KIMIA MEDISTINAL II
Beberapa sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan aktivitas biologis antara
lain adalah ionisasi, pembentukan kelat, potensi redoks dan tegangan permukaan.
Contoh :
RNH 3 ↔ RNH 2+ H + ¿¿
pKa= pH +log ( RNH 3 ) /(RNH 2)
Persen perhitungan ionisasi fenobarbital (pKa = 7,4) pada berbagai macam
pH .
Perubahan pH dapat berpengaruh terhadap sifat kelarutan dan koefisien
partisi obat.
2. Obat yang aktif dalam bentuk ion
Reaksi redoks adalah perpindahan elektron dari satu atom ke atom molekul
yang lain. Tiap reaksi pada organisme hidup terjadi pada potensial redoks optimum,
dengan kisaran yang bervariasi, sehingga diperkirakan bahwa potensial redoks
senyawa tertentu berhubungan dengan aktivitas biologisnya. Pengaruh potensial
redoks tidak dapat diamati secara langsung karena hanya berlaku untuk sistem
keseimbangan ion tunggal yang bersifat reversibel, sedang reaksi pada sel hidup
merupakan reaksi yang serentak, termasuk oksidasi ion dan non ion, ada yang
bersifat reversibel adapula yang ireversibel. Hubungan potensial redoks dengan
aktivitas biologisnya secara umum hanya terjadi pada senyawa dengan struktur dan
sifat fisik yang hampir sama. Pada sistem interaksi obat secara redoks, pengaruh
sistem distribusi dan faktor sterik sangat kecil.
Contoh :
a. Turunan kuinon, menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus pada E0 antara (-) 0,10 sampai (+) 0,15 V, dan aktivitas maksimum dicapai
pada E0 = (+) 0,03 V.
b. Sb dan As, menunjukkan aktivitas terhadap Trypanosoma sp. Pada E0 antara (-)
0,12 sampai (+) 0,06 V, dan aktivitas tertinggi terjadi pada E0 = (-) 0,01 V.
c. Riboflavin
Riboflavin adalah koenzim faktor vitamin; aktivitas biologisnya bergantung pada
kemampuan untuk menerima elektron sehingga tereduksi menjadi bentuk
dihidronya. Reaksi ini terjadi pada E0 = (-) 0,185 V.
antagonis riboflavin.
Contoh :
Bila 2 gugus metil dari riboflavin diganti dengan gugus Cl, senyawa yang terjadi
mempunyai E0 = (-) 0,095 V dan berfungsi sebagai antagonis riboflavin. Diduga hal ini
disebabkan bentuk dihidro-2-klororiboflavin mempunyai sifat reduksi lebih lemah
dibanding dihidroriboflavin. Senyawa tersebut dapat diabsorbsi pada tempat reseptor
spesifik, tetapi tidak mempunyai potensial yang cukup untuk reduksi biologis. Analog
riboflavin yang tidak bersifat redoks dapat dikembangkan sebagai obat antikanker.
Analog tersebut dibuat dengan mengubah potensial redoks atau memodifikasi
molekul menjadi bentuk dihidro yang tidak dapat dioksidasi.