Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN DERMATITIS

Kelompok 2

Dosen Pengampu : Ns. Angga Afrina, M.Kep


Anggota Kelompok
1. GRENSIA WILDAYANI 8. MUHAMMAD AL FARIZI
SIMANJUNTAK 9. MUTIA ADE PUTRI
2. IKE YUNI AZIZAH 10. NABILA RISKIA WARDANI
3. ISHABEL BIELQIS KHANDISYA 11. NANDA PRATAMA
4. KHOIRUNNISA 12. NUR ASIYIKIN
5. LINDA ERICA BUTAR BUTAR 13. NURIN RAMADANI
6. LUTGARDIS ADETA 14. NURUL REVINASYAH
7. Mersi Amanda
PENGERTIAN
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen dan
endogen. Faktor ekstrinsik dan intrinsic berupa iritan (kimia, fisik dan biologis) berperan penting pada penyakit
ini. Dermatitis adalah penyakit kulit yyang ditandai dengan peradangan pada kulit yang menunjukkan ciri-ciri
seperti gatal, kemerahan, bersisik, melepuh. Dermatitis dapat dibagi menjadi tiga jenis menurut (Fatonah, 2016):
dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan dan dermatitis atopik.

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat penyakit yang diperantarai sel (tipe
IV) yang disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen lingkungan (Harlim, 2016). Salah satu penyebab
dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan alergen seperti alergi obat-obatan, makanan laut,
debu dan bulu..
ETIOLOGI
Zat-zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak yaitu dapat melaka dua cara demattis kontak
ritan dan dematitis kontak akergk. Demattis irtan merupakan reaksi peradangan kulit secara
langsung tanpa didahuka proses sensitifitas sebaliknya dermatitis kontak alergik terjadi pada
sesorang yang telah mengalami sensitifitas terhadap suatu allergen.
FAKTOR RESIKO
Gejala dan dermatitis kontak bervariasi mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya
sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kultkadang
bersiskberairRuam sering kali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal Pada awokeys
nam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan allergen tetapi selanjutnya
ruam bisa menyebarRuam bisa sangat kecil atau bisa menutupi arca tubuh yang
kasAkibat permukaan kula terkena bahan atau unsur-ansur yang ada di lingkungannya
(faktor eksogen)namun demikianuntuk terjadinya suatu jenis dermatosis atau beratnya
gejala dermatosiskadang-kadang dipengaruhi pula oleh faktor ketertanan kulit
seseorang
PATOFISIOLOGI
Patofiologi Dermatitis
Sekitar 3.000 bahan kimia di dokumentasikan dengan baik sebagai penyebab spesifik dari dermatitis kontak alergi (Helm,
2020). Senyawa harus kurang dari 500 hari untuk penetrasi yang efisien melalui penghalang stratum korneum, yang
merupakan lapisan luar kulit yang kedap air. Molekul organik kecil yang reaktif secara kimiawi mengikat protein sendiri
untuk menghasilkan neoantigen imunogenik melalui proses yang disebut haptenisasi. Meskipun hapten dapat menembus
melalui kulit utuh pasien dengan penyakit tertentu menyatakan bahwa gangguan fungsi penghalang (misalnya, ulkus
tungkai, dermatitis perianal) memiliki peningkatan risiko sensitisasi terhadap obat yang dioleskan dan komponen pembawa
mereka. Banyak pasien dengan dermatitis atopik atau dermatitis kontak alergi terhadap elemen kimia yang memiliki bentuk
cacat gen dari protein, protein membantu mengumpulkan protein sitoskeletal yang membentuk selubung sel yang
terkornifikasi. Jika tidak ada, penghalang itu rusak (Helm, 2020).
MANIFESTASI KLINIS
Subyektif ada tanda tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema
atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).

Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul
scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema
sangat jelas pada kulit yang longgar misalya muka (terutama bibir) dan genetelia
eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
1.Pemeriksaan IgE
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada reaksi alergisel plasma memproduksi antibodi IgEAlergen berbeda dapat menghasilkan IgE
berbeda, yang spesifik untuk alergen tersebutIgE spesifik tersebut dapat menempel pada reseptor
di sel mast, yang menyebabkan terbentuknya reseptor yang spesifik untuk alergen tersebut pada
sel mastProses terbentuknya IgE spesifik tersebut disebut sensitisasi.*

2.RAST (Radioallergosorbent Test)


Uji kulit dan tes IgE in vitro sudah cukup sensitif untuk menyingkirkan alergi yang dicetuskan
oleh IgE” Beberapa keadaan di mana tes RAST digunakan:
-Tes hanya berguna untuk reaksi alergi yang berhubungan dengan IgE (alergi makan, pollen,
atau obat)
-Pasien menderita penyakit kulit yang luas.
-Risiko tinggi reaksi anafilaksis pada uji kulit.
-Pasien mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu hasil uji kulit (beta-blocker, ACE
inhibitor, antidepresan trisiklik, dan antihistamin).
-
KLASIFIKASI
- Pasien tidak kooperatif.Pada tahan pertama, alergen yang telah disiapkan dicampur dengan serum pasien
yang mengandung antibodi IgE terhadap alergen tersebut. Antibodi dan alergen terikat, membentuk suatu
kompleks. Pada tahap kedua dari RAST, kompleks alergen dan IgE dicampurkan dengan antibodi anti-IgE
yang berlabel enzim atau flouresenJumlah antibodi anti-IgE, yang menempel pada kompleks tersebut,
proporsional dengan kuantitas antibodi IgE yang menempel pada alergen pada tahap pertama.

- 3. Uji tempel (patch test)Uji tempel merupakan suatu metoda standar baku uji kulit yang tetap digunakan
sampai sekarang untuk menegakkan diagnosis dermatitis kontak alergik (DKA). DKA disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas tipe IV yang ditandai adanya fase sensitisasi yang diikuti oleh fase elisitasi
terhadap bahan kimia atau bahan lain yang berkontak langsung dengan kulit.6,7Beberapa alergen yang
diduga sebagai penyebab, dalam konsentrasi tertentu, ditempelkan pada kulit pasien sesuai prosedur
bakuContoh alergennya adalah nikel, Balsam of Peru, dikromat, benzokainneomisin, paraben, formalin,
Epoxy resin, Wool alcohol, dan lain-lain. Pengambilan keputusan alergen penyebab berdasarkan atas
analisis hasil pembacaan."
PENATALAKSANAAN
a. Perawatan Nonmedis
Kompres basah dan dingin dapat diterapkan pada area dermatitis yang kecil.
Kompres menghilangkan eksim, dan kompres dingin mengurangi peradangan
(Puspasari, 2018).
Berdasarkan SK (Kepmenkes RI, 2017) Resep Obat Tradisional Indonesia
(FROTI), dinyatakan bahwa:

1) Kunyit (Curcuma Domestica Val) efektif dalam mengobati eksim. Caranya adalah dengan menggiling
bahan tersebut lalu mengoleskannya pada kulit yang terkena eksim.
2) Sambiloto efektif dalam mengobati eksim, persiapan : seduh dalam 1 Gelas air panas, dinginkan,
saring dan segera minum, dengan dosis 15 Daun per hari.
3) Herbal ketepang (Cassia alata L) efektif untuk mengobati eksim.
4) Bahan FROTI digunakan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi ketidaknyamanan pasien.
Ramuan FROTI ini digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan konvensional setelah komunikasi
awal dengan professional kesehatan.
5) Perawatan melibatkan penerapan lapisan tipis krim atau salep yang
mengandung kortikosteroid tertentu. Untuk dermatitis yang luas,
kortikosteroid jangka pendek dapat digunakan untuk menghentikan
peradangan.
Pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien

Nama: Ny. K
Umur: 55 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Keluhan Utama:
Pasien mengatakan gatal pada tangan kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan gatal yang dirasakan sudah semenjak 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal yang dirasakan
pasien dimulai dari sela-sela jari kemudian meluas ke bagian tangan atas. Setelah gatal muncul seperti
gelembung kecil-kecil dan sangat gatal disertai nyeri. Tiap kali pasien menggaruk area yang gatal maka
akan muncul seperti luka baru dan keluar seperti cairan. Gatal ini biasanya dirasakan muncul secara tiba-
tiba, gatal dirasakan seperti tersengat ular bulu dan sangat gatal yang tidak tertahankan schingga apabila
gatal muncul pasien akan menggunakan salep untuk meringankan keluhannya. Pasien juga mengatakan tiap
kali selesai mencuci pakaian pasien merasakan panas ditangannya dan schabis itu muncullah perih dan
gatal.
A. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit
yang sama dan tidak mempunyai riwayat operasi. Pasien sebelumnya sudah sempat berobat ke puskesmas yang berada dekat dengan
rumahnya dan diberikan obat minum dan salep namun pasien tidak mengetahui nama obat yang diberikan. Pasien setiap kali
menggunakan salep yang diberikan dari puskesmas tersebut merasakan perih namun gatal dapat berkurang. Tapi beberapa lama
kemudian pasien merasakan kembali gatal, pasien menyatakan obat yang diberikan dari puskesmas hanya menghilangkan gatanya
untuk sesaat dan keluhan pasien mash menetap.

B. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti penyakit keturunan., DM, Hivertensi, sroke dan penyakit menular
lainnya,

Pemerikasaan Fisik
Keadaan Umum:
Klien tampak sakit sedang, lemah, kesadaran compos menthis, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang.
Status Mental:
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekpresi wajah pasien tampak meringis, murung, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring
semi fowler, klien berbicara jelas, suasana hati klien gelisah, penampilan klien kurang rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan malam
dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, dan mekanisme pertahanan diri
klien adaptif.
DIAGNOSA
1. Nyer akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur atau bentuk tubuh
1. 4. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut b.d Agen Tujuan : 1) Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Tentukan
Pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan apakah nyerinya kronis atau akut. Selain itu, kaji
keperawatan, diharapkan factor yang dapat mengurangi atau
memperberat; lokasi, durasi, intensitas dan
nyeri berkurang atau teratasi. karakteristik nyeri; dan tanda-tanda dan gejala
psikologis.
Kriteria hasil: 2) Pengkajian berkelanjutan membantu
1) Pasien melaporkan nyeri meyakinkan bahwa penanganan dapat
berkurang memenuhi kebutuhan pasien dalam
2) Nyeri dapat diadaptasi mengurangi nyeri.
3) Berikan obat yang dianjurkan untuk
3) Dapat mengidentifikasi mengurangi nyeri, bergantung pada gambaran
aktifitas yang meningkatkan nyeri pasien. Pantau adanya reaksi yang tidak
atau menurunkan nyeri dinginkan terhadap obat. Sekitar 30 sampai 40
4) Pasien tidak gelisah dan menit setelah pemberian obat, minta pasien
skala nyeri (-) untuk menilai kembali nycrinya dengan skala 1
5) sampai 10.
4) Atur periode istrahat tanpa terganggu
5) Bantu pasien untuk mendapat posisi yang
nyaman, dan gunakan bantal untuk membebat
atau menyokong daerah yang sakit bila perlu.
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

2. Gangguan integritas kulit Tujuan: 1) Inspeksi kulit pasien setiap pergantian


b.d bahan kimia iritatif Setelah dilakukan tindakan tugas jaga, jelaskan dan dokumentasikan
keperawatan diharapkan kondisi kulit dan laporkan perubahan
2) Bantu pasien dalam melakukan tindakan
kerusakan integritas kulit dapat hygiene dan kenyamanan
membaik 3) Berikan obat nyeri sesuai program dan
pantau keefektifannya
Kriteria hasil: 4) Pertahankan lingkungan yang nyaman
1) Pasien menunjukkan tidak 5) Peringatkan agar tidak menyentuh luka
adanya kerusakan kulit atau balutan
6) Atur posisi pasien supaya nyaman dan
2) Pasien menunjukkan turgor kulit meminimalkan tekanan pada penonjolan
yang normal tulang. Ubah posisi pasien minimal setiap 2
jam. Pantau frekuensi pengubahan posisi
pasien dan kondisi kulitya
7) Berikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang masalah
kulitnya
8) Berikan pengarahan pada pasien dan
anggota keluarga atau pasangan dalam
program perawatan kulit
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

3. Gangguan citra tubuh b.d Tujuan: 1) Terima persepsi diri pasien dan berikan
peubahan struktur atau Dalam waktu 1x60 menit pasien jaminan bahwa ia dapat mengatasi krisis ini
bentuk tubuh menerima perubahan citra 2) Ketika membantu pasien yang sedang
tubuh melakukan perawatan diri, kaji pola koping dan
tingkat harga dirinya
Kriteria hasil: 3) Dorong pasien melakukan perawatan diri
4) Berikan kesempatan kepada pasien untuk
1) Pasien berpartisipasi dalam menyatakan perasaan tentang citra tubuhnya
berbagai aspek perawatan dan dan hospitalisasi
dalam pemgambilan keputusan 5) Bimbing dan kuatkan focus pasien pada
tentang perawatan aspek-aspek positif dari penampilannya dan
2) Pasien menyatakan perasaan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan
positif terhadap dirinya sendiri perubahan citra tubuhnya
3) Pasien berpartsipasi dalam
program rehabilitasi dan
konseling
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

4. Resiko infeksi b.d Tujuan: 1) Observasi TTV


kerusakan integritas kulit Setelah melakukan tindakan 2) Kaji tanda-tanda infeksi; suhu tubuh, nyeri dan
keperawatan selama 1x60 perdarahan
3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
menit, infeksi dapat dihindari lokal
Kriteria hasil: 4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah setiap
1) Tanda-tanda vital dalam melakukan kegiatan perawatan pasien
batas normal 5) Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
2) Tidak adanya tanda-tanda dan gejala infeksi
infeksi 6) Lakukan kolaborasi pemberian antibiotik
Intervensi:
1) Observasi TTV
2) Kaji tanda-tanda infeksi;
suhu tubuh, nyeri dan
perdarahan
3) Monitor tanda dan gejala
infeksi
MANAJEMEN DERMATITIS
Manajemen Kasus Dermatitis
Lorem ipsum
Dermatitis kontak adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh zat-zat luar baik bahan yang
dolor sit iritan
bersifat amet,atau alergen yang merupakan 9 dari 10 penyakit terbanyak di Samarinda pada tahun
consectetur
2018. Lokasi keluhan kulit yang paling sering ditemukan adalah pada seluruh tubuh (30,9%).
Tatalaksanaelit,
adipiscing yang paling sering digunakan adalah antihistamin (86,66%). Ditemukan kasus dermatitis
kontak dengan
sed do eiusmod rekurensi (3,3%).
Dermatitis
tempor kontak umumnya disebabkan oleh zat-zat luar yang menyebabkan inflamasi seperti bahan
incididunt
utkimia yang
labore terkandung pada alat-alat yang digunakan sehari-hari seperti aksesoris, kosmetik, obat-
et dolore
obatanaliqua.
magna topikal, logam, dan pakaian, maupun bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti
semen, sabun cuci, pestisida, cat, dan bahan-bahan lainnya.
Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier Terkait
Dermatitis

Pencegahan primer, sekunder dan tersier pada Dermatitis


a.Dematitis Kontak
1)Pencegahan Primer
a.Menciptakan suasana kerja/ aktivitas yang aman dari Subtansi Allergi/ iritan
b.Menghindari subtansi allergen ataupun iritan
c.Menghindari air bekas cuci benda- benda yang pernah terkontaminasi dengan
subtansi Allergen
d.Memberikan edukasi mengenai kegiatan yang beresiko untuk terkena Dermatitis
Kontak Allergi/ Iritan
2)Pencegahan Sekunder
a.Melepaskan pakaian yang dapat memicu gesekan sehingga terjadi iritan
b.Bila telah terkena Allergen, sebaiknya mencuci pakaian yang terpapar allergen dengan sabun/ bilas dengan air
bersih
c.Menganti semua pakaian yang terkena allergen
d.Memotong kuku-kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan
menimbulkan infeksi.
E.Ganti produk perawatan tubuh yang digunakan menyebabkan alergi ata iritasi
f.Mengubah program diet, karena dermatitis kontak biasanya juga terjadi/ muncul karena alergi terhadap zat nikel
yang terdapat dalam beberapa jenis makanan.

3)Pencegahan Tersier
a.Jangan menggaruk bagian kulit yang gatal/ ruam karena dapat menyebabkan infeksi
b.Collaborasi dengan Dokter dengan meresepkan obat bagi pasien komplikasi dermatitis kontak , dan sesuai
dengan jenis komplikasi yang diderita klien
HASIL PENELITIAN TERKAIT PENATALAKSAAN
DERMATITIS
Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit keradangan kulit kronis, ditandai rasa gatal ringan sampai berat,
bersifat kumat-kumatan, sebagian besar muncul pada saat bayi dan anak. Meskipun saat ini didapatkan
kemajuan dalam penatalaksanaan DA, namun belum didapatkan pengobatan yang memuaskan.
AsliDiagnosis DA ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat pasien. Beberapa kriteria diagnosis
telah diajukan oleh banyak pakar dermatologi, namun yang sering digunakan di Indonesia adalah kriteria
Hanifin Rajka yang meliputi kriteria mayor dan minor. Kriteria William merupakan kriteria diagnosis yang
praktis, biasanya digunakan pada studi epidemiologis. Diagnosis DA sering dikaitkan dengan penentuan
derajat keparahan DA karena hal ini akan berkaitan dengan pemberian terapi. Derajat keparahan DA
menggunakan skala perhitungan yang diajukan oleh pakar dermatologi di Eropa yaitu indeks Scoring for
Atopic Dermatitis (SCORAD).3
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

5. Gangguan citra tubuh b.d Tujuan : Setelah dilakukan Observasi


perubahan fungsi tubuh tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
2x24 jam diharapkan : Panjang sesuai tujuan
1. Verbalisasi perasaan 2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
negative tentang perubahan 3. Identifikasi pemahaman proses penyakit
tubuh menurun Terapeutik
4. Diskusikan perubahan peran yang dialami
2. Respon nonverbal pada 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
perubahan tubuh membaik meyakinkan
6. Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
Edukasi
7. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama
8. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
9. Anjurkan keluarga terlibat
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT TERKAIT GANGGUAN INTEGUMEN (DERMATITIS)

Fungsi Perawat
1.Independen
Fungsi perawat yang pertama yaitu fungsi independen. Dalam hal ini perawat memiliki hak independen dalam mengambil keputusan dan melakukan
tindakan yang terbaik yang didasarkan dari ilmu keperawatan. Tindakan independen yang diambil ini haruslah berdasarkan pada ilmu keperawatan. Selain
itu, keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat akan menjadi tanggung jawab penuh perawat tanpa melibatkan pihak lain.
2.Dependen
Fungsi perawat yang selanjutnya yaitu fungsi dependen yang membuat perawat dapat menjalankan perintah dari dokter seperti pemasangan infus,
pemberian obat, pengambilan sampel darah, penyuntikan dan sebagainya. Berbeda dari fungsi sebelumnya yang menjadi tanggung jawab penuh perawat,
maka dalam fungsi ini yang bertanggung jawab secara penuh adalah dokter.
3.Interdependen
Fungsi perawatan yang terakhir yaitu fungsi interdependen. Dalam fungsi ini, perawat dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak lain yang terlibat
dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan terbaik, seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan para ahli untuk memberikan tindakan keperawatan terhadap
pasien. Sebagai contoh, dalam menangani pasien yang menderita diabetes, perawat akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan
asupan makanan sang pasien.
Adfokasi atau advokasi dalam konteks gangguan integumen seperti dermatitis merujuk pada upaya untuk memperjuangkan hak
dan kepentingan individu yang menderita dermatitis atau kelompok-kelompok yang terpengaruh oleh gangguan integumen
tersebut. Beberapa fungsi adfokasi terkait dermatitis meliputi:

1. Kesadaran Publik: Memperkuat kesadaran publik tentang dermatitis, termasuk penyebab, gejala, dan cara-cara pencegahan.
Hal ini dapat membantu mengurangi stigmatisasi yang sering terkait dengan gangguan kulit.
2.Edukasi: Memberikan informasi edukatif kepada individu yang menderita dermatitis dan keluarganya tentang cara mengelola
kondisi ini, penggunaan perawatan yang tepat, serta mengidentifikasi pemicu yang mungkin.
3. Akses ke Perawatan: Membantu individu dalam mendapatkan akses yang lebih baik ke perawatan medis dan perawatan kulit
yang mereka butuhkan untuk mengatasi dermatitis.
4. Hak Pasien: Memastikan bahwa hak-hak pasien dengan dermatitis, seperti hak untuk perawatan yang layak dan privasi,
dihormati dan dijaga.
5. Mendesak Kebijakan: Membangun dukungan untuk perubahan kebijakan yang mendukung individu dengan dermatitis,
termasuk regulasi yang melindungi dari diskriminasi di tempat kerja atau lingkungan umum.
6. Penelitian dan Pengembangan: Mendukung penelitian ilmiah untuk memahami penyebab dermatitis dan mengembangkan
terapi yang lebih efektif.

Adfokasi dapat dilakukan oleh organisasi non-pemerintah, kelompok dukungan pasien, individu, dan bahkan tenaga medis.
Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu yang terkena dermatitis dan meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang kondisi ini.
Terima Kasih
SUMBER
Sumber tolong masukinn

Anda mungkin juga menyukai