Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN FARMASI DAN TERAPI UMUM


Praktikum Sediaan Farmasi ke-2
Serbuk Terbagi (Puyer)

Disusun oleh:
Kelompok 1 Siang
Anna Aesha Fadhillah

B04110140

M. Ibnu Satria

B04110165

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015
Pendahuluan
Bentuk sediaan obat (BSO) diperlukan agar penggunaan senyawa obat/zat
berkhasiat dalam farmakoterapi dapat digunakan secara aman, efisien dan atau
memberikan efek yang optimal. Umumnya BSO mengandung satu atau lebih
senyawa obat / zat berkhasiat dan bahan dasar/vehikulum yang diperlukan untuk
formulasi tertentu. Bentuk Sediaan Obat dapat berbentuk padat, cair, setengah padat
dan bentuk sediaan khusus. Bentuk sediaan padat diantaranya pulvis (serbuk tak
terbagi), pulveres (serbuk terbagi), tablet dan kapsul.
Pulvis dan pulveres (serbuk) merupakan bahan atau campuran obat yang
homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk dan relatif satbil serta
kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam. Serbuk untuk obat
dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam
kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg dengan vehiculum umumya
Saccharum lactis.) dan untuk obat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur).
Sifat Pulvis untuk obat dalam yaitu cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk
cairan, absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet, tidak cocok untuk
obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, dapat dirusak dilambung, iritatif,
dan mempunyai dosis terapi yang rendah.
Bentuk sediaan serbuk memiliki keuntungan sebagai campuran obat dan
bahan obat yang sesuai kebutuhan, dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan,
disolusi/melarut cepat dalam tubuh dan tidak memerlukan banyak bahan tambahan
yang tidak perlu. Akan tetapi juga memiliki kekurangan, yaitu kurang baik untuk zat
obat yang mudah terurai karena kontak dengan udara, sulit untuk ditutupi rasanya
(tidak enak maupun baunya), peracikannya membutuhkan waktu yang relatif lama.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat seruk
terbagi dalam bentuk puyer dan mengetahui khasiat dari masing-masing bahan serta
khasiat keseluruhannya.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, cawan arloji,
sendok gelas, kertas perkamen, sendok tanduk, mortar, stamper, etiket, lem, dan pot
plastik. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu paracetamol,
sulfaguanidin, papaverin HCl, dan elaeosh.menthapip.

Metode
Timbangan ditera dan dialasi menggunakan kertas perkamen. Paracetamol
ditimbang sebanyak 2 g, sulfaguanidin sebanyak 1 g, papaverin HCl sebanyak 0,3 g,
dan Sacharum Lactis (SL) sebanyak 2 g. SL dibagi menjadi tiga bagian dengan
perkiraan mata.
Mortar yang telah kering dan bersih disiapkan, kemudian papaverin digerus
dan ditambahkan 1/3 bagian SL, digerus hingga homogen kemudian disisihkan.
Campuran tersebut diberi kode campuran 1. Mortar dibersihkan kembali,
sulfaguanidin digerus dan ditambahkan 1/3 bagian SL kemudian digerus hingga
homogen. Campuran 1 ditambahkan pada campuran tersebut dan digerus hingga
homogen. Campuran tersebut diberi kode campuran 2. Mortar dibersihkan kembali
kemudian paracetamol dimasukkan digerus tersendiri dan ditambahkan sisa SL yang
masih ada, setelah homogen ditambahkan campuran 2 dan dohomogenkan lagi.
Sediaan yang telah homogen tersebut ditambahkan Ol.Menthaepip sebanyak 1 tetes
dan dihomogenkan lagi.
Serbuk yang telah homogen tersebut dibagi menjadi dua dengan timbagan,
masing-masing bagian dibagi menjadi lima di atas kertas perkamen dengan perkiraan
mata. Serbuk pada kertas perkamen tersebut kemudian dibungkus dan disimpan.

Tinjauan Pustaka
Bentuk sediaan obat serbuk banyak digunakan karena memiliki luas
permukaan yang lebih luas, mudah terdispersi, dan lebih larut dari bentuk sediaan

obat lain yang dipadatkan. Pembuatan serbuk terbagi pada praktikum menggunakan
bahan sediaan obat paracetamol, sulfaguanidin, dan papaverin HCl. Paracetamol
bekerja sebagai antipiretik atau analgesik. Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit pada otot, menuruknkan
demam pada influenza dan setelah vaksinasi. Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antipiretik disebabkan oleh
gugus

aminobenzen dan

mekanismenya

diduga

berdasarkan efek

sentral.

Paracetamol adalah derivat p-aminofenol. Paracetamol utamanya digunakan


untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang
lainnya. Beberapa reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh paracetamol yaitu
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas atau sesak.
Sulfaguanidin mempunyai bentuk bubuk putih dan merupakan antibakteri
yang digunakan untuk mengatasi infeksi pada saluran pencernaan. Zat kimia yang
terkandung berfungsi untuk mencegah penyebaran atau membunuh agen infeksius.
Papaverin HCl merupakan peripheral vasodilatator. Bekerja secara langsung
untuk merelaksasikan tonus pada otot polos, khususnya ketika terjadi kontraksi
spasmodik yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah koroner, cerebral,
pulmonum, dan arteri peripheral. Contohnya merelaksasikan otot polos pada
bronkhus, saluran pencernaan, ureter, dan sistem biliary.
Papaverin HCl diserap dengan cepat pada saluran pencernaan, secara oral
faktor penyerapannya sebesar 54%, dan dimetabolisme di hati. Bahan obat tersebut
terdepot pada lemak dan di hati, sisanya didistribusikan ke seluruh tubuh, 90%
berikatan dengan protein.
Oleum menthaepip atau minyak permen yang ditambahkan pada campuran
serbuk berfungsi untuk memberikan aroma yang lebih sedap. Kandungan utama dari
oleum menthaepip adalah menthol, walaupun kadar menthol pada minyak permen
cukup tinggi, menthol total ( 75%) dan menthol bebas ( 52%) namun ini belum
stabil dan berbeda rasanya dengan yang dihasilkan oleh Negara lain. Minyak permen

Indonesia lebih segar dan tajam, tetapi rasanya agak pehit. Hal ini disamping karena
pengaruh varietas juga kemungkinan disebabkan oleh berbagai factor iklim, tanah,
irigasi, masa panen, penyulingan dan lain-lain.

Hasil
Sediaan farmasi yang telah dibuat yaitu berupa serbuk terbagi. Obat ini
merupakan obat yang dapat mengatasi gangguan saluran pencernaan disertai demam.

Pembahasan
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /
analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang
disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol
juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan
sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis
obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Sifat analgesic parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik,
parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid
antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek
menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai
penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam,
anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada
saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi. Sifat antiinflamasinya sangat

rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral
Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam
plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Papaverin berupa serbuk hablur berwarna putih dan tidak berbau. Bahan ini memiliki
manfaat sebagai anti spasmodik atau spasmolitik. Pada penyakit saluran pencernaan,
bahan ini penting karena bekerja merelaksasikan otot polos dan bekerja langsung
pada otot tersebut. Selain bekerja pada saluran cerna, papaverin juga diindikasikan
pada spasmus bronchus, saluran empedu, dan salurin urin serta uterus, juga
digunakan pada gangguan pasokan darah perifer dan angina pectoris walaupun dalam
hal ini banyak dipertentangkan khasiatnya (Mutschler 1991). Karena merelaksasi otot
polos, maka otot pembuluh darah pun ikut terpengaruh sehingga efeknya sama seperti
pada usus. Efek terutama tampak jelas pada kenaikan tonus.
Dalam aplikasinya, papaverin memiliki efek samping seperti gangguan
kardiovaskular (pada aplikasi dengan rute intravena), pusing, sakit kepala, obstipasi,
dan meningkatnya transpirasi (Mutschler 1991). Oleh karena itu, obat ini juga
mengandung parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Gangguan pada saluran
cerna sering menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pada bagian visceral terjadi antara lain
pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang, dan penyakit yang
disertai radang. Rasa nyeri tersebut dapat diatasi dengan pemberian parasetamol ini.
Gejala demam yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan pencernaan pun diatasi oleh
parasetamol. Parasetamol atau asetaminofen merupakan sediaan berupa serbuk hablur
berwarna putih dan tidak berbau.
Bahan lainnya yang terdapat dalam resep yaitu sulfaguanidin. Bahan ini juga
berupa serbuk hablur berwarna putih atau hampir putih dan tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Penyakit saluran cerna kerap kali ditimbulkan oleh bakteri sehingga
bahan ini penting dimasukkan karena berfungsi sebagai antibakteri.
Oleum menthae atau minyak permen berupa cairan tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat. Bahan ini memiliki bau khas yang kuat dan menusuk serta

rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. Bahan ini
ditambahkan untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan oleh ketiga bahan aktif di
atas. Penambahannya dilakukan di akhir perlakuan karena bahan ini bersifat volatile
atau mudah menguap
Keterangan pada resep yaitu m.f.pulv.d.t.d. No.X (misce fac pulveres de tales
dosis numero desem) bermaksud bahwa sediaan serbuk dicampur dan dibuat untuk
dibagi sebanyak sepuluh takaran. Maka serbuk yang telah dicampur dibagi ke dalam
10 kertas perkamen untuk dibungkus. Pembagian didasarkan pada perkiraan mata.
Setelah itu, kertas perkamen dilipat dan kesepuluh obat tersebut dimasukkan ke
dalam pot plastik. Bahan-bahan aktif dalam obat sensitif terhadap cahaya sehingga
penyimpanan harus dalam wadah tertutup dan tidak tembus cahaya agar efek obat
tidak berkurang.
Pot plastik yang telah berisi obat ditempel dengan etiket berwarna putih
karena obat ini merupakan obat dalam (diaplikasikan per oral dan masuk dalam
saluran cerna). Pada resep tertulis s.t.d.d 1 pulv. a.c (signa ter de die uno pulvis ante
cibos) yang berarti obat tersebut diberikan tiga kali dalam sehari sebanyak 1 bungkus
sebelum makan. Keterangan ini ditulis dalam etiket putih yang ditempelkan pada pot
plastik. Kemudian diberi label yang bertuliskan Tidak boleh diulang tanpa resep
dokter hewan. Hal ini disampaikan karena dalam obat mengandung obat keras, yaitu
papaverin HCl, yang tidak boleh didapatkan tanpa resep dokter.

Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Mengatasi Keracunan Paracetamol. [terhubung berkala]
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Mengatasikeracunanparasetamol.pdf
[20
September 2015]
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung: Penerbit ITB.
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai