Anda di halaman 1dari 4

1.

Paracetamol (golongan analgesic-antipiretik)


Dosis :
Dosis paracetamol disesuaikan dengan usia dan kondisi penderita. Berikut adalah
penjelasan paracetamol dalam bentuk obat minum dan suppositoria untuk
meredakan demam dan nyeri:

Dewasa
325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam. Paracetamol biasanya tersedia
dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum
tiap 4–6 jam sekali untuk meredakan demam.

Anak < 2 bulan
10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran dokter.

Anak 2 bulan–12 tahun
10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis maksimal 5
kali pemberian dalam 24 jam.

Anak > 12 tahun
325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.

Khusus untuk paracetamol infus, dosis dan pemberiannya akan dilakukan langsung
oleh dokter atau oleh petugas medis di bawah pengawasan dokter sesuai kondisi
pasien
Indikasi :
Indikasi paracetamol adalah untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada berbagai
penyakit seperti demam dengue, tifoid, dan infeksi saluran kemih. Pada pasien
anak, paracetamol digunakan saat suhu > 38,5 C.
Meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, serta
menurunkan demam.

Kontra indikasi: Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap


Paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.

Efeksamping : NSAID memiliki efek samping serupa karena didasari oleh hambatan pada system
biosintesis prostaglandin. Secara umum NSAID dapat menyebabkan efek samping
pada tiga sistem organ, yaitu saluran cerna, ginjal dan hati (Katzung, 2011). Terdapat
dua mekanisme iritasi lambung, iritasi yang bersifat lokal menimbulkan difusi asam
lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan dan iritasi secara sistemik
akan melepaskan PGE2 dan PGI2 yang akan menghambat sekresi asam lambung dan
merangsang sekresi mukus usus halus. Pada beberapa orang dapat terjadi
hipersensitivitas. Namun dalam obat parasetamol, efek sampingnya tidak begitu
berbahaya, tetapi apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan hati (Goodman and Gilman, 2012).
Interaksi :
 paracetamol dapat berinteraksi jika digunakan dengan obat lainnya. Berikut ini
beberapa interaksi yang dapat terjadi:
 Meningkatkan risiko perdarahan, jika digunakan bersamaan dengan warfarin.
 Menurunkan efek paracetamol, jika digunakan
dengan carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, cholestyramine, dan imatinib.
 Meningkatkan efek samping obat busulfan.
 Meningkatkan kemungkinan munculnya efek samping paracetamol, jika
digunakan dengan metoclopramide, domperidone, atau probenecid.

Mekanisme kerja : Parasetamol bekerja secara non selektif dengan menghambat enzim
siklooksigenase (cox-1 dan cox-2). Pada cox-1 memiliki efek cytoprotektif yaitu
melindungi mukosa lambung, apabila dihambat akan terjadi efek samping pada
gastrointestinal. Sedangkan ketika cox-2 dihambat akan menyebabkan
menurunnya 20 produksi prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator
nyeri, demam dan anti inflamasi. Sehingga apabila parasetamol menghambat
prostaglandin menyebabkan menurunnya rasa nyeri.

2. Ibuprofen (golongan obat antiinflamasi nonsteroid-OAINS)


Dosis : Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali
sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari. Tidak
boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg. Sebaiknya diminum
setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali
sehari. Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil
selanjutnya dosis dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri
pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis
reumatoid, menurunkan demam pada anak.
Efeksamping : Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum:
rinitis, ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut,
perforasi lambung, ulkus lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati,
urtikaria, purpura, angioedema, nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis
aseptik, gangguan hematologi, reaksi anafilaktik, depresi, kebingungan,
neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat jarang: pankreatitis, gagal hati,
reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens – Johnson, nekrolisis
epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard, hipertensi
Interaksi : Ciclosporin dan tacrolimus, dapat meningkatkan efek samping hiperkalemia dan gangguan
fungsi ginjal. ACE inhibitor dan ARB, dapat menurunkan efek antihipertensi dari kedua
obat tersebut. Lithium dan methotrexate, dapat menaikkan risiko keracunan ibuprofen.
Mekanisme kerja : mekanisme kerja ibuprofen menghambat sintesis hormon prostaglandin
merupakan dasar terjadinya efek antiiflamasi, analgesik, dan antipiretik obat ini
3. Asam mefenamat

Dosis: Dewasa: 3 kali/hari dengan dosis maksimal 500 mg.

Anak di atas 6 bulan: 25 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi hingga 7 hari.

Indikasi: Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit gigi,
nyeri haid, nyeri akibat trauma, nyeri pada otot dan nyeri sesudah operasi

Efeksamping: Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul adalah
diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung, selain itu
dapat juga menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala asma dan kemungkinan
gangguan ginjal
Interaksi: Tidak disarankan mengonsumsi asam mefenamat bersamaan dengan obat
lain karena dapat meningkatkan risiko efek samping dan interaksi yang
serius. Obat aliskiren, Ace inhibitors (kaptopril, Lisinopril), angiotensin, receptor
blockers (valsartan, losartan). Meningkatkan risiko perdarahan pada saluran
pencernaan dengan aspirin, Mengurangi efek natriuretik dari furosemide
atau diuretik tiazid, Penurunan litium ginjal dan peningkatan kadar litium
plasma dan Meningkatkan efek antikoagulan dengan warfarin.

Mekanisme kerja: Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat kerja enzim


sikloogsigenase

4. Dexametason (golongan kortikosteroid/ anti Inflamasi)


Dosis: Dewasa: dosis awal 0,5–9 mg per hari. Dosis maksimal 1,5 mg per hari.
Anak-anak: dosis awal 0,02–0,3 mg/kgBB/hari, dibagi ke dalam 3–4 konsumsi. Dosis
akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan respons pasien.
Kondisi: multiple sclerosis
Dewasa: dosis awal 30 mg per hari selama 1 minggu, diikuti 4–12 mg per hari selama
1 bulan.
Bentuk obat: tetes mata
Kondisi: radang mata
Dewasa: 1 tetes, 4–6 kali per hari
Indikasi: Obat ini digunakan untuk mengatasi peradangan (anti inflamasi), rheumatik arthritis,
alergi dermatitis, rhinitis alergi
Efeksamping: Nafsu makan meningkat
Berat badan bertambah
Perubahan siklus menstruasi
Gangguan tidur
Pusing
Sakit kepala
Sakit perut
Interaksi: Beberapa interaksi obat dengan dexamethasone misalnya :
 Peningkatan risiko hipokalemia : aphotericin B dan loop diuretic
 Penurunan efektivitas obat : isoniazid, salisilat, vaksin, toksoid
 Peningkatan aktivitas dexamethasone : siklosporin
 Peningkatan efek samping gastrointestinal : aspirin dan ethanol
 Penurunan efektivitas dexamethasone dan obat lain : ephedrine, cholestyramine,
phenytoin, fenobarbital, dan rifampisin
Mekanisme kerja: bekerja dengan mekanisme menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga akan
mencegah pelepasan asam arakidonat yang memproduksi enzim cyclooxygenase
(COX). Enzim COX inilah yang bertanggung jawab atas pembentukan
prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dan nyeri.2

5. Salbutamol (golonga beta adrenergik agonis)


Dosis:
Indikasi: untuk mengatasi sesak napas akibat penyempitan pada saluran udara pada paru-paru
(bronkospasme).
Efeksamping
interaksi
Mekanisme kerja

Anda mungkin juga menyukai