Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Flu adalah suatu infeksi saluran pernafasan oleh virus seperti virus

influenza atau rhinovirus (Muchid dkk., 2006). Influenza dan pilek biasa atau

common cold disebabkan oleh virus yang berbeda, namun gejala yang

ditimbulkan oleh kedua penyakit ini kurang lebih sama, contohnya demam, batuk,

hidung berair atau tersumbat, atau sakit kepala, karena sebenarnya gejala-gejala

ini sebagian besar diakibatkan oleh respon imun tubuh terhadap infeksi virus tadi

(Eccles, 2005). Obat flu merupakan salah satu pasar produk farmasi yang besar.

Obat-obat tersebut tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, seperti tablet, kapsul,

atau sirup. Jika berbicara mengenai obat-obatan tidak terlepas dari berbagai

macam bentuk sediaannya yang kerap diperbincangkan, akan tetapi bagaimana

kenyamanannya untuk diminum bagi setiap pasien terutam bagi anak-anak yakni

sediaan yang berupa sirup.

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang

berkadar tinggi sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa.

Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni,

2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di

dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernih berasa

manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau poli alkohol yang lain dalam
jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur

sakarosa, juga dapat meningkatkan kelarutan obat (Anonim, 1978).

I.2 Perumusan Masalah

Bagaimana cara pembuatan preformulasi sirup flu ?

I.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara pembuatan preformulasi sirup flu

I.4 Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara pembuatan
preformulasi sirup flu
BAB II

I. Formula Asli
R/ Triflu strup 60 mL

II. Rancangan Formula


Tiap 5 mL mengandung :
Paracetamol 120 mg
Pseudoefedrin 30 mg
Ctm 2 mg
Tartrazin 0,005 %
Oleum Citri 0,2 %
Sirup Simplex 40 %
Propilengglikol 15%
Aquadest ad 60 mL
III. STUDI PREFORMULASI
A. Alasan Pembuatan sediaan
Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang didalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan
larutan jernih berasa manis ( Fornas, 1978).
Sirup merupakan campuran yang homogen, dosis dapat
diubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi, mempunyai
rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga
menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang
mendapat kesulitan dalam menelan obat (Ansel dkk, 2005).
Flu atau batuk pilek (common cold) lazim dijadikan sebutan
bagi semua keadaan yang menimbulkan batuk, bersin, hidung
tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit kepala (Azwar, 2005).
Obat flu hanya diberikan untuk mengatasi keluhan yang nyata.
Sesuai dengan keluhan dan gejalanya, obat flu yang beredar baik
tunggan maupun kombinasi memiliki khasiat analgetik,
dekongestan, antialergi, obat batuk (Azwar,2005).

B. Alasan Penggunaan zat aktif


Dekongestan
Sumbatan hidung pada pilek disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah kapiler akibat congestion. Congesti tersebut dapat
dibuka dengan menciutkan pembuluh darah. Dekongestan yang
digunakan berasal dari golongan agonis alfa yang menyebabkan
pembuluh darah melebar itu menciut sehingga hidung terbebas dari
sumbatan. (Azwar, 2005).
Pseudoefedrin merupakan isomer dekstro dengan khasiat
yang sama daya bronkodilatasinya lebih lemah tetapi efek
sampingnya terhadap syaraf ssp dan jantung juga sedikit lebih
ringan. Plasma t 1/2 7 jam lebih singkat dalam urin asam. Obat ini
juga banyak digunakan dalam kombinasi obat flu (OOP : 2007).
Pseudoefedrin dan garamnya diberikan secara lisan untuk
kelenturan gejala kongesti hidung. Umumnya dikombinasikan
dengan bahan lainnya untuk menghilangkan gejala batuk dan pilek.
Berdasarkan sifat kelarutan pseudoefedrin :
Dalam 1,6 air, 1 dalam 4 dari dan 1 dalam 60 kloroform. A.S.P,
memiliki 2 kali sehari 1 dalam 0,5 air, 1 dalam sekitar 4 dari alcohol
dan 1 dalam pemberian 91 kloroform: sangat sedikit laut dalam
eter. Solusi yang baik dalam air basa adalah PH 4,6-6 (Martindale,
1989).
Indikasi : meringankan gejal bersin-bersin dan hidung tersumbat
karena pilek (ISO Vol. 49, 2014)
Dosis : 2-6 tahun : 15 mg 3 atau 4 kali pemakaian
6-12 tahun : 30 mg 3 atau 4 kali pemakain
Analgetik (Paracetamol)
Paracetamol merupakan obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis PG terutama di sistem syarf pusat.
PCT menghambat kerja enzim COX yang berperan pada
pembentukan PG yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan
dihambatnyakeja enzim ini, maka jumlah PG pada sistem syaraf
pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri
bekurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan car
menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh
di otak. Paracetamol digunakan secara luas dberbagai Negara baik
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipretik maupun
sediaan kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui
resep dokter atau dijual bebas (Darsono, 2002).
Paracetamol memiliki kelarutan dalam 70 bagian air dan
berdasarkan stabilitasnya paracetamol stabil dalam larutan air, utk
itu dapat dibuat dalam sediaan sirup. (Dirjen POM, 1979)

Efek samping : efek samping jarang; kecuali ruam kulit, kelainan


darah,ankreatitis akut setelah penggunaan jangka
pajang, penting pada kerusakan hati (dan lebih
jarang kerusakan ginjal) setelah overdosis.

Kontraindikasi :pasien dengan fenilketonuria (kekurangan


homozigot fenilamon hidroksilase) dan pasien
yang harus membtasi masukan feilamin.

Interaksi : resin penukar anion: kolesterimin menurunkan


absorbso paracetamol. Antiokagulan: penggunaan
PCT secara rutin dalam waktu yang lama
mungkin meningkatkan warfarin. Metoklopramid
dan domperidon: metoklopramid mempercepat
absobrsi PCT (meningkatkan efek).
Dosis : Dewasa 300 mg- 1 g per kali, dengan maksimum
4 g per hari, anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali,
dengan maksimum 1,2 g/hari. Anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum
6 kali sehari.

Antihistamin (Chlorfeniramin Maleat)

Antihistamin sebagai salah satu komponen yang umum


terdapat dalam obat-obat flu, antihistamin digunakan karena
adanya efek atikolinergik, yang antara lain dapat mengurangi
sekresi mukus. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala bersin.
Antihistamin yang paling banyak digunakan yaitu CTM dimana
menunjukkan hasil yang positif untuk mengatasi gejala flu
(Orzechowski, 2005).

CTM merupakan obat golongan antihistamin penghambat


reseptor H1 (AH1). Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala
alergi. Penggunaan CTM paling banyak diberikan karena obat ini
digunakan atau dikombinasikan dengan obat batuk dan pilek
(Djuanda, 2006). Tujuannya untuk meringankan gejala flu, bekerja
mengeringkan lendir, menanggulangi simptom yang diakibatkan
hipersekresi seperti hidung yang terus menerus berair dan mata
gatal. Makin cepat antihistamin diberikan sewaktu flu, maka
kerjanya makin efektif (Harkness, 1989). Mekanisme kerja CTM
adalah sebagai antagonis reseptor H1, CTM akan menghambat
efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-
macam otot polos (Tjay, 2002).

Indikasi: Gejala alergi, urtikaria, pengobatan darurat reaksi


anafilaktik

Kontraindikasi: Serangan asma akut, bayi prematur


Efek Samping: Sedasi, gangguan saluran cerna, efek
antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot,
tinnitus, euforia, nyeri kepala, Stimulasi SSP,
reaksi alergi, kelainan darah

Interaksi : Alkohol, depresan SSP, antikolinergik, penghambat MAO

Dosis: Dosis dewasa: 2-4 mg tiap 4-6 jam, maksimal 24 mg/hari,


anak dibawah 1 tahun tiak dianjurkan, 1-2 tahun 1 mg 2 kali
sehari, 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam maksimal 12 mg/hari.
sirup: 2,5 mg/5 mL

C. Alasan penambahan zat tambahan


1. Sirup simplex (Pemanis)
Digunakan sebagai pemanis karena selain sebagai pemanis
sirupus simpleks mengandung metil paraben yang merupakan
pegawet. SS mengandung 10 bagian sakarosa dalam larutan
metil paraben 0,25% secukupnya hingga 100 bagian sirup.

2. Tartrazin ( Pewarna)
- Sebagai pewarna kuning sesuai dengan minyak jeruk
dalam sediaan obat dan kosmetik (Martindale, 1989)
- Untuk mewarnai larutan dibutuhkan pewarna sintetis
dengan konsentrasi 0,0005 % - 0,001 % (Parrot, 2009).
- Konsentrasi pewarna dalam sediaan cair dan larutan
berada dalam range 0,005%-0,001%. (RPS, )
3. Propilenglikol
- Propilenglikol telah banyak digunakan sebagai pelarut
dan pengawet dalam formulasi sediaan farmasi. Lebih
baik dalam melarutkan berbagai macam bahan seperti
kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturate, vitamin dan
anastesi lokal (Excipient ed 6, 2009).
- Konsentrasi untuk pengawet 15 - 30 %
- Konsentrasi untuk cosolven 10 25 %
4. Oleum Citri
- Minyak jeruk diperoleh dengan cara pemanasan pericarp
sugar citrus lemon (Farmakope III, 1979).
- Sebagai zat tambahan pengaroma

Perhitungan:
1. Perhitungan Bahan

60
- Paracetamol = 120 = 1440 = 1,44
5
60
- Pseudofedrin = 30 = 360 = 0,360
5
60
- CTM = 2 = 24 = 0,024
5
40
- SS = 100 60 = 24 = 0,024
0,005
- Tratrazin = 60 = 0,003
100
0,2
- Ol. Citriz = 100 60 = 0,12
15
- Propilenglikon = 100 60 = 9
- Aquade ad 60 mL

2. Perhitungan Dosis

2
- Paracetamol DL anak sekali 2-5 thn= 2+12 50 100 =
7,14 14,29
2
- DL anak sehari 2-5 thn= 2+12 200 400 =
28,57 57,14
12
DL anak sekali diatas 10 thn = 20 250 =
150
12
DL anak sehari diatas 10 thn = 20 1000 =
600

DM = -

- Pseudofedrin
2
- CTM DL anak sehari 2+12 0,35 = 0,05

2 0,35 2
Sekali= ( )= 0,0875 = 0,0125
2+12 4 14

2
DM sehari 40 mg = 2+12 40 = 5,71
40 2
DM sekali = 13,33 mg = 2+12 13,33 = 1,90
3
12
DM sehari dewasa = 20 40 = 24
12
DM sekali dewasa = 20 13,33 = 7,998

Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikalibrasi botol ad 60 ml
3. Ditimbang bahan satu persatu sesuai dengan perhitungan bahan
4. Dibuat sirup simplex, lalu dimasukan kedalam botol yang telah
dikalibrasi
5. Digerus dan dilarutkan masing-masing zat aktif dalam aquades
secukupnya kedalam Erlenmeyer yang berbeda
6. Bahan aktif yang telah dilarutkan dicampurkan dalam satu
Erlenmeyer dicampur hingga homogen
7. Ditambahkan sirup simplex dan propilenglikol, diaduk hingga
homogen
8. Ditambahkan tatrazine dan oleum citris lalu digabungkan ke nomor
5
9. Dicukupkan volume larutan dengan aquades ad 60 ml hingga
homogen
10. Dimasukan kedalam wadah lalu diberi etiket putih
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Untuk mengetahui cara pembuatan sirup diperlukannya tahapan

preformulasi agar memudahkan dalam memberikan arah yang lebih

sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.

III.2 Saran

Diperlukannya ketepatan pasien yang jelas untuk pemberian sediaan.


DAFTAR PUSTAKA
Eccles, R., 2005, Understanding the symptoms of the common cold and influenza, Lancet
Infect Dis; 5:718725.

Syamsuni, H.A., 2007, Ilmu Resep, Jakarta, EGC.

Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 36, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

BAB IV

PULANGGG

Anda mungkin juga menyukai