Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU RESEP

PENYELESAIAN KASUS DERMATITIS

Nama : Mustawakal masempo

Nim : F201801208

Kelas : B4

Kelompok/Batch : VIII (8)/ B

Asisten : Mesy Oktaviani

Koor. Lab : Syaiful Katadi,M.ClinPharm.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
BAB 1
LANDASAN TEORI

1. Definisi penyakit
a) Dermatitis Kontak Alergi
Reaksi peradangan lokal nonimunologik pada kulit yang
disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun
biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit
ini. Dermatitis Kontak ini merupakan salah satu penyakit kulit akibat
kerja. Penyakit ini ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang
mempunyai ciri-ciri yang luas, meliputi : rasa gatal, kemerahan,
skuama, vesikel, dan krusta papulovesikel.(Jurnal Kesehatan
Masyarakat e-journal, 2014).
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor
endogen, dengan kelainan klinis berupa effloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.Etiologi dari dermatitis dapat dipilah menjadi tiga, yakni eksogen
(dari luar tubuh), seperti : zat-zat kimia, suhu, mikroorganisme, dan
endogen (dari dalam tubuh), seperti pada dermatitis atopik, sedangkan
sisanya idiopatik. Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan
oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.Dermatitis kontak
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni dermatitis kontak alergi
(DKA), dan dermatitis kontak iritan (DKI). Berdasarkan ulasan
Thyssen, dkk. mengenai prevalensi dermatitis kontak alergi pada
seluruh kelompok umur di beberapa negara bagian Amerika Utara dan
Eropa Barat tahun 1966 hingga 2007, median prevalensi dermatitis
kontak alergi terhadap paling sedikit 1 alergen adalah 21,2% (12,5% -
40,6%,) dengan rata – rata prevalensi sebesar 19,5%.2 Secara umum
alergen spesifik penyebab alergi kontak berbeda pada tiap negara.
Namun secara umum alergen yang paling sering menyebabkan
terjadinya alergi kontak dermatitis ini adalah nikel, thimerosal, dan
parfum campuran.
Produk perawatan kulit, rambut, kosmetik kuku, parfum, make-up,
sunscreen, perlengkapan cukur dan deodorant merupakan urutan
terbanyak penyebab reaksi alergi. Reaksi alergi terhadap kosmetik bisa
disebabkan oleh bahan-bahan yang ada didalamnya, meliputi: bahan
pengawet, vehikulum/ emulsifiers, pewangi dan bahan
pewarna.Imidazolidinyl urea merupakan salah satu bahan pengawet
utama yang digunakan pada kosmetik, terutama digunakan sebagai
pengawet pada losio, krim, kondisioner rambut, sampo dan deodorant
(Jurnal Ilmu Kesehatan Kelamin dan Kulit, 2014).

2. Patofisiologi
Mekanisme terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti
respons imun yarng diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons)
atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi
ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan faseelisitasi. Hanya
individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA. Sentisisasi
terjadi dalam beberapa minggu setelah kontak dengan allergen (referensi
lain mengatakan terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi belum terjadi
perubahan pada kulit. Perubahan padakulit terjadi setelah adanya kontak
yang berikutnya terhadap allergen, walaupun dalamjumlah yang sangat
sedikit. Sensitifitas tersebut akan bertahan selama berbulan-bulan,bertahun-
tahun, bahkan seumur hidup (Jurnal Penelitian Medis, 2015).
3. Terapi farmakologi dan nonfarmakologi
a) Terapi Farmakologi(E-Jurnal Medika Vol. 6 No 8,Agustus 2017)
1) Kortikosteroid topikal
Untuk manajemen kortikosteroid topikal, bahan aktif yang sering
digunakan adalah mometason furoat, desoksimetason, klobetasol
propionate, hidrokortison, betametason, triamsinolon.
2) Antibiotik topical.
Pemberian antibiotik ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder. Bahan aktif antibiotik yang digunakan adalah
chlorampenicol dan gentamisin.
3) Anti-histamin oral
4) Vitamin oral,
5) Kortikosteroid oral,
6) Keratolitik topikal,
7) Kompres NaCl 0,9%,
8) Pelembab dan antijamur.

b) Terapi non farmakologi (E-Jurnal Medika Udayana, 2014)


1) Membersihkan bagian yang terkena dengan cara mengompres
menggunakan air hangat (32,2º C) atau lebih dingin.
2) Pencucian menggunakan sabun hipoalergenik dan jangan menggosok
bagian yang ruam.
BAB II
PAPARAN KASUS

English
You are asked to speak to a patient on the phone about some cream
she purchased at your pharmachy earlier today. The patient says she
bought some Eumovate Eczema and Dermatitis Cream For a rash caused
by a new deodorant. However, when she got home and read the patient
information leaflet (PIL), She discovered that it should not be used by
breastfeeding mothers without medical advice. She had her first baby 4
months ago and is breastfeeding.
Translate :
Anda diminta untuk berbicara dengan pasien di telepon tentang
krim yang dia beli di apotek Anda hari ini. Pasien mengatakan dia
membeli beberapa Eumovate Eczema dan Dermatitis Cream untuk ruam
yang disebabkan oleh deodoran baru. Namun, ketika dia pulang dan
membaca brosur informasi pasien (PIL), dia menemukan bahwa itu tidak
boleh digunakan oleh ibu menyusui tanpa nasihat medis. Dia melahirkan
bayi pertamanya 4 bulan lalu dan sedang menyusui.
BAB III
PEMBAHASAN

dalam praktikum kali ini kami mendapat kasus 2 mengenai Dermatitis


Kontak Alergi dimana Apt diminta untuk berbicara dengan pasien di telepon
tentang krim yang dia beli di apotek hari ini. Pasien mengatakan dia membeli
beberapa Eumovate Eczema dan Dermatitis Cream untuk ruam yang disebabkan
oleh deodoran baru. Namun, ketika dia pulang dan membaca brosur informasi
pasien (PIL), dia menemukan bahwa itu tidak boleh digunakan oleh ibu menyusui
tanpa nasihat medis. Dia melahirkan bayi pertamanya 4 bulan lalu dan sedang
menyusui. Nah pada kasus ini kami memaparkan bahwa Dermatitis adalah
peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen, dengan kelainan klinis berupa effloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.Etiologi dari dermatitis dapat dipilah menjadi tiga, yakni eksogen (dari luar
tubuh), seperti : zat-zat kimia, suhu, mikroorganisme, dan endogen (dari dalam
tubuh), seperti pada dermatitis atopik, sedangkan sisanya idiopatik. Dermatitis
kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
pada kulit.Mekanisme terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti
respons imun yarng diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau
reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi
melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan faseelisitasi. Hanya individu yang telah
mengalami sensitisasi dapat menderita DKA. Sentisisasi terjadi dalam beberapa
minggu setelah kontak dengan allergen (referensi lain mengatakan terjadi dalam 5
hari atau lebih), tetapi belum terjadi perubahan pada kulit. Perubahan padakulit
terjadi setelah adanya kontak yang berikutnya terhadap allergen, walaupun
dalamjumlah yang sangat sedikit. Sensitifitas tersebut akan bertahan selama
berbulan-bulan,bertahun-tahun, bahkan seumur hidup (Jurnal Penelitian Medis,
2015).
Dan kami juga melanjutkan terapi obat Eumovate Eczema karena alasan
beberapa hal yaitu ibu ini sudah terlanjutr membeli obat ini, kemasan sudah
dibuka dan melihat brosur obat ada peringatan “Tidak boleh dipakai ibu menysusi
tanpa nasihat medis (Dokter dan Apoteker). Karena Menurut dr. Fitria Ayu
Sutanti, 2020 Kortikosteroid merupakan obat golongan steroid, yang berfungsi
untuk membantu mengurangi peradangan, gejala inflamasi, mengurangi gejala
gatal pada alergi dan dapat menekan sistem imun. Kortikosteroid topikal dalam
bentuk kream/salep umumnya memiliki toleransi yang baik pada tubuh. Obat jenis
ini biasanya seringkali digunakan pada kelainan kulit karena alergi, iritasi kulit
eksim, dermatitis, maupun kelainan kulit lainnya akibat kondisi medis tertentu.
Kortikosteroid topikal umumnya mengandung kadar steroid yang rendah dan
cukup baik ditoleransi bagi tubuh, serta jarang menimbulkan efek samping yang
bermakna. Penggunaan krim kortikosteroid juga cukup aman digunakan pada
wanita hamil dan menyusui. Obat tersebut tidak akan mempengaruhi produksi
maupun kandungan ASI bagi ibu menyusui. Sehingga tidak akan mempengaruhi
kondisi anak. Kemudian Pandangan dokter dari Buku “Symptoms in the
pharmacy A Guide to the Management of Common Illness” Mengatakan Sangat
kecil kemungkinannya bahwa Eumovate akan menimbulkan masalah bagi bayi,
terutama karena pengobatannya akan berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat. Nasihat yang diberikan tentang kortikosteroid dan menyusui di BNF
menyatakan bahwa 'dosis ibu hingga 40 mg prednisolon setiap hari tidak mungkin
menyebabkan efek sistemik pada bayi'. Karena sangat sedikit steroid potensi
sedang topikal yang mungkin diserap, kemungkinan masalah sangat tidak
mungkin. Kemungkinan peringatan tersebut dimasukkan ke dalam PIL karena
alasan hukum defensif karena tidak ada bukti penelitian yang tersedia dalam
situasi ini.Maka diputuskan untuk melanjutkan terapi ini yaitu Eumovate Eczema.
Adapun komposisi dari obat Eumovate Eczema & Dermatitis Cream :

• Clobetasone butyrate 0,05 % w/w

• Ceostearyl alcohol

• Chlorocresol
Produk ini sesuai untuk digunakan pada orang dewasa dan anak-anak
berusia 12 tahun atau lebih. Produk ini harus dioleskan secukupnya (gosok dengan
lembut, gunakan hanya cukup untuk menutupi area yang terkena satu atau dua kali
sehari hingga 7 hari. Jika kondisinya hilang dalam 7 hari, pengobatan dengan
produk ini harus dihentikan. Jika kondisi tidak kunjung membaik dalam 7 hari
pertama atau semakin parah konsumen sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Jika setelah 7 hari pengobatan terlihat perbaikan tetapi pengobatan lebih lanjut
diperlukan, konsumen harus menemui dokter.
1. Hasil Diskusi :
1) Santi Mafbriana
Bagaimana cara pemberian antihistamin oral pada penyakit dermatitis
kontak alergi ?
Jawaban :
Antihistamin banyak macamnya, jadi kita mengambil contoh obat
cetirizine yang aman untuk ibu menyusui. Menurut buku Basic
Pharmacology & Drug Notes cara pemakaian atau dosisnya yaitu 1 x 10
mg/hari dan hentikan pemakaian obat jika ruam sudah sembuh.

2) Nurbayanti
Dalam kasus diceritakan Apoteker tidak menanyakan ruamnya tapi
anda menyuruh pasien menggunakannya. Kenapa bisa anda memberi
atau menyuruh pasien menggunakan krim tersebut tanpa mengetahui
yang pasien alami ?
Jawaban :
Sudah dipaparkan dalam kasus bahwa si Pasien melakukan
konsultasi melalui telpon mengenai obat yang baru saja dibeli yaitu
Eumovate Eczema karena sesampainya dirumah ia melihat brosur obat
tersebut ternyata aturan pakai harus dijelaskan atau dikonsultasikan
dulu pada Apoteker atau Dokter selaku tenaga medis yang
bersangkutan. Maka Apoteker mengetahui langsung bahwa itu adalah
obat dermatitis dengan pendapat dokter seperti yang sudah saya
paparkan pad ppt dokter mengatakan obat golongan kortikosteroid
memang obat keras tetapi masih bisa atau aman diberikan kepada ibu
menyusui tetpi harus dengan edukasi pemakaian obat yang benar, maka
Apt menyarankan obat tetap di gunakan demgan aturan pakai 2 x sehari
sebanyak setengah ruas jari dioleskan pada ruam dan hentikan
pemakaian setelah ruam sembuh, kemudian sebelum dan sesudah
menggunakn harus terlebih dahulu mencuci tangan.
3) Aprilia Anjelina dan Linsepda Limbong
Mengapa obat eumovate eczema masih tetap digunakan kenapa tidak
diganti? Padahal sudah jelas bahwa obat itu tidak bisa digunakan bagi
ibu menyusui?
Jawaban :
Sudah jelas dipaparkan pada kasus bahwa brosur dalam obat tertera
peringatan “Tidak boleh digunakan ibu menyusui tanpa nasihat
medis”. Jadi kami tidak menganti obatnya karena ibu itu sudah
terlanjur membeli obatnya dan membuka kemasan obat, ibu ini
konsultasi melalui via telpon, kemudian menurut Pandangan dokter dari
Buku “Symptoms in the pharmacy A Guide to the Management of
Common Illness” Mengatakan Sangat kecil kemungkinannya bahwa
Eumovate akan menimbulkan masalah bagi bayi, terutama karena
pengobatannya akan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
Nasihat yang diberikan tentang kortikosteroid dan menyusui di BNF
menyatakan bahwa 'dosis ibu hingga 40 mg prednisolon setiap hari
tidak mungkin menyebabkan efek sistemik pada bayi'. Karena sangat
sedikit steroid potensi sedang topikal yang mungkin diserap,
kemungkinan masalah sangat tidak mungkin. Kemungkinan peringatan
tersebut dimasukkan ke dalam PIL karena alasan hukum defensif
karena tidak ada bukti penelitian yang tersedia dalam situasi ini. Maka
Apoteker memutuskan untuk melanjutkan terapi ini dengan memberi
edukasi kepada pasien untuk penggunaan yang benar karena dengan
edukasi dari apt dan dokter maka obat ini tetap bisa digunakan dan
pasien tidak perlu khawatir lagi.
4) Lisa Riantika
Apa penyebab dermatitis ini terjadi pada ibu menyusui ? Bagaimana
terapi yang diberikan selain menggunakan obat?
Jawban :
Penyebab DKA yang paling umum adalah kontak dengan allergen,
dan dalam kasus sudah dipaparkan penyebab ibu mengalami ruam atau
gejala dari DKA adalah penggunaan deodorant jadi ada salah satu
kandungan dalam deodorant itu yang menyebabkan pasien mengalami
ruam. Adapun cara lain selain menggunakan terapi obat yaitu dengan
Membersihkan bagian yang terkena dengan cara mengompres
menggunakan air hangat (32,2º C) atau lebih dingin. Serta pencucian
menggunakan sabun hipoalergenik dan jangan menggosok bagian yang
ruam.

5) Fautina Salasa
Apa kandungan dalam deodorant itu yang menyebabkan ruam atau
DKA pada pasien ?
Jawaban :
Bahan pengawet, vehikulum/ emulsifiers, pewangi dan bahan
pewarna.Imidazolidinyl urea merupakan salah satu bahan pengawet
utama yang digunakan pada kosmetik, terutama digunakan sebagai
pengawet dandeodorant.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Gastroenteritis, Centre for Disease Control, (diambil dari


http//www.nt.gov.au/health/cdc, diakses tanggal 19 Juli 2013).
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 352, Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Depkes, 2008, Modul 1 Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Memilih Obat bagi Tenaga Kesehatan, 6-7, Direktorat
Bina Penggunaan Obat Rasional, Jakarta.
Kemenkesa, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare
di Indonesia, Vol.2, 1,6, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Kemenkesb, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, 1-
2, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Kemenkesc, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, 4-5, Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th edition, Lexy Comp, United States.
Muttaqin, A., dan Sari K., 2011, Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, 459, Salemba Medika, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai