OLEH :
NIM : F201801121
KELAS : B3 FARMASI
UNIVERSITAS MANDALA
WALUYA KENDARI
2021
A. Teori umum
1. Definisi
Dermatitis Atopik (DA) atau dalam istilah awam dikenal dengan
Eksim Atopik merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan
inflamasi kronik pada kulit. Penyakit ini disebabkan karena
keturunan, artinya dapat menyerang satu keluarga penuh karena
penyakit ini berkaitan dengan gen yang menurunkan sifat dari ayah
dan atau ibu ke anaknya. Sehingga apabila ayah, ibu, kekek, atau
nenek terkena DA maka kemungkinan besar akan menurun ke anak
cucunya, sehingga DA akan mengurangi kualitas hidup pasien
(Avena-Woods, 2017).
2. Patofisiologi
Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien dengan kulit
atopik dikarenakan pasien memiliki IgE yang tinggi sehingga apabila
terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE maka akan
muncul manifestasi klinis berupa dermatitis atau eksim. Dermatitis
atopik Kortikosteroid topikal paling sering digunakan untuk
pengobatan DA, namun memiliki risiko yang lebih besar untuk
terjadinya absorbsi perkutan. 8 Takrolimus diindikasikan untuk DA
sedang hingga berat. 7,12 pengobatan pada pasien dewasa dimulai
dengan salep takrolimus 0,1% dua kali sehari selama 3-4 minggu,
kemudian. dapat diturunkan konsentrasi dan frekuensi pengolesan.
Pasien anak disarankan untuk memulai pengobatan dengan salep
takrolimus 0,03% dua kali sehari selama 3-4 minggu, dilanjutkan
pengolesan sekali sehari hingga lesi membaik. Hasil penelitian
menunjukkan salep takrolimus sama efektifnya dengan
kortikosteroid topikal,7 bahkan lebih baik efektivitasnya pada anak
daripada kortikosteroid topikal. (Ninda sari 2018). DA yang juga
disebut dengan Eczema Atopik ini dapat diperparah karena adanya
suatu alergen dan iritan, misalnya alergi terhadap beberapa makanan,
rhinitis dan asma. Pasien dengan DA memiliki sensitivitas kulit yang
tinggi dan dermatitis dapat muncul dalam berbagai kondisi
Dermatitis Atopik ini dapat diikuti dengan adanya pruritas, xerosis,
dan infeksi kulit (Craddock et al., 2018)
Dermatitis atopik dapat menyerang berbagai usia, mulai dari
bayi, anak- anak, hingga dewasa. Prevalensi DA di indonesia
meningkat pada akhir dekade meliputi 10-20% pada bayi dan anak, 1-
3% pada dewasa dan pada tahun 2012 pasien DA berumur 13-14 tahun
sebanyak 1,1%(Kelompok studi dermatologi anak indonesia. DA
lebih banyak terjadi pada laki-laki karena onset penyakit yang lama.
Terdapat dua teori mengenai patofisiologi DA yaitu sawar darah kulit
yang rendah sehingga apabila terpapar sedikit alergen dengan segera
muncul rekasi inflamasi. Kedua dikarenakan adanya disfungsi gen
misalnya gen filaggrin (FLG) sehingga kelembaban kulit rendah
kemudian kulit menjadi kering dan mudah merasa gatal (Avean-
Woods, 2017)
3. Terapi farmakologi dan non farmakologi
Pengobatan dermatitis atopik adalah Kortikosteroid topikal,
Kortikosteroid topical digunakan untuk mengatasi
inflamasi/peradangan yang membuat rasa gatal dan kering. Steroid
bekerja dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel
kemudian mencegah perubahannya menjadi prostaglandin dan
mediator inflamasi lainnya, Antibiotik, jika ada infeksi sekunder
antibiotik terutama ditujukan pada bakteri Staphylococcus, Anti
Pruritus/Sedatif, kecemasan atau stress emosional ikut berperan pada
dermatitis atopik, obat anti pruritus/sedatif untuk mengurangi rasa
gatal. Ada banyak terapi farmakalogis untuk DA mulai dari anti-
inflamasi, antibiotic dan antipruritus. Walaupun demikian, ada juga
terapi non-famakologi yang mungkin sama berhasilnya dengan
terapi farmakologi walaupun tidak sama popular (Sari ninda, 2018).
Steroid Topikal Steroid topikal merupakan terapi pilihan utama
untuk DA. Bahan dasar salep lebih disukai terutama pada lingkungan
yang kering. Steroid topikal yang dapat dapat digunakan adalah:
Hidrokortison 1%, diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di area wajah
dan lipatan, Triamsinolon dan betamethasone valerate (steroid
potensi sedang), diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi di seluruh tubuh,
hindari area wajah dan lipatan, Regimen bubuk hidrokortison 1.25%
dalam acid mantle, digunakan tipis-tipis sebagai pelembab untuk
terapi pemeliharaan, dinilai efektif dan aman untuk digunakan dalam
periode bulan, Steroid dihentikan saat lesi menghilang, dan diberikan
kembali jika lesi baru muncul (Monica S. 2008).
Terapi non farmakologi
Menjaga Hidrasi Kulit Menjaga hidrasi kulit sangat
penting dalam penanganan DA, di antaranya dengan cara
mandi air hangat, menggunakan pelembab kulit, dan wet
dressing
Mandi Mandi bahkan berendam dengan air yang hangat
selama 5‒ 10 menit, 1‒2 kali sehari dapat menghidrasi kulit.
Frekuensi mandi disesuaikan dengan tingkat keparahan DA.
Prosis ini dianjurkan untuk membantu membersihkan kulit,
Harus dihindari penggunaan sabun mengandung
pengharum maupun zat lain yang dapat mengiritasi kulit.
Pelembab Kulit Peranan pelembab dalam tata laksana
dermatitis atopik adalah untuk menjaga barrier kulit agar
tidak mudah ditembus oleh berbagai paparan dari luar,
Pelembab diaplikasikan 2x sehari atau seperlunya, tanpa
digosok keras, dan paling baik diberikan setelah mandi.
Wet Dressing Wet dressing atau membalut basah kulit
dilakukan untuk membantu menenangkan lesi kulit,
mengurangi gatal dan eritema, melembutkan krusta, dan
mencegah pasien menggaruk.
Penerapan wet dressing harus ditunda 2‒3 hari setelah
terapi antibiotik topikal selesai pada lesi superinfeksi.
Mengatasi Iritasi Kulit Beberapa regimen dapat
digunakan untuk mengatasi iritasi kulit akibat DA.,
bahkan fototerapi. (Septina, 2015)
B. PAPARAN KASUS
ST asks your advice about her 4-years-old daugther JM whose
eczema has worsened recently. She tells you that she has been
using Chinese herbs, which have proved very helpful until the last
week or so. The eczema has flared up especially on her arms and
legs. She would like to use a safe cream but not a steroid cream as
she has heard about side-effects. JM is not with her mother.
A
r
t
i
n
y
a
:
ST meminta nasehat Anda tentang putrinya yang berusia 4
tahun JM yang eksimnya semakin parah belakangan ini. Dia
memberi tahu Anda bahwa dia telah menggunakan jamu Cina,
yang terbukti sangat membantu sampai sekitar seminggu terakhir.
Eksim telah kambuh terutama di lengan dan kakinya. Dia ingin
menggunakan krim yang aman tetapi bukan krim steroid karena dia
telah mendengar tentang efek sampingnya. JM tidak bersama
ibunya.
Nama Pasien : JM
Umur : 4 tahun
Keluhan Utama : Eksimnya semakin parah
belakangan ini, terutama pada lengan dan kakinya
Riwayat Pengobatan : Ramuan Cina
Masalah dalam Kasus : Pasien ingin menggunakan
krim untuk terapinya. Tetapi bukan krim yang
mengandung steroid.
C. PEMBAHASAN
Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien dengan
kuit atopik dikarenakan pasien memiliki IgE yang tinggi sehingga
apabila terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE
maka akan muncul manifestasi klinis berupa dermatitis atau
eksim. Faktor lain yang dapat menyebabkan DA adalah faktor
lingkungan. Pada penelitian in vivo DA sering dikaitkan dengan
mutasi gen filaggrin yang merupakan gen epidermal.(Eyerich et
al., 2019).
Dermatitis atopik dapat menyerang berbagai usia, mulai
dari bayi, anak- anak, hingga dewasa. Prevalensi DA di indonesia
meningkat pada akhir dekade meliputi 10-20% pada bayi dan anak,
1-3% pada dewasa dan pada tahun 2012 pasien DA berumur 13-14
tahun sebanyak 1,1%(Kelompok studi dermatologi anak indonesia.
DA lebih banyak terjadi pada laki-laki karena onset penyakit yang
lama. Terdapat dua teori mengenai patofisiologi DA yaitu sawar
darah kulit yang rendah sehingga apabila terpapar sedikit
alergen dengan segera muncul rekasi inflamasi. Kedua
dikarenakan adanya disfungsi gen misalnya gen filaggrin (FLG)
sehingga kelembaban kulit rendah kemudian kulit menjadi kering
dan mudah merasa gatal (Avean-Woods, 2017).
1) Hidrokortisone
a. Dosis : dewasa - 100-500 mg 3-4 kali/hari -Anak:25—anak 100
mg
b. indikasi : digunakan untuk mengobati inflamasi kemerahan serta
gatal-gatal pada kulit
c. Interaksi : penurunan efektivitas jika digunakan dengan rifampicin
d. Efek samping : mual atau muntah,sakit kepala atau pusing
e. Mekanisme kerja : Pengurangan komponen vascular dari respons
inflamasi
2) Prednisone
a. Dosis : dewasa 40 mg 2 kali sehari
b. Indikasi : mengurangi peradangan pada alergi,penyakit
autoimun,penyakit kulit
c. Interaksi :penurunan kadar dalam darah jika digunakan bersama
antasida
d. Efek samping :mual,muntah,mulas,sulit tidur
e. Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara menghambat migrasi sel
polimorfonuklear (PMN).
3) Ketoconaszole
a. Dosis : Dewasa 200-400 mg/hari
b. Indikasi :mengatasi jenis infeksi jamur dikulit seperti
panu,kurap,kutu air
c. Interaksi : meningkatkan resiko terjadinya hyperkalemia bila
digunakan dengan eplerenone
d. Efek samping :mual muntah,sakit kepala,depresi,diare
e. Mekanisme kerja : bekerja melemahkan struktur dan fungsi membrane sel
fungi melalui mekanisme blockade sintesis ergosterol melalui inhibisi
sitokrom p-450.
4) Cetirizine
a. Dosis : dewasa 5-10 mg per oral sekali sehari
b. Indikasi : mengatasi gejala alergi seperti pilek,hidung tersumbat
c. Interaksi :mengurangi efektivitas jika digunakan bersama obat asma
teofilin
d. Efek samping :mengantuk,pusing,lemas dan lemah
e. Mekanisme kerja :menghalangi kerja senyawa histamine yang diproduksi
oleh tubuh ketika terpapar oleh allergen.