Menetrasi melaui startum comeum
3. Untuk mengetahui Permeasi bahan obat ke dalam korium
4. Untuk mengetahui Resorpsi kedalam peredaran darah
5. Untuk mengetahui Pengangkutan dan distribusi oleh darah
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit
( pelepasan )
dQ DAK
(Cs - C) ...............................................................................(3)
dt h
dQ
Keterangan : : laju difusi
Dt
D : koefisien difusi
A : luas permukaan membran
K : koefisien partisi
h : tebal membran
Cs-C : perbedaan antara konsentrasi obat dalam pembawa dan
medium (Shargel and Yu, 2005).
k 'T
D .............................................................................................(4)
6S .rK
Difusi melintasi
massa seluler dari
epidermis
Difusi melintasi
massa fibrous ke
dermis atas
1. Injeksi intramuskuler :
Obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan terjadi dalam
10 -30 menit. Obat yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya :
vitamin, vaksin, antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan lain-
lain.
2. Injeksi subkutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah
kulit. Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak
banyak terdapat pembuluh darah. Obat yang sering diberikan secara
subkutan adalah : insulin, anestesi lokal
3. Injeksi intradermal/ intrakutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit
bagian atas, sehingga akan timbul indurasi kulit. Ti ndakan
menyuntikkan obat secara intrakutan yang sering dilakukan yaitu
tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
4. Injeksi intravena :
Obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga menghasilkan efek
tercepat, dalam waktu18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran
darah) obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan
secara intravena misalnya bermacam -macam antibiotika.
II.5 Pengangkutan dan distribusi oleh darah
Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup.
Untuk mempelajari pengaruh obat pada manusia, obat dicobakan dulu pada hewan
dan manusia, lalu dipelajari efeknya dalam farmakologi eksperimental.
Obat yang masuk dalam tubuh kita,melalui berbagai cara pemberian,
umumnya akan mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai
ditempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian, dengan atau tanpa biotransformasi
(metabolisme) obat diekskresi dari dalam tubuh keluar. Seluruh proses ini disebut
proses farmakokinetik.
a. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian,
menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbsi obat dipengaruhi
oleh banyak hal, yakni faktor obat, faktor penderita dan interaksi dalam absorbsi di
saluran cerna.
Absorbsi, berkaitan dengan bioavailabilitas (kadar obat dalam darah) yaitu
jumlah obat dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik (masuk
ke pembuluh darah) dalam bentuk utuh, karena tidak semua obat yang diabsorbsi dari
tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sitemik. Kadar obat dalam darah
dipengaruhi terutama oleh dosis obat.
Absorbsi obat di saluran cerna, pada umumnya terjadi secara difusi pasif,
karena itu absorbsi mudah terjadi jika obat dalam bentuk non ion dan mudah larut
dalam lemak. Absorbsi obat di usus halus, selalu lebih cepat dibandingkan di
lambung karena permukaaan usus halus yang lebih luas. Ada tidaknya makanan juga
akan mempeengaruhi absorbsi obat. Pada pemberian obat secara oral (diminum
melalui saluran pencernaan bukan disuntikkan), kecepatan absorbsinya juga
ditentukan oleh kecepatan disintegrasi dan disolusinya, sehingga tablet yang dibuat
oleh pabrik yang berbeda dapat berbeda pula bioavailabilitasnya
Absorbsi obat juga dapat terjadi di mukosa mulut dan rectum, maka ada
obat tertentu yang pemberiannya secara sublingual (dihisap dibawah lidah).
Pemberian obat secara suntikan tidak mengalami tahap absorbsi, karena obat
langsung masuk ke pembuluh darah, sehingga kadar obat dalam darah dapat dicapai
lebih cepat.
b. Distribusi
Setelah diabsorbsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah. Selain tergantung pada aliran darah, distribusi obat juga dipengaruhi oleh sifat
fisika-kimianya.
Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam
tubuh. Distribusi fase pertama, terjadi segera setelah penyerapan, yakni ke jantung,
hati, ginjal dan otak. Selanjutnya distribusi fase kedua, jauh lebih luas, yaitu
mencakup jaringan otot, visera, kulit dan jaringan lemak. Distribusi ini baru
mencapai keseimbangan setelah waktu yang cukup lama.
Pada saat proses distribusi inilah obat terdistribusi sampai kedalam sel dan
menimbulkan efek obat. Efek obat timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada
sel. Interaksi obat dengan reseptor inilah yang mencetuskan perubahan biokimiawi
dan fisiologi yang merupakan respon khas untuk obat tersebut.
Distribusi obat juga dipengaruhi oleh ikatan protein plasma. Dalam darah,
obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan protein sebelum mencapai organ
target. Pengikatan obat oleh protein akan berkuarang pada kasus malnutrisi karena
adanya defisiensi protein, demikian juga jika kita mimum susu bersamaan dengan
obat akan mempengaruhi pengikatan obat dengan protein.
Metabolisme obat (biotransformasi)
Biotransformasi atau metabolisme obat merupakan proses perubahan struktur
kimia obat yang terjadi di dalam tubuh dan dipengaruhi oleh enzim. Pada proses ini
molekul obat diubah menjadi kurang larut dalam lemak dan lebih mudah larut dalam
air sehingga lebih mudah dikeluarkan (ekskresi). Sebagian proses metabolism obat
terjadi di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak aktif jika sampai di
hati. Kecepatan metabolisme obat tiap orang berbeda-beda, tergantung pada faktor
genetik, usia, penyakit yg menyertai dan interaksi antara obat-obatan.
c. Ekskresi
Selanjutnya obat akan diekskresi, atau dikeluarkan dari tubuh melalui
berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi maupun dalam
bentuk asalnya. obat dalam bentuk metabolit polar, diekskresi lebih cepat daripada
obat yang larut lemak, kecuali dalam ekskresi melalui paru.
Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting, sehingga ekskresi obat
melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis obat perlu
diturunkan atau jarak pemberian obat yang diperpanjang. Ekskresi obat juga terjadi
melalui keringat, liur, air mata, air susu dan rambut, tapi dalam jumlah yang relatif
kecil. Begitulah perjalanan obat yang kita konsumsi di dalam tubuh. Semoga
memberi wawasan dan bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar,
baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit merupakan sawar
fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair
maupun padat baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari
komponen organisme.
2. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Untuk
mempelajari pengaruh obat pada manusia, obat dicobakan dulu pada hewan dan
manusia, lalu dipelajari efeknya dalam farmakologi eksperimental.
3. Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa molekul suatu
zat yang dibawa oleh gerakan molekuler secara acak dan berhubungan dengan
adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya suatu
membrane polimer merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses
difusi. Perjalanan suatu zat melalui suatu zat batas bisa terjadi oleh suatu
permeasi molekuler sederhana atau oleh gerakan melalui lubang atau pori.
4. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya menjadi keratin (zat tanduk).
5. Permeasi (transport) adalah perpindahahn obat dari satu kompartemen ke
kompartemen lain. Antara dua kompartemen ini terdapaat membran yang
memisahkannya.
6. Resopsi obat adalah peristiwa penyerapan obat dari tempat pemberian untuk
msuk ke kompartemen tubuh yaitu plasma dan darah .
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk; 1999. ;Kaplta Selekta Kedokteran; Edisi ketiga; Jilid 1;
Media Aesculapius, FK UI; Jakarta;
Mutschler, Ernst, 1991; Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB; Bandung,
Tan, Hoan, Tjay danRahardja, Kirana; 1991 ; Obat-obat Penting, Edisi Keempat,
Gajah Mada University Press, ; Yogyakarta.
Hendriati, L. and Nugroho, A.K., 2012, Optimasi Asam Oleat, Propilen Glikol Dan
Iontoforesis Terhadap Transpor Transdermal Propranolol HCl, Jurnal Farmasi
Indonesia, 6(1): 21-29.