Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

DISUSUN OLEH
Nama : 1. Pegy Nugra Aggista (144012128048)
2. Salwa Sabita Tj (144012128049)
Dosen Pembimbing : Ns. Dessy Suswitha, S.Kep., M.Kes
Mata Kuliah : Keperawatan Bedah Medikal II

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

A. Konsep Dermatitis
1 Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis
cenderung residif dan cenderung kronis (Mutaqqin, 2015).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit
kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Nurarif, 2015).
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfi (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal (Smeltzer &
Bare, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dermatritis numularis adalah suatu
peradangan yang berupa lesi yang menetap, ditandai dengan lesi bebentuk
uang logam, berbatas tegas dan biasanya mudah pecah sehingga basah
(oozing).
2 Anatomi Fisiologi
2.1 Anatomi Sistem Integumen

Gambar 2.1 Anatomi sistem integumen


Sumber :Syaifuddin,(2015)
2.2 Fisiologi Sistem Integumen
Menurut Syaifuddin (2015) fisiologi sistem integumen adalah sebagai
berikut :
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi
membatasi tubuh manusia dengan lingkungan luar dan mencegah masuknya
substansi yang berbahaya misalkan virus ataupun bakteri. Kulit dibagi
menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan.
a. Epidermis adalah bagian terluar dari kulit, dimana epidermis tersusun atas
keratinosit aktif yang terlapisi oleh lapisan keratin, stratum corneum.
b. Dermis berada dibawah lapisan epidermis yang tersusun atas liposit lobul
dan protein kolagen berstruktur fibrilar, dermis dibatasi oleh kolagen
septae yang tersusun oleh kumpulan neurovascular.
c. Subkutan merupakan kelanjutan dari dermis terdiri atas jaringan ikat
berisi sel-sel lemak. Pada kulit juga terdapat adneksa kulit yang terdiri
dari kelenjar kulit dimana kelenjar kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu
glandula sebasea dan glandula sudorifera (kelenjar keringat).
3 Etiologi
Menurut Nurarif (2015) etiologi dermatitis adalah sebagai
berikut : luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam,
basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-organisme (bakteri,
jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik

4. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian
dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen
ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian
menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa
inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen
adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk
ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis (Nurarif, 2015).
5. Patway

6. Manifestasi Klinis.
Menurut Deni & Nursiswati (2017) manifestasi klinik dermatitis yaitu:
a. Gatal yang kadang sangat hebat disertai nyeri, sehingga dapat
mengganggu
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai
numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungkai bawah, badan lengan
termasuk punggung tangan

7. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) kompilikasi pada dermatitis yaitu
a. Likenifikasi
b. Fisura
c. Skuama
d. Atrofi kulit
e. Bekas lesi dapat menimbulkan bercak hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi .

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer & Bare (2015) ada bererapa tahap dalam
pemeriksaan penunjang, antaranya adalah:
1) Tes laboratorium Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui
alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini
baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia
tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
Pada dermatitis numularis IgE cenderung normal.
2) Kultur dan uji resistensi secret Untuk melihat mikroorganisme
penyebab dan penyerta.
3) Biopsi Untuk melihat perubahan hispatologi sehingga dapat
menentukan tahapan (akut atau kronis) dari penyakit dermatitis
numularis.

9. Penatalaksanaan
Menurut Mutaqqin (2015) penatalaksanaa pada dermatitis diusahakan
menemukan penyebab atau faktor yang memprovokasi terjadinya
dermatitis. Diantaranya:.
1. Pengobatan topikal: Obat Antiinflamasin diberikan untuk
menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi kulit.
Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang
diberikan contohnya triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi masih
eksudatif, sebaiknya dilakukan kompres dengan larutan
permanganas 1:10.000.
2. Pengobatan Sistemik
a. Antibiotik : Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
b. Antihistamin oral
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.
c. Analgesik digunakan untuk meredekan atau menghilangkan nyeri
misalnya keterolac, asammefenamat
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan
dosis oral 40-60 mg selam 4 kali per hari dengan dosis yang
diturunkan secara perlahan-lahan tapering off. Hanya berguna
dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna,
dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.
4. Kaji karakterisitik nyeri (PQRST)
P : Provokes and Palliate (Penyebab)
Apa penyebab nyeri? Apa yang mengurangi nyeri? Apa saja pengobatan
yang sudah diterima dan apakah obat diminum dengan rutin? Apa
yang memperburuk nyeri?
Q : Quality (Kualitas)
Seberapa berat keluhan nyeri terasa? Bagaimana deskripsi nyerinya? Tajam?
Tumpul? Seperti rasa tertusuk, terbakar atau diremas-remas? Seberapa
sering terjadinya.
R : Region and Radiation (Penyebaran)
Di mana lokasi nyeri dirasakan atau ditemukan? Apakah hanya ada satu titik
saja? Apakah menjalar? Ke mana? Apakah nyeri tersebut menyebar ke
tempat lain?
S : Severity (Keparahan)
Bagaimana intensitasnya? Bagaimana pengaruh nyeri terhadap tidur, fungsi
fisik, kemampuan bekerja, ekonomi, mood, kehidupan keluarga,
kehidupan sosial, kehidupan seks?
T : Time/Temporal (Waktu)
Kapan nyeri tersebut mulai muncul? Apakah muncul terus menerus atau
hilang timbul? Berapa lama munculnya? Kapan hilang? Kapan timbul?
Apakah bisa tidur di malam hari? Apakah mengganggu aktivitas di
siang hari? Apakah nyeri saat bergerak? Apakah pernah mengalami
nyeri seperti ini sebelumnya?
5. Kaji Intergeritas kulit
Pada pengkajian intergeritas kulit meliputi turgor kulit, kelembab kulit ada
tidaknya tanda infeksi yaitu rubor, tumor, dolor, kalor dan fungsia
lasea
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis Secara Teoritis
1 Pengkajian Keperawatan.
Menurut Brunner & Suddart (2015). Pengkajian yang benar dan terarah
akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi, dari tidakan
yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien dermatitis meliputi:
a. Identitas klien yang dikaji Umur, nama, jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan
b. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan
kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
d. Riwayat Kesehatan masa lalu: Penyakit yang pernah di derita: Tanyakan
sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
e. Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
f.Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
g. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu
h. Pemeriksaan sistematik.
1. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : ada nyeri, ekperesi wajah tampak meringis, pucat
Tanda : nyeri pada area kulit, skala ringan (0-3), skala sedang (4-6). dan
skala berat (7-10)
9
2. Aktivitas dan istirahat
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak (atropi otot), kulit
(kontraktur/kelainan pada sendi dan otot), pola tidur < 8 jam perhari
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pasa sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan. Gelisah, sering terbangun
3. Integritas ego
Tanda : gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot
muka tegang, peningkatan pola bicara.
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, defisit penegathuan
4. Sistem pengelihatan

Tanda : mata cekung, lapang pandang 60/60


Gejala : pengelihatan normal
5. Sistem penciuman
Tanda : tidak ada pembengkakan, kebersihan bersih
Gejala : fungsi penciuman pasien dapat mencium aroma kopi
6. Sistem Respirasi
Tanda : dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-) RR normal
(16-24x/ menit)
Gejala : Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba. Suara napas
vesikuler, tidak ada suara napas tambahan Rhonki, Whezing,Stidor

7. Sistem Kardiovaskuler
Tanda : keadaan umum terlihat sehat, S1 Lup S2 Dup
Gejala: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung,
peningkatan tekanan darah
8. Sistem Gastrointestinal
Gejala : anoreksi, masalah menelan ,penurunan menelan
Tanda : membran mukosa kering, mual muntah, penurunan nafsu makan

10
9. Sistem eliminasi
Tanda : tidak mengalami gangguan BAB dan BAK, intake dan output
cairan balance
Gejala : tidak konstipasi, diare, hematuria intake cairan (oral, IVFD)
10. Sistem Reproduksi
Tanda : payudara simetris, tidak ada riwayat kista
Gejala : tidak ada gangguan pada reproduksi
11. Sistem Neurologi
Tanda :kesadaran penuh , composmetis
Gejala : respon verbal 5 ( orientansi baik dapat berbicara dengan lancar) ,
motorik 6 ( Mematuhi perintah), dan sensorik 4 ( pasien dapat membuka
mata spontan
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda : tidak takut gerak, ROM baik, Kekuatan otot lemah 5 5
4 4
Gejala : keseimbangan dalam berjalan baik, aktifitas dibantu
13. Sistem Integumen
Tanda Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir
Gejala : hiperpigemntasi gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi
teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit), nyeri, ekpersi tampak
meringis

2 Diagnosis Keperawatan
Menurut jurnal studi kasus Ayu dkk (2018) dan suharno & Yohpi (2023)
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan dermatitis yaitu
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi kulit d.d ada nyeri, ekperesi
wajah tampak meringis, pucat
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis,
respon menggaruk d.d Terdapat kemerahan, edema misalnya pada
11
muka ( terutama palpebra dan bibir, hiperpigemntasi gangguan fungsi
kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi
cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit),
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit d.d
mengeluh sulit tidur, panas dipermukaan ekternitas atas
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit d.d
Terdapat kemerahan, edema
3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Menurut SDKI, SLKI, SIKI (2018)
Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasail
1 Nyeri akut Setelah Manajemen
berhubungan nyeri
dengan agen dilakukan Tindakan
cidera fisik tindakan Observasi
d ada nyeri, keperawatan 1x - lokasi,
ekperesi wajah 24 jam karakteristik, durasi,
tampak frekuensi, kualitas,
meringis, pucat diharapakan intensitas nyeri
Gejala dan nyeri akut - Identifikasi skala nyeri
tanda mayor
Membaik - Identifikasi respon nyeri
Ds :
- Men dengan kriteria non verbal
geluh nyeri
hasil - Identifikasi faktor yang
Do :
Tampak : memperberat
meringis
- Frekuensi dan memperingan nyer
Bersikap
protektif nadi membai - Identifikasi
Gelisa
- Pola napas pengetahuan dan
Frekuensi
nadi membaik keyakinan tentang nyeri
meningkat
- Keluhan nyeri - Identifikasi pengaruh
Sulit tidur
budaya terhadap respon
12
Gejala dan menurun nyeri
Tanda Minor
- Meringis - Identifikasi pengaruh
Ds :
menurun nyeri pada kualitas
Do :
- Gelisah hidup
Tekanan darah
meningkat menurun - Monitor keberhasilan
Pola nafas
terapi komplementer
berubah
Nafsu makan yang sudah diberikan
beruabah
- Monitor efek samping
Menarik diri
Berfokus pada penggunaan analgetik
diri sendiri
Terapeutik
diaforesis
- Berikan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dantidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
13
pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
- analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
integritas kulit tindakan (I.11353)
atau jaringan keperawatan - Observasi
berhubungan selama 1 x 24 jam 1) Identifikasi penyebab
inflamasi diharapkan gangguan integritas
dermatitis, integritas kulit kulit (mis. perubahan
respon meningkat dengan sirkulasi, perubahan
menggaruk Kriteria Hasil: nutrisi, penurunan
d.d Terdapat - Nyeri kelembaban, suhu
14
kemerahan, menurun lingkungan ekstrem,
edema - Pendarahan penurunan mobilitas)
misalnya pada menurun
muka ( - Kemarahan - Terapeutik
terutama menurun 2) Ubah posisi tiap 2 jam
palpebra dan - Hematoma jika perlu lakukan
bibir, menurun pemijatan pada area
hiperpigemntasi - Nekrosis penonjolan tulang, jika
gangguan menurun perlu
fungsi kulit, - Sensasi bersihkan perineal
eritema, papula menurun dengan udara
(lesi teraba diare Gunakan produk
kecil), vesikel berbahan petrolium atau
(lepuhan kecil minyak pada kulit
berisi cairan), kering
skuama (kulit 3) Gunakan produk
yang bersisik), berbahan ringan / alami
dan likenifikasi dan hipoalergik pada
(penebalan kulit sensitif akibat
kulit), produk berbahan dasar
Gejala dan alkohol pada kulit
tanda mayor kering
Ds : - - Edukasi
Do :
4) Anjurkan menggunakan
Kerusakan
jaringandan/ fleksibilitas ( mis ,
atau lapisan
lotion , serum )
kulit
5) Anjurkan minum air
Gejala dan
yandg cukup
tanda minor
Ds : - 6) Anjurkan meningkatkan
Do:
asupan nutrisi
nyeri
perdarahan 7) Anjurkan meningkatkan
15
Kemerahan asupan buah dan sayur
hematoma 8) Anjurkan menghindari
paparan suhu ekstrem
9) Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada di luar
rumah
10) Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perawatan luka (I.14564)
Observasi
1) Monitor karakteristik
luka (mls , drainase,
warna, ukuran, bau) .
2) Monitor tanda - tanda
Infeksi
Terapeutik
3) Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
4) Cukur rambut di sekitar
daerah luka , jika perlu
5) Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan
nekrotik Berikan salep
yang sesual ke kulit /
lesi , jika perlu
6) Pasang balutan sesuai
16
jenis luka Pertahankan
teknik steril saat
melakukan perawatan
luka Ganti balutan
sesuai jumlah eksudat
dan drainase -
Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Berkan diet dengan
kalori 30-35 kkal /
kgBB / hari dan protein
1,25-1,5 g / kgBB / hari
7) Berikan suplemen
vitamin dan mineral (
mis . vitamin A ,
vitamin C
, Zinc , asam amino ) ,
sesuai indikasi Berikan
terapi TENS ( stimulasi
saraf ranskutaneous ) ,
jika perlu
Edukasi
8) jelaskan tanda dan
gejala infeksi Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
9) Ajarkan prosedur
perawatan luka secara

17
mandiri
Kolaborasi
10) Kolaborasi prosedur
debridement (mis .
enzimatik , biologis ,
mekanis , autolitik ) ,
jika perlu
11) Kolaborasi pemberian
antibiotik , jika perlu
3 Gangguan rasa Setlah dilakukan Perawatan Kenyamanan
nyaman tindakan Tindakan
berhubungan keperawan selam Observasi
dengan gejala 1x24 jam citra 1. Identifikasi lokaso,
penyakit d.d tubuh karakteristik, durasi,
mengeluh tidak Menurun frekuensi, kualitas nyeri
nyaman , dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
mengeluh panas hasil; 3. Identifikasi respon nyeri
dipermukaan - Gelisah non verbal
eksternitas menurun 4. Identifikasi faktor yang
atas,merasa - Kesulitan sulit memperberat dan
gatal,mengeluh tidur menurun memperingan nyeri
mual,mengeluh - Keluhan 5. Monitor keberhasilan
lelah,mengeluh kepanasan terapi komplementer
kedinginan/kepa menurun 6. Monitor efek samping
nasan - Gatal penggunaan analgetik
Gejala dan menurun Terapiutik
tanda mayor - Lelah 1. Berikan teknik
Ds : - menurun nonfarmokologis untuk
mengeluh tidak - Merintih mengurangi rasa nyeri
nyaman menurun ( mis. TENS, hipnotis,
terapi musik, terapi pijat,
18
Do : Keluhan tidak aromaterapi)
Gelisah nyaman 2. Kontrol lingkungan yang
Gejala dan menurun memperberat rasa nyeri
Tanda ( mis. Suhu ruangan,
minor pencahayaan,kebisingan )
Ds : mengeluh 3. Fasilitas, istirahat , dan
sulit tidur tidur
Tidak mampu 4. Pertimbangan jenis dan
rileks sumber nyeri dalam
Merasa gatal pemilihan strategi
Mengeluh mual meredakan nyeri
Mengeluh lelah Edukasi
Do: 1. Jelaskan penyebab,
Menunjukan periode, dan pemicu nyeri
gejala distres 2. Jelaskan strategi
Tampak meredakan
merintih/menan
gis
Pola eliminasi
berubah
Postur tubuh
berubah
Iritabilitas

4. Resiko tinggi Setlah dilakukan Pencengahan


terhadap tindakan Infeksi Tindakan
infeksi keperawan selam Observasi
berhubungan 1x24 jam Resiko - Monitor tanda dan
dengan gejala infeksi lokal dan
kerusakan infeksi sistimik
perlindungan Menurun Terapeutik
19
kulit d.d dengan kriteria - Batasi jumlah pengunjung
Terdapat hasil : - Berikan perawatan kulit
kemerahan, - Keber pada daerah luka
edema sihan - Cuci tangan sebelum dan
Faktor resiko tangan sesudah kontak dengan
penyakit
Menin pasien dan lingkungan
kronis
efek prosedur gkat pasien
invasi
- Kebersihan - Pertahankan teknik
malnutrisi
peningkatan badan aspetik pada pasien
paparan
- Nafsu berisko tinggi
organisme
pathogen makanMenin Edukasi
lingkungan
gkat - Jelaskan tanda gejala
ketidakadeku
atan - Demam infeksi
pertahanan
menurun - Ajarakan cara meme
tubuh
primer - Kemerahan riksa luka
Ketidak
menurun - Anjurkan meningkatkan
adekuatan
- Nyeri asupan cairan
pertahan
menurun Kolaborasi
tubuh
- Bengakak - Kolaborasi pemberian
sekunder
menurun imunisasi, jika perlu
- Vesikel
menurun
- Cairan
berbusuk
menurun
- Kulutur darah
menurun
- Kulutur area
luka menurun
- Kadar sel
darah putih
20
menurun

4.Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan


tahap pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah
direncanakan. Dalam tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan
harus sudah memahami mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting untuk dijaga
dalam tahap implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang
tidak terduga, maka petugas kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas
kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama dalam pemecahan
masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi masalah yang
dialami pasien (Nursalam, 2014)

5.Evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana


keberhasilan yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari
hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta
dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini
sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus
dilakukan (Nursalam, 2014)

Evaluasi terbagi menjdai dua yaitu evaluasi proses (formatif) yaitu


evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, Berorientasi pada etiologi,
Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai (Nursalam, 2014)

Kedua evaluasi hasil (sumatif) yaitu Evaluasi yang dilakukan setelah


akhir tindakan keperawatan secara paripurna, Berorientasi pada masalah
keperawatan, Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, Rekapitulasi

21
dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan (Nursalam, 2014)

Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang


operasional, seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang
disampaikan pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan
kriteria hasil yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa
atau assesmen

DAFTAR PUSTAKA

Deni yasmara, Nursiswati, dkk. 2017. Rencana asuhan keperawatan medikal


bedah. Jakarta. EGC
Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2013
Mutaqqin, A. 2015 Asuhan Keperawata Klien Dengan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media

22
Action.
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2015. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Komptenvsi. Jakarta :
EGC
TIM POKJA SDKI . (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (edisi 1).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SIKI . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai