Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FTS PADAT

Preformulasi Dan Formula Sediaan Tablet Aminofilin

Kelompok 3

SITI NURHALIMAH F201801122


THERSIA FIKA ANGGRAENI F201801121
ICHA YASTRI F201801120
ANDI ARDIANINGSIH MAULANA F202801126
ERSTY PITER SELLE F201801125
YELIS F201801124

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
BAB 1

TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAN

1.1.Deskripsi umum senyawa aktif


1. Pemerian
Pemerian Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan; bau amonia lemah, rasa
pahit. Jika dibiarkan di udara terbuka, perlahan-lahan kehilangan etilenadiamina dan
menyerap karbon dioksida dengan melepaskan teofilin. Laratun bersifat basa terhadap
kertas lakmus.
2. Nama lain (sinonim), nama kimia, struktur kimia
- Teofilin Etilendiamin,
- Aminophyllium,
- Struktur kimia

3. Rumus molekul & Bobot molekul


- C16H24N10O4 BM 420,43
- C16H24N10O4.2H20 (49746-06-7) BM 456,46
4. Kelarutan (kuantitatif)
Kelarutan Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larutan 1 g dalam 25 ml air
menghasilkan larutan jernih; larutan 1 g dalam 5 ml air menghablur jika didiamkan
dan larut kembali jika ditambah sedikit etilenadiamina.
5. pH larutan, Ph stabilitas
- Ph larutan 9,2 – 9,6
- pKa 8,8
6. Titik didih atau leleh (terurai atau tidak pada suhu tersebut)
- Titik didih 869.7°C at 760 mmHg
- Titik lebur 269-270℃
7. Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam, panas) : baik
8. Inkompatibilitas (terutama dengan ekspien)
- Aminofilin inkompatibilitas dengan laktosa. .(kenapa?? / bentuk
inkompatibilitasnya seperti apa?)
9. Wadah dan penyimpanan
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dan dalam suhu ruang 20°C -
25°C, terlindung cahaya dan lembab.

10. Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif dll)
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu
dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas
(suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara
pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim
yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi
berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan
kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-
mediated Chanels.

1.2. Definisi Bentuk Sediaan Terkait


Tablet Aminofilin

Aminofilin adalah senyawa anhidridat atau mengandung tidak lebih dari 2 molekul
hidrat. Mengandung tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin
anhidridat, C7H6N4O2 dihitung terhadap zat anhidridat.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet aminofilin mengandung setara dengan tidak kurang dari 93,0% dan tidak
lebih dari 107,0% teofilin anhidrat, C7H6N4O2, dari jumlah yang tertera pada etiket. (FI
IV : 91)

1.3. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat

Berdasarkan SK Menteri kesehatan nomor : 925 / menkes / per / x / 1993 tentang


Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1 dengan dasar pertimbangan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah
kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan
sendiri secara tepat, aman dan rasional. Maka sediaan suppositoria Aminofilin
digolongkan kedalam obat yang golongan semula Obat keras dalam substansi / obat
wajib apotik (Suppositoria) menjadi golongan baru yang padanya berlaku peraturan
tentang obat bebas terbatas (OBT). Kenapa disebut ”terbatas” karena ada batasan jumlah
dan kadar isinya dan juga harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan
nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian,peringatan serta kontra indikasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2500/Menkes/Sk/Xii/2011
tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2011 di bab 1 menyebutkan bahwa aminofilin
tergolong dalam obat untuk saluran nafas sebagai salah satu sediaan baru untuk terapi
antiasma. Aminofilin tab 150 mg ditambahkan karena dosis yang dibutuhkan antara 150
mg - 200 mg. Sehingga dengan dicantumkannya tab 150 mg diharapkan dapat
mendorong industri farmasi untuk memproduksi sediaan tablet tersebut.
Namun demikian, sesuai PERMENKES No.917/MENKES/PER/X/1993 tentang
Wajib Daftar Obat Jadi, untuk sediaan tablet aminofilin, digolongkan kadaelam obat
keras dan juga ketentuan penandaan pada kemasan nomor reistasi.

1.4. Penandaan pada wadah, leaflet atau brosur

Pada sediaan tablet aminofilin berlaku aturan penandaan sebagai berikut:


 Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup
K yang menyentuh garis tepi

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI


No.2380/A/SK/VI/83. Disebut daftar W (Waarschuwing), Obat golongan ini masih
termasuk obat keras tapi dapat dibeli tanpa resep dokter, sehingga penyerahannya
pada pasien hanya boleh dilakukan oleh Asisten Apoteker penanggung jawab. Obat
bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna Merah dengan garis tepi lingkaran
berwarna hitam (DitJen POM, 2008). Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat
bebas terbatas.
 Terdapat pula tanda peringatan ”P” dalam labelnya.

Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2


cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

1.5.Nomor Registrasi (dengan uraian/ penjelasan penomoran) & nomor bets


No registrasi Aminofilin Rx ® : GKL1312103125A1
G = obat dengan nama dagang
K = golongan obat keras
L = produksi dalam negeri (lokal)
13 = tahun penandaan obat jadi
121 = nomor urut pabik di indonesia
031 = nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
25 = nomor urut sediaan
A = kekuatan obat jadi
1 = Kemasan untuk kekuatan obat jadii tersebut.
Sediaan tablet aminofilin dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Nomor batch sediaan adalah 130621
13 = tahun produksi
06 = kode bentuk sediaan
21 = nomor urut pembuatan
BAB II

URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

II.1 Nama Obat dan Sinonim

- Aminophyllinum
- Teofilina Etilendiamina
II.2 Bentuk Senyawa Aktif (asam, basa, garam, ester, bentuk pro-drug)

- Aminofilin merupakan senyawa kompleks teofilin dengan etilendiamin, dengan


kandungan teofilin anhidrat bervariasi antara 79-86 %.
- Larutan Aminofilin bersifat basa

II.3 Mekanisme Kerja dalam Tubuh

a. Efek Farmol
Aminofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator
dengan jalan melemaskan otot polos bronkus.

b. Mekanisme Kerja

Aminofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator


dengan jalan melemaskan otot polos bronkus. Teofilin, sebagai bronkodilator,
memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan
menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli).
Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III)
dan PDE IV.

II.4 Nasib Obat dalam Tubuh (ADME)

a. Absobsi : diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral. Absorbsi daribentuk dosis
lepas lambat bersifat lama tetapi sempurna. Absorbsi darisupposutoria rectal tidak
menentu dan tidak diandalkan.
b. Distribusi : distribusi secara luas sebagai teofilin, menembus plasenta,konsentrasi
dalam asi 70% dari kadar plasma.
c. Metobolisme dan ekskresi : dimetabolisme dihati menjadi kafein, yang
dapatterakumulasi pada neonates. Metabolismenya diekskresi melalui ginjal.
d. Waktu paruh : 3-13 ( teofilin ), meningkat pada lansia ( > 60 tahun ), dan padapasien
yang menderita gagal jantung atau penyakit hati.memendek padaperokok dan anak-
anak.

II.5 Indikasi & Dasar Pemilihan

Menghilangkan & mencegah gejala-gejala asma & bronkhospasme yang bersifat


reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis & emfisema.

II.6 Kontraindikasi dan Alasannya

- Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.


- Hipersensitif terhadap aminofilina atau komponen obat.
- Penderita tukak lambung, diabetes.

II.7 Dosis (sesuai indikasi) & Perhitungan

Komposisi:
Tiap tablet mengandung aminofilin 200 mg
- Dewasa : 1 tablet 3 kali sehari.
- Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ tablet 3 kali sehari.

II.8 Cara Pakai

1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan.


2. Intravenous:

 Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan dengan IV
infus

 Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe.

 Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam bersamaan
dengan aminofilin.

 Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan II.4 Nasib Obat dalam
Tubuh (ADME)

a. Absobsi : diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral. Absorbsi daribentuk dosis
lepas lambat bersifat lama tetapi sempurna. Absorbsi darisupposutoria rectal tidak
menentu dan tidak diandalkan.
b. Distribusi : distribusi secara luas sebagai teofilin, menembus plasenta,konsentrasi
dalam asi 70% dari kadar plasma.
c. Metobolisme dan ekskresi : dimetabolisme dihati menjadi kafein, yang
dapatterakumulasi pada neonates. Metabolismenya diekskresi melalui ginjal.
d. Waktu paruh : 3-13 ( teofilin ), meningkat pada lansia ( > 60 tahun ), dan padapasien
yang menderita gagal jantung atau penyakit hati.memendek padaperokok dan anak-
anak.

II.9 Efek Samping

- Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.


- Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia.
- Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler.

II.10 Toksisitas

Pencegahan efek toksik aminofilin temyata dapat diupayakan dengan cara


mempertahankan kadamya pada lingkup terapeutik optimal antar 7,5-15 ug/ml.
Kadar diatas 15 ug/ml dapat menimbulkan gejala toksik, beruapa palpitasi, gangguan
konsentrasi, aritmia, takhikardi dan agitasi.(sumber???)

II.11 Interaksi Obat

- Hindari pemberian bersamaan dengan beta-blocker (seperti propranolol) karena dapat


menyebabkan bronkospasma.
- Jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
- Simetidin, siprofloksasin, klaritromisin, norfloksasin, eritromisin, troleandomisin,
dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan konsentrasi plasma teofilin.
- Rifampisin, verapamil, diltiazem menurunkan konsentrasi plasma teofilin.

II.12 Penggunaan pada Kondisi Khusus

Indeks keamanan pada wanita hamil : C

Penelitian menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik/embriosidal) dan belum ada
penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia.
Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap
bahaya potensial pada janin.

II.13 Peringatan

- Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan dahulu dengan dokter
untuk memastikan bahwa penderita menderita asma.
- Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah), hipertensi,
atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.
- Dapat mengiritasi saluran pencernaan.
- Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
- Jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam waktu 1 jam gejala-
gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi Puskesmas atau
Rumah Sakit terdekat.
- Hati-hati pemberian pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas usia 55
tahun terutama pria dan pada penderita penyakit paru-paru kronik.
- Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar.

II.14 Cara Penyimpanan

Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20°C-25°C, terlindung cahaya
dan lembab. Aminofilin merupakan larutan yang stabil pada suhu ruangan. Pada pH
3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 mg/mL
dapat dijaga hingga 48 jam..

II.15 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran serta Kekuatannya

Amicain, Aminophyllinum, Phyllocontin (kekuatan=dosisnya (zat)??)

II.16 Analisis Farmakologi

- Bentuk sediaan anhidrat/hidrat..pilih yang mana? Apa alasanya?

- Sekali minum toksik nya berapa?? Untuk dewasa berapa? Untuk anak” berapa?
BAB III

ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN FORMULA

III. 1 Pendekatan Formulasi

- Aminofilin mengandung setara dengan tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih
dari 107,0% teofilin anhidrat.
- Metode yang di gunakan Granulasi basah karena zat aktif aminofilin tidak terulai
dengan adanya air.
- Preformulasi
1. Teofilin
Pemerian : Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan; bau amonia lemah,
rasa pahit.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larutan 1 g dalam 25 ml
air menghasilkan larutan jernih; larutan 1 g dalam 5 ml air menghablur jika
didiamkan dan larut kembali jika ditambah sedikit etilenadiamina.
Inkompatibilitas : Aminofilin inkompatibilitas dengan laktosa
Stabilitas : (terhadap pH, cahaya, lembab, logam, panas) untuk menentukan
metode pembuatan.
Fungsi dan kosentrasi : sebagai zat aktif

2. laktosa
Pemerian : serbuk halbur, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar
larut dalam ethanol (95%) , praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan oksidator kuat.
Stabilitas : -
Fungsi dan kosentrasi : pengisi
3. primojel
pemerian : berwarna putih hingga putih pudar, tidak berbau tidak berasa
serbuk yang mudah mengalir.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air tapi larut dalam etanol 95%
Inkompatibilitas : asam askorbat
Stabilitas : stabil dan harus tersimpan dalam wadah tertutup rapat agar
terhindar dari kelembapan dan temperatur yang tidak di inginkan yang dapat
menyababkan caking.
4. PVP
Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, higroskopis.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam ethanol, dan dalam klorofrom;
kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata; praktis tidak larut dalam
ether.
Inkompatibilitas : povidon kompatibel pada larutan dengan range yang luas
dari garam inorganik, natiral, dan resin sintetik dan senyawa kimia lain.
Stabilitas PVP menjadi gelap dengan pemanasan c dalam pengurangan
kelarutan berair.
Fungsi dan kosentrasi : Bindar
5. Talcum
pemerian
6. Magnesium stearat
pemerian
7. Aquades
pemerian

III. 2 Formulasi

III. 2.1 Formula Umum

R/ zat aktif

Bahan pengisi

Bahan pengikat

Bahan penghancur

III. 2.2 Formula pustaka


R/ Aminophylline,
Potato starch
Corn starch
Kollidon
Water
Magnesium stearate
Talc
Polyethylene glycol 6000, powder

III. 2.3 Pengembangan Formula

III. 2. 4 Usulan Formula

a. Formulasi Utama
R/ Aminofilline laktosa
Primojel
PVP Talcum Magnesium
stearat
Aquades
BAB IV

PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR

IV. 1 Mentode Pembuatan Sediaan

Akan dibuat sediaan tablet aminofilin dengan kekuatan sediaan 90mg dengan metode
granulasi basah.

1. Perhitungan dan penimbangan

Perhitungan :

Kandungan Aminophylline per tablet : 90 mg

Bobot tablet : 200 mg

Jumlah tablet yang dibuat : 1000 tablet

Fase dalam ( 92% )

Total fase dalam untuk 1000 tablet : 184 g

Aminophilin : 90 g

PVP 3% X 184 : 5,52 g

Primojel 5%X 184 : 9,2 g

Lactosa( 184 – ( 90 + 5,52 + 9,2)) : 121,6 g

Diperoleh granul 179 g, kandungan lembab 3 %

Jadi dalam 179 g granul yang diperoleh mengandung naproxen sejumlah :

179184 x 90 gram = 87,5 gram

Jumlah tablet yang dibuat = ( 87,5 / 0.090 g ) = 972,22 tablet

Bobot tablet = 10092×179 gram972,22 tablet = 0,200 g = 200 mg

Fase luar ( 8% )

Mg stearat : 4/ 92 x 179 = 7,78 g

Talcum : 4/ 92 x 179 = 7,78 g

Jumlah = 15,56 g
2. Prosedur Pembuatan Sediaan

Ditimbang zat aktif dan eksipien

Dicampur Aminophylline dan Laktosa

Campuran serbuk yang telah melalui tahap pencampuran dibasahi dengan larutan bahan
pengikat sedikit demi sedikit hingga homogen

Granulasi

Pengayakan masa basah

o
Dilakukan pengeringan (drying) dengan suhu 50-60 C

Pengayakan massa kering, granul yang telah dikeringkan kembali diayak dengan mesh
yang lebih besar

Lubrikasi, granul dicampur bahan-bahan lain PVP, primojel, talc, mg stearat hingga

3. Pengawasan dalam proses

Evaluasi Sediaan

1. Evaluasi serbuk

a. Sifat alir serbuk

b. Volume mampat

c. Carrs Indeks (CI)

d. Rasio Hausner

e. Penentuan kadar air granul

2. Evaluasi kualitas tablet

a. Organoleptik : rupa, bau, rasa

b. Keseragaman ukuran : perbandingan diameter dan tebal


c. Keseragaman bobot

d. Kekerasan

e. Friabilitas

f. Keseragaman kandungan

g. Waktu hancur

h. Disolusi

4. Pengemasan sediaan jadi

Sediaan J-phylline disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,
berbentuk blister yang dapat menampung 10 tablet sediaan J-phylline, diberi etiket dan
brosur.

BAB V
WADAH DAN INFORMASI OBAT

Nama obat : J-phylline

Uraian kerja Farmol : Aminofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai


efek bronkodilator dengan jalan melemaskan otot polos bronkus.

Indikasi : Menghilangkan & mencegah gejala-gejala asma & bronkhospasme yang


bersifat reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis & emfisema.

Kontraindikasi :

- Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.

- Hipersensitif terhadap aminofilina atau komponen obat.

- Penderita tukak lambung, diabetes. Efek Samping :

- Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.

- Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia.

- Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler. Bentuk sediaan :

Tablet Aminofilin

Kandungan Obat/Komposisi :

Volume / Jumlah : 10 tablet sediaan J-phylline

Dosis : Tiap tablet mengandung aminofilin 200 mg

- Dewasa : 1 tablet 3 kali sehari.

- Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ tablet 3 kali sehari.


Cara pakai :

Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan. Intravenous:

 Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan dengan IV
infus

 Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe.

 Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam bersamaan
dengan aminofilin.

 Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan


Peringatan :
- Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan dahulu dengan
dokter untuk memastikan bahwa penderita menderita asma.
- Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah),
hipertensi, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.
- Dapat mengiritasi saluran pencernaan.
- Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
- Jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam waktu 1 jam gejala-
gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi Puskesmas atau
Rumah Sakit terdekat.
- Hati-hati pemberian pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas usia
55 tahun terutama pria dan pada penderita penyakit paru-paru kronik.
- Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar.

Penandaan berdasarkan UU :
Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna Merah dengan garis tepi
lingkaran berwarna hitam (DitJen POM, 2008). Pada wadah obat terdapat tanda
khusus obat bebas terbatas.
 Terdapat pula tanda peringatan ”P” dalam labelnya.

Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan


memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut.

Batas Kadaluarsa :
Wadah dan Kemasan : Sediaan J-phylline disimpan dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya, berbentuk blister yang dapat menampung 10 tablet sediaan J-
phylline, diberi etiket dan brosur.
Cara Simpan : Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dan dalam suhu
ruang 20°C - 25°C, terlindung cahaya dan lembab.
No. Bets : 132106
No. Registrasi : GKL1312103125A1
Nama Pabrik : PT. WEDFRAM, Jl. Baswan No 21 Yogyakarta 25130 Tilp. 0274
563650 Fax 221 12078

SimbolPabrik
W
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke empat. Diterjemahkan oleh
Ibrahim Farida. Jakarta: UI-Press

Baviskar, P.dkk. 2013. Formularium and Evaluation Of Lornoxicam Suppositoria Vol. 2 No. 7.
Jakarta: The Pharma Innovation

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia

Dirjen POM. 1989. Formularium Nasional Edisi Ke dua. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke empat. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia

Hadyanti. 2008. Pengaruh Tretinoin. Jakarta: FMIPA UI-Press

I.A.I. 2012. Infomasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 47. Jakarta: ISFI penerbitan

Karmini. 1998. Respon Faal Paru Setelah Pemberian Aminofilin. Semarang: Universitas
Diponegoro

Lachman, L. Lieberman, H.A dan Kaning, J.I. Teori Dan Praktek Farmasi industri Edisi III.
Diterjemahkan oleh : Siti Suyatmi. Jakarta: UI-Press

Mardjono, M. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Lima. Jakarta: UI-Press

Nursal, F.K. 2012. Formulasi Sediaan Suppositoria Ekstrak Etanol Daun Handeuleum
(Graptophylumpictum. L) Dalam Basis Oleum Cacao. Jakarta: FMIPA
Universitas Muhammadiyah

Parrot, F.I. 1971. Pharmaceutical Teknologi Fundamental : Pharmaceutical Mineapoin. Burgers


Publishing Company

Rowe, R.C..dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient Sixth Edition. London:


Pharmaceutical Press And America

Sanjoyo, R. 2007. Obat (Biomedik Farmakologi). Yogyakarta: FMIPA Universitas Gadjah


Mada

Scoville’s. 1957. The art Of Compounding Edisi 19. New york: McGraw_hill Book Company

Sweetman, S.C. 2009. Martindale. USA: Pharmaceutical Press

Walter,L. 1994. The Pharmaceutical Codex edisi XII. London: Pharmaceutical Press
:

Anda mungkin juga menyukai