Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ILMU RESEP

“ILMU RESEP FARMASI PADA KASUS PASIEN DERMATITIS ATOPIK


(DA)”

OLEH :

NAMA : THERESIA FIKA ANGGREANI

NIM : F201801121

KELAS : B3 FARMASI

ASISTEN LAB : SYAIFUL KATADI, M.Clinpharm, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA

WALUYA KENDARI

2021
A. Teori umum
1. Definisi
Dermatitis Atopik (DA) atau dalam istilah awam dikenal dengan
Eksim Atopik merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan
inflamasi kronik pada kulit. Penyakit ini disebabkan karena
keturunan, artinya dapat menyerang satu keluarga penuh karena
penyakit ini berkaitan dengan gen yang menurunkan sifat dari ayah
dan atau ibu ke anaknya. Sehingga apabila ayah, ibu, kekek, atau
nenek terkena DA maka kemungkinan besar akan menurun ke anak
cucunya, sehingga DA akan mengurangi kualitas hidup pasien
(Avena-Woods, 2017).
2. Patofisiologi
Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien dengan kulit
atopik dikarenakan pasien memiliki IgE yang tinggi sehingga apabila
terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE maka akan
muncul manifestasi klinis berupa dermatitis atau eksim. Dermatitis
atopik Kortikosteroid topikal paling sering digunakan untuk
pengobatan DA, namun memiliki risiko yang lebih besar untuk
terjadinya absorbsi perkutan. 8 Takrolimus diindikasikan untuk DA
sedang hingga berat. 7,12 pengobatan pada pasien dewasa dimulai
dengan salep takrolimus 0,1% dua kali sehari selama 3-4 minggu,
kemudian. dapat diturunkan konsentrasi dan frekuensi pengolesan.
Pasien anak disarankan untuk memulai pengobatan dengan salep
takrolimus 0,03% dua kali sehari selama 3-4 minggu, dilanjutkan
pengolesan sekali sehari hingga lesi membaik. Hasil penelitian
menunjukkan salep takrolimus sama efektifnya dengan
kortikosteroid topikal,7 bahkan lebih baik efektivitasnya pada anak
daripada kortikosteroid topikal. (Ninda sari 2018). DA yang juga
disebut dengan Eczema Atopik ini dapat diperparah karena adanya
suatu alergen dan iritan, misalnya alergi terhadap beberapa makanan,
rhinitis dan asma. Pasien dengan DA memiliki sensitivitas kulit yang
tinggi dan dermatitis dapat muncul dalam berbagai kondisi
Dermatitis Atopik ini dapat diikuti dengan adanya pruritas, xerosis,
dan infeksi kulit (Craddock et al., 2018)
Dermatitis atopik dapat menyerang berbagai usia, mulai dari
bayi, anak- anak, hingga dewasa. Prevalensi DA di indonesia
meningkat pada akhir dekade meliputi 10-20% pada bayi dan anak, 1-
3% pada dewasa dan pada tahun 2012 pasien DA berumur 13-14 tahun
sebanyak 1,1%(Kelompok studi dermatologi anak indonesia. DA
lebih banyak terjadi pada laki-laki karena onset penyakit yang lama.
Terdapat dua teori mengenai patofisiologi DA yaitu sawar darah kulit
yang rendah sehingga apabila terpapar sedikit alergen dengan segera
muncul rekasi inflamasi. Kedua dikarenakan adanya disfungsi gen
misalnya gen filaggrin (FLG) sehingga kelembaban kulit rendah
kemudian kulit menjadi kering dan mudah merasa gatal (Avean-
Woods, 2017)
3. Terapi farmakologi dan non farmakologi
Pengobatan dermatitis atopik adalah Kortikosteroid topikal,
Kortikosteroid topical digunakan untuk mengatasi
inflamasi/peradangan yang membuat rasa gatal dan kering. Steroid
bekerja dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel
kemudian mencegah perubahannya menjadi prostaglandin dan
mediator inflamasi lainnya, Antibiotik, jika ada infeksi sekunder
antibiotik terutama ditujukan pada bakteri Staphylococcus, Anti
Pruritus/Sedatif, kecemasan atau stress emosional ikut berperan pada
dermatitis atopik, obat anti pruritus/sedatif untuk mengurangi rasa
gatal. Ada banyak terapi farmakalogis untuk DA mulai dari anti-
inflamasi, antibiotic dan antipruritus. Walaupun demikian, ada juga
terapi non-famakologi yang mungkin sama berhasilnya dengan
terapi farmakologi walaupun tidak sama popular (Sari ninda, 2018).
Steroid Topikal Steroid topikal merupakan terapi pilihan utama
untuk DA. Bahan dasar salep lebih disukai terutama pada lingkungan
yang kering. Steroid topikal yang dapat dapat digunakan adalah:
Hidrokortison 1%, diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di area wajah
dan lipatan, Triamsinolon dan betamethasone valerate (steroid
potensi sedang), diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di seluruh tubuh,
hindari area wajah dan lipatan, Regimen bubuk hidrokortison 1.25%
dalam acid mantle, digunakan tipis-tipis sebagai pelembab untuk
terapi pemeliharaan, dinilai efektif dan aman untuk digunakan dalam
periode bulan, Steroid dihentikan saat lesi menghilang, dan diberikan
kembali jika lesi baru muncul (Monica S. 2008).
Terapi non farmakologi
 Menjaga Hidrasi Kulit Menjaga hidrasi kulit sangat
penting dalam penanganan DA, di antaranya dengan cara
mandi air hangat, menggunakan pelembab kulit, dan wet
dressing
 Mandi Mandi bahkan berendam dengan air yang hangat
selama 5‒ 10 menit, 1‒2 kali sehari dapat menghidrasi kulit.
 Frekuensi mandi disesuaikan dengan tingkat keparahan DA.
Prosis ini dianjurkan untuk membantu membersihkan kulit,
 Harus dihindari penggunaan sabun mengandung
pengharum maupun zat lain yang dapat mengiritasi kulit.
 Pelembab Kulit Peranan pelembab dalam tata laksana
dermatitis atopik adalah untuk menjaga barrier kulit agar
tidak mudah ditembus oleh berbagai paparan dari luar,
Pelembab diaplikasikan 2x sehari atau seperlunya, tanpa
digosok keras, dan paling baik diberikan setelah mandi.
 Wet Dressing Wet dressing atau membalut basah kulit
dilakukan untuk membantu menenangkan lesi kulit,
mengurangi gatal dan eritema, melembutkan krusta, dan
mencegah pasien menggaruk.
 Penerapan wet dressing harus ditunda 2‒3 hari setelah
terapi antibiotik topikal selesai pada lesi superinfeksi.
 Mengatasi Iritasi Kulit Beberapa regimen dapat
digunakan untuk mengatasi iritasi kulit akibat DA.,
bahkan fototerapi. (Septina, 2015)
B. PAPARAN KASUS
ST asks your advice about her 4-years-old daugther JM whose
eczema has worsened recently. She tells you that she has been
using Chinese herbs, which have proved very helpful until the last
week or so. The eczema has flared up especially on her arms and
legs. She would like to use a safe cream but not a steroid cream as
she has heard about side-effects. JM is not with her mother.
A
r
t
i
n
y
a
:
ST meminta nasehat Anda tentang putrinya yang berusia 4
tahun JM yang eksimnya semakin parah belakangan ini. Dia
memberi tahu Anda bahwa dia telah menggunakan jamu Cina,
yang terbukti sangat membantu sampai sekitar seminggu terakhir.
Eksim telah kambuh terutama di lengan dan kakinya. Dia ingin
menggunakan krim yang aman tetapi bukan krim steroid karena dia
telah mendengar tentang efek sampingnya. JM tidak bersama
ibunya.
 Nama Pasien : JM
 Umur : 4 tahun
 Keluhan Utama : Eksimnya semakin parah
belakangan ini, terutama pada lengan dan kakinya
 Riwayat Pengobatan : Ramuan Cina
 Masalah dalam Kasus : Pasien ingin menggunakan
krim untuk terapinya. Tetapi bukan krim yang
mengandung steroid.
C. PEMBAHASAN
Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien dengan
kuit atopik dikarenakan pasien memiliki IgE yang tinggi sehingga
apabila terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE
maka akan muncul manifestasi klinis berupa dermatitis atau
eksim. Faktor lain yang dapat menyebabkan DA adalah faktor
lingkungan. Pada penelitian in vivo DA sering dikaitkan dengan
mutasi gen filaggrin yang merupakan gen epidermal.(Eyerich et
al., 2019).
Dermatitis atopik dapat menyerang berbagai usia, mulai
dari bayi, anak- anak, hingga dewasa. Prevalensi DA di indonesia
meningkat pada akhir dekade meliputi 10-20% pada bayi dan anak,
1-3% pada dewasa dan pada tahun 2012 pasien DA berumur 13-14
tahun sebanyak 1,1%(Kelompok studi dermatologi anak indonesia.
DA lebih banyak terjadi pada laki-laki karena onset penyakit yang
lama. Terdapat dua teori mengenai patofisiologi DA yaitu sawar
darah kulit yang rendah sehingga apabila terpapar sedikit
alergen dengan segera muncul rekasi inflamasi. Kedua
dikarenakan adanya disfungsi gen misalnya gen filaggrin (FLG)
sehingga kelembaban kulit rendah kemudian kulit menjadi kering
dan mudah merasa gatal (Avean-Woods, 2017).

Pada kasus ini pasien yang bernama ST meminta nasehat


Anda tentang putrinya yang berusia 4 tahun JM yang eksimnya
semakin parah belakangan ini. Dia memberi tahu Anda bahwa dia
telah menggunakan jamu Cina, yang terbukti sangat membantu
sampai sekitar seminggu terakhir. Eksim telah kambuh terutama di
lengan dan kakinya. Dia ingin menggunakan krim yang aman
tetapi bukan krim steroid karena dia telah mendengar tentang
efek sampingnya. JM tidak bersama ibunya.
JM mengalami radang terutama pada lengan dan kakinya.
Pasien atas nama JM berusia 4 tahun dengan keluhan eksim
semakin parah terutama pada lengan dan kakinya. Dimana terapi
terakhir yang digunakan oleh JM adalah ramuan cina yang terbukti
membantu selama seminggu terakhir. Jadi JM menderita penyakit
eksim atau dalam bahasa medis disebut dengan Dermatitis Atopik.
Terapi farmakologi yang kami berikan yaitu obat
golongan kortikosteroid dimana obat yang kami rekomendasikan
adalah salep hydrocortisone 1%. Diberikan salep hydrocortisone
karena dilihat dari gejala yang dialami JM maka kami
merekomendasikan salep hydrocortisone 1% dengan potensi sedang.
Kami tidak memberikan terapi antibiotic karena tidak ada uji hasil
laboratorium, diberikan antibiotic jika hasil laboratorium
menunjukkan bahwa eksim yang dialami JM penyebabnya adalah
bakteri. Tapi karena tidak ada hasil laboratorium jadi kami hanya
merekomendasikan hydrocortisone 1 %. Untuk anak 4 tahun
pemakaiannya harus diawasi dengan baik, dosis yang diberikan
yaitu 2-3 kali sehari dioleskan pada lengan dan kaki yang gatal.
Dapat juga direkomendasikan obat makrolida lakton
yang berasal dari jamur, dimana obat ini adalah obat penekan
kekebalan yang biasa digunakan pada manusia. obat ini
awalnya digunakan secara intravena pada pasien transplantasi
organ, kemudian takrolimus di kembangkan sebagai salep topikal
pada tahun 2000, badan pengawas obat dan makanan AS
menyetujui penggunaan takrolimus topikal sebagai pengobatan
untuk dermatitis atopik (Wilson,2002).
Tujuan terapi yang diinginkan yaitu menghentikan
penggunaan ramuan cina karena ramuan cina mempunyai beberapa
kekurangan sehingga dapat menyebabkan efek samping. Beberapa
kekurangan Seperti ketepatan dosisnya, ketepatan waktu
penggunaannya, ketepatan telaah informasinya, kebenaran bahan,
dan ketepatan cara penggunaannya.
D. HASIL DISKUSI
1. Apakah terapi air laut bisa digunakan dalam mengatasi eksim atau gatal-gatal
pada kulit?
Jawab :
Menurut jurnal penelitian Angelina Ferawaty Siregar, Agus Sabdono, Delianis
Pringgenies tahun 2012 di dalam laut terdapat tanaman yaitu Rumput laut.rumput
laut memiliki kandungan metabolit primer dan sekunder. Kandungan metabolit
primer seperti vitamin, mineral, serat, alginat, karaginan dan agar banyak
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik untuk pemeliharaan kulit. Dan rumput laut
juga memiliki kandung snyawa antibiotik yang di mana bermanfaat sebagai
Pencegahan terhadap serangan infeksi seperti infeksi bakteri,jamur,virus, atau
dapat di katakan dengan penyakit kulit.
2. Apakah penyebab datangnya penyakit kulit pada anak itu berasal dari jamu cina
yang di minum ?
Jawab :
Tidak, jamu cina yang diminum oleh anak itu justru digunakan untuk mengobat
eksim pada anak itu, tetapi karena ibunya tidak mengetahui efek samping jamu
cina itu jika dikomsumsi terus menerus akhirnya dia ingin menghentikannya dan
beralih ke obat lain yang lebih aman. Jamu cina banyak digunakan untuk
mengobati gatal-gatal atau alergi dan penyakit kulit lainnya.

3. Apakah ruam disekujur badan merupakan eksim ?


Jawab :
Eksim itu istilah umum dari peradangan kulit yang biasanya gatal, atau disebut
dermatitis. Penyebabnya bisa banyak hal. Kalau pada dermatitis atopic, karena
ada ketidaksempurnaan pada kulit orang tersebut sehingga mudah gatal, lebih
karena faktor genetik. Dermatitis atopic pada umumnya diderita oleh anak-anak
di bawah lima tahun, dan biasanya disebut ruam susu yang terletak pada pipi.
Kondisi ini memiliki prevalensi atau frekuensi kemunculan sebesar sembilan
hingga 21 persen. Bila ruam tersebut sering muncul hingga dewasa, maka dapat
dikatakan sebagai dermatitis atopic. Namun pada orang dewasa, prevalensinya
muncul hanya dua hingga sepuluh persen. ( Menurut Rachel Djuanda, dokter
spesialis kulit Rumah Sakit Bunda Menteng) .

4. Apakah aman untuk anak-anak mengkomsumsi jamu cina ?


Jawab :
Menurut jurnal Identifikasi penggunaan obat tradisonal cina, Berdasarkan data
yang diperoleh tentang khasiat penggunaan obat tradisional cina oleh
pembeli hasil penggunaan terbanyak adalah untuk pengobatan kulit yaitu
sebesar 39,40%. Penggunaan untuk penyakit kulit menjadi pilihan terbanyak
di masyarakat karena kebanyakan masyarakat sudah pernah menggunakan
obat tersebut dan terbukti berkhasiat cepat pada penyembuhan kulit. Dapat
disimpulkan bahwa obat tradisional Cina sebagian besar digunakan pada
jenis penyakit kulit dengan jenis sediaan serbuk yang digunakan hanya
pada saat sakit saja dan dapat digunakan oleh semua kalangandengan alasan
penggunaan karena memiliki
khasiat yang lebih cepat
dibandingkan dengan obat
modern.
5. Pada kasus ini jenis eksim nya apa? Jelaskan pembagian eksim atau
dermatitisnya.
Jawab:
pada kasus ini eksimnya adalah eksim basah
Dermatitis atopik digolongkan menjadi:
1. Dermatitis atopik ringan : perubahan warna kulit menjadi kemerahan,
kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder.
2. Dermatitis atopik sedang : kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau
sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi.
3. Dermatitis atopik berat :kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan
tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
(Itqiyah Nurul. 2007)
6. Jelaskan penatalaksaan pada dermatitis atopik. Dan obat yang diberikan?
Jawab:
Penatalaksanaan dermatitis atopik terdiri atas pengobatan, identifikasi dan
penghindaran faktor pencetus. Tindakan hidrasi kulit dilakukan sebelum
pemberian obat topikal. Hidrasi Kulit : (1)Penggunaan pelembab kulit,
Pelembab dapat mengurangi kekeringan kulit dan rasa gatal. Mengurangi
keinginan untuk menggaruk, sehingga kulit tidak mudah teriritasi,
(2)Mandi teratur / mandi rendam, Mandi secara teratur dapat
melembabkan kulit dan melepaskan krusta.(3)Pembersihan Luka,
Pembersihan luka yaitu pengeluaran debris organik maupun anorganik
sebelum menggunakan balutan untuk mempertahankan lingkungan yang
optimum pada tempat luka untuk proses penyembuhan yang bertujuan
untuk membersihkan kulit, menghilangkan krusta, skuama, dan obat lama
(Morinson. 1992) dan (Lestari, dkk. 2004).
Penatalaksanaan pengobatan yang umum diberikan pada klien yang
didiagnosis dermatitis atopik adalah Dexametason, CTM, Hydrocortison
salep (kortikosteroid topikal) atau Betametashon salep.
7. Adakah batasan umur tes alergi dan bagaimana prosedur tes alergi?
Jawab:
Tes alergi tidak ada batas usia. Kapan saja boleh. Namun secara teknis,
disarankan kalau 3 tahun keatas untuk tes. Sedangkan dibawah tiga tahun,
anak bisa melakukan tes alergi melalui laboratorium. Pemeriksaan untuk
alergi obat tebagi menjadi pemeriksaan in vivo dan in vitro. Beberapa
pemeriksaan khusus yang penting untuk diagnosis alergi obat adalah tes
kulit untuk reaksi hipersensitivitas cepat (lgE), tes tempel, tes provokasi
atau tes dosing, radioallergosorbent test (RAST), mengukur lgG atau lgM
yang spesifik untuk obat, mengukur aktivasi komplemen, mengukur
pelepasan histamin atau mediator lain dari basofil, mengukur mediator
seperti histamin, prostaglandin, leukotrien, triptase, transformasi limfosit,
uji toksisitas leukosit, evaluasi dengan bantuan komputer.
 Tes In Vivo
Tes kulit yang menunjukkan nilai prediksi yang
kuat adalah tes intradermal untuk IgE. Tes kulit hanya dapat dipakai pada
sejumlah obat seperti penisilin, insulin dan kimopapain. Pembacaan tes
kulit dilakukan setelah 15-20 menit dalam reaksi cepat dan setelah 24- 72
jam dalam reaksi lambat. Tes kulit dapat berupa tes tusuk, tes intradermal
ataupun tes tempel. Beberapa indikasi pemeriksaan tes tusuk adalah reaksi
anafilaksis, bronkospasme, konjungtivitis, rinitis dan urtikaria/
angioedema
 Tes In Vitro
Beberapa kondisi dapat membuat pemeriksaan in vitro lebih dipilih
dibanding pemeriksaan in vivo, yaitu jika penderita menunjukkan
demografisme, iktiosis atau ekzema sistemik, menggunakan antihistamin
kerja panjang atau antidepresan trisiklik, berisiko jika obat dihentikan,
penderita menolak tes kulit atau dugaan tinggi resiko anafilaksis dengan
tes kulit terhadap alergen tertentu. Pemeriksaan serum triptase, RAST, dan
Enzyme- linked Immunosorbent Assay (ELISA) digunakan pada kondisi
alergi obat melalui reaksi tipe I dengan anafilaksis. Ketika terjadi reaksi
anafilaksis akibat alergi obat, maka perlu dilakukan penulusuran secara
restrospektif. Reaksi anafilaksis dapat dideteksi dengan pemeriksaan
histamin dan atau N-methylhistamin pada urin 24 jam. Pemeriksaan RAST
dan ELISA dapat mengukur IgE terhadap beberapa obat dalam sirkulasi
sehingga dapat dipakai untuk identifikasi penyebab. Pada beberapa obat
seperti eritromisin, trimetoprim, sulfometoksazol, rifampisin, vankomisin
dan isoniazid dilaporkan adanya penemuan IgE yang spesifik. Hasil positif
metode pengukuran IgE ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya risiko pada penederita, namun hasil negatif tidak dapat
menyingkirkan risiko tersebut. Jika dibandingkan dengan tes tusuk,
metode ini kurang sensitif.
E. KONSELING

Ibu pasien : Selamat pagi


Apoteker : Selamat Pagi, Perkenalkan Saya Tn.Y Apoteker dari apotek Setia
abadi Farma. Ada yang bisa saya bantu?
Ibu pasien : Saya ingin membeli obat terkait gatal yang saya alami.
Apoteker : Baik bu, Bisakah saya meminta waktu ibu untuk konseling?
Ibu pasien : Iya bu
Apoteker : Nama ibu Siapa? Alamatnya dimana? No. Hp ? Punya riwayat
alergi?
Ibu pasien : Nama Saya X, Alamatnya di Mojosongo, 0858512, tidak punya
alergi
Apoteker : Maaf bu, sebelumnya apa saja keluhan yang anak ibu rasakan?
Ibu pasien : Gatal pada pergelangan tangan ...
Apoteker : Boleh saya lihat pergelangan tangan nya bu?
Ibu pasien : Ini ...
Apoteker : Setelah saya melihat pergelangan tangan ibu terlihat merah, kulit
menebal, terdapatgaris bergelombang berwarna putih keabuan.
Sejak kapan bu ?
Ibu pasien : Baru 2 hari yang lalu bu
Apoteker : Apa ibu sampai menggaruknya? Dan seberapa sering gatalnya di
pergelangan tangan anda
Ibu pasien : Iya bu, ketika rasa gatal saja, biasanya gatal nya lebih sering pada
malam harisangat gatal sekali sehingga menggangu waktu tidur
saya
Apoteker : Sudah pernah di beri obat?
Ibu pasien : sudah bu, tetapi ramuan cina, jadi belum pernah kasih obat salep
Apoteker : Apakah ada bagian gatal dibagian tubuh yang lain
Ibu pasien : Tidak ada Bu hanya di pergelangan tangan saja
Apoteker : Sesering apakah ibu mengganti spray, handuk atau baju?
Ibu pasien : Saya jarang mengganti spray, karna saya tinggalnya bersamaan
bersama teman saya di asrama.
Apoteker : Baik bu, Sebelumnya apakah sudah pernah periksa ke Dokter?
Ibu pasien : Belum bu.
Apoteker : Baik bu, dari pergelangan tangan yang saya lihat, Hal tersebut
kemngkinan merupakan penyakit dermatitis atopic, yang terjadi
akibat gigitan tungau karena tungau biasanya membuat terowongan
dibawah permukaan kulit sehingga menyebabkan gatal, terutama
pada malam hari.Dan untuk mengatasi keluhan tersebut, saya
berikan salep hidrokortison .
Ibu pasien : Fungsinya apa bu?A : Salep 2-4 berguna untuk mengeringkan
permukaan kulit yang gatal, dan mempercepat pengelupasan kulit.
Bedak caladin berfungsi mengurangi gatal yang mba alami.
Ibu pasien : Bagaimana cara penggunaannya bu?
Apoteker : Salep 2-4 dioleskan tipis setelah cuci tangan, kemudian oleskan
salep setelah salepmengering. Olesakan salep 2-4 sehari 3-4 kali,
jika dalam 3-4 hari tidak ada perbaikansegera konsultasi ke dokter.
Ibu pasien : Bagaimana dengan penyimpanannya?
Apoteker : Obat disimpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
matahari. Bagaiman ibu,, apa sudah jelas?
Ibu pasien : Sudah bu.
Apoteker : Baik bu, bisakah anda mengulangi penjelasan Saya?
Ibu pasien : Salep 2-4 dioleskan tipis setelah cuci tangan, kemudian taburkan
caladin setelah salepmengering. Olesakan salep 2-4 sehari 3-4 kali,
jika dalam 3-4 hari tidak ada perbaikansegera konsultasi ke dokter.
Apoteker : Saya kira ibu sudah paham dengan penjelasan Saya, Obatnya
dapat di tebus di kasir yah bu.
Ibu pasien : Baik bu.
Apoteker : Terima Kasih bu, Semoga lekas sembuh.
DAFT AR PUSTAKA

Avena-Woods, C. (2017). Overview of atopic dermatitis. The American


Journal of Managed Care, 23(8 Suppl), S115–S123. Retrieved
Ashariani, Septina. 2015. Tatalaksana Non-Farmakologi pada Dermatitis
Atopik. Herwanto, Nanny. Studi Retrospektif: Penatalaksanaan
Dermatitis Atopik.
De Benedetto A, Kubo A, Beck LL. Skin barrier disruption: a requirement
for allergen sensitization. Journal Invest Dermatol. 2012;
132(3):949–96. 7. Price SA,
Fadli, dkk. 2017. Identifikasi penggunaan obat china pada pembeli di took
obat cina sekitar pasar 16 ILIR Palembang. Journal Kesehatan
Palembang, Volume 12. No 2.
Osada-Oka, M., Hirai, S., Izumi, Y., Misumi, K., Samukawa, K., Tomita,
S., Iwao, H. (2018). Red ginseng extracts attenuate skin
inflammation in atopic dermatitis through p70 ribosomal
protein S6 kinase activation. Journal of Pharmacological
Sciences, 136(1), 9–15.
Pandapontan, Roy akur, Rengganis Iris. 2016. Pendekatan diagnosis dan
tatalaksana alergi obat. Jurnal penyakit dalam. Volume 3.
Nomor 1.
Sari, Ninda.2018. Calcineurin Inhibitor Topikal Dalam Bidang
Dermatologi
Siregar, angeline ferawaty, 2012. Potensi antibakteri ekstrak rumput laut
terhadap bakteri aeruginosa, staphyloccus epidermidis dan
micrococcus luteus. Journal of marine research, Volume 1,
Nomor 2.
Tim Medical Mini notes , 2019. Buku Basic Pharmacology & Drug Notes
Edisi 2019.
.
LAMPIRAN 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
LAMPIRAN HAFALAN OBAT

1) Hidrokortisone
a. Dosis : dewasa - 100-500 mg 3-4 kali/hari -Anak:25—anak 100
mg
b. indikasi : digunakan untuk mengobati inflamasi kemerahan serta
gatal-gatal pada kulit
c. Interaksi : penurunan efektivitas jika digunakan dengan rifampicin
d. Efek samping : mual atau muntah,sakit kepala atau pusing
e. Mekanisme kerja : Pengurangan komponen vascular dari respons
inflamasi
2) Prednisone
a. Dosis : dewasa 40 mg 2 kali sehari
b. Indikasi : mengurangi peradangan pada alergi,penyakit
autoimun,penyakit kulit
c. Interaksi :penurunan kadar dalam darah jika digunakan bersama
antasida
d. Efek samping :mual,muntah,mulas,sulit tidur
e. Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara menghambat migrasi sel
polimorfonuklear (PMN).
3) Ketoconaszole
a. Dosis : Dewasa 200-400 mg/hari
b. Indikasi :mengatasi jenis infeksi jamur dikulit seperti
panu,kurap,kutu air
c. Interaksi : meningkatkan resiko terjadinya hyperkalemia bila
digunakan dengan eplerenone
d. Efek samping :mual muntah,sakit kepala,depresi,diare
e. Mekanisme kerja : bekerja melemahkan struktur dan fungsi membrane sel
fungi melalui mekanisme blockade sintesis ergosterol melalui inhibisi
sitokrom p-450.
4) Cetirizine
a. Dosis : dewasa 5-10 mg per oral sekali sehari
b. Indikasi : mengatasi gejala alergi seperti pilek,hidung tersumbat
c. Interaksi :mengurangi efektivitas jika digunakan bersama obat asma
teofilin
d. Efek samping :mengantuk,pusing,lemas dan lemah
e. Mekanisme kerja :menghalangi kerja senyawa histamine yang diproduksi
oleh tubuh ketika terpapar oleh allergen.

Anda mungkin juga menyukai